8. Bertahan

908 76 0
                                    

Mark berlari menyusuri koridor rumah sakit menuju ruang operasi. Ia merutuki dirinya sendiri bagaimana bisa dalam kondisi seperti ini ia mematikan handphone nya sehingga 25 panggilan dari Jaemin serta 53 chat nya ia abaikan.

Dilihatnya Jaemin dan Chenle sedang mengintip proses berjalannya operasi lewat jendela sedangkan Haechan tengah merangkul Jisung yang sedang menangis.

"Mark hyung kau dari mana saja? operasi sudah di mulai."

"Maaf Haechan~ah tadi aku mematikan handphone ku jadi tidak tahu kalau ada panggilan masuk dari Jaemin. Apa sudah lama?"

"Tidak hyung baru saja." Jawab Jaemin tanpa mengalihkan tatapannya pada Renjun. Sedangkan di dalam sana Renjun tengah menatap lekat Jaemin dan Chenle dengan senyum manis nan menenangkan di wajahnya sebelum matanya terpejam perlahan akibat efek dari obat bius. Mark menepuk pundak Jaemin dan Chenle lantas berucap.

"Tenang, duduklah Jeno hyung nya kalian itu anak yang kuat ia pasti baik baik saja."

Chenle mengangguk dan menuruti perintah Mark sedang Jaemin hanya tersenyum dengan setetes air mata yang mengalir dari matanya lalu kembali melanjutkan kegiatan mengintipnya. Mark menghela nafas lantas ia teringat sesuatu yang membuat emosi nya sedikit naik.

"Tunggu, dimana Renjun? apa ia tidak ingin menemani Jeno yang saat ini tengah berjuang antara hidup dan mati karena kelalaiannya."

Merasa pertanyaannya tiak dijawab ia sedikit kesal namun, ia ingat dengan konflik di keluarganya sejak satu tahun yang lalu. Lantas ia memilih mengganti pertanyaannya karena mungkin mereka tidak Sudi menjawab pertanyaan tentang Renjun.

" Ah ya siapa orang baik yang bersedia mendonorkan ginjal nya untuk Jeno?"

Jaemin membalikkan badannya dengan senyum yang sulit diartikan. Ia menggenggam tangan Mark lantas menuntun nya kearah jendela dimana ia melihat berlangsung nya operasi dari sana.

"Itu jawaban dari kedua pertanyaan mu tadi hyung." Percayalah Jaemin menangis sekarang. Mungkin ia bisa dibilang cengeng tapi, itu karena hatinya begitu lembut.

"Renjun hyung justru menemani Jeno hyung di tempat yang lebih dekat dari kita. Dan ia pula orang baik yang kau maksud hyung. Kau tahu kan fisik Renjun hyung tidak sesehat kita, tapi hyung kau tahu juga bukan seberapa keras kepala nya ia."

Mark benar benar tidak tidak menyangka. Air matanya mulai berlomba lomba mengalir dari bola matanya serta isakan kecil mulai keluar dari mulutnya. Terselip rasa penyesalan serta rasa takut di hatinya. Pertengkaran nya dengan sang adik tadi siang kembali berputar di kepalanya.

"Sakit Hyung pelan pelan." Mark melepaskan genggaman erat tangannya di pergelangan tangan Renjun.

"Apa saja yang kau lakukan?"

"Ma... Maksudmu?"

"BODOH! APA YANG KAU LAKUKAN PADA ADIK ADIKKU SELAMA INI? KAKAK MACAM APA KAU? MENGAPA JENO BISA SAMPAI SEPERTI INI? APA KAU TIDAK BERUSAHA MENCEGAHNYA? DASAR TIDAK BERGUNA!"

Plak

Sakit.

Tamparan keras yang Mark layangkan tidak main-main sampai sampai Renjun tersungkur dengan satu tamparan darinya. Renjun menangis tamparan dari Mark serta tendangan dari Haechan benar benar sangat sakit. Tapi luka yang mereka berikan di hatinya jauh lebih sakit.

"Maaf hyung aku sudah berusaha mencegahnya tapi-"

"Aku tidak peduli! Buktinya Jeno sampai seperti ini! Jika terjadi sesuatu padanya maka aku tidak akan memaafkanmu."

7 HariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang