Renjun tersenyum manis menatap fotonya bersama saudara saudaranya yang terpajang rapi dalam sebuah bingkai kayu.
Foto yang diambil dua Minggu yang lalu.
"Tak apa, meski senyuman kalian itu tidak tulus, tapi kalian tetap terlihat tampan adik adikku."
"Renjun, mengapa melamun hm?"
"Hyung, yang mereka ucapkan benar, ya? Aku memang tidak berguna. Seharusnya aku membahagiakan kalian bukan justru membuat kalian menderita. Hiks ini semua salahku, kan?"
Mark menggeleng cepat.
"Siapa yang mengajarimu berkata seperti itu hm? Ini semua takdir. Takdir tidak bisa di salahkan, karena Allah tidak pernah salah menetapkan takdir."
"Hyung, kau benar-benar harus berangkat sekarang?"
Mark menghela napas berat setelahnya ia mengangguk.
"Maafkan aku, jika bukan karena ku maka kau tidak perlu bekerja keras di tempat yang jauh sendirian."
"Dengar! Itu semua bukan salah siapapun, jadi jangan menyalahkan dirimu sendiri.
Tak apa semuanya akan baik-baik saja. Jaga mereka untuk ku, ya. Jangan khawatir aku akan baik-baik saja dan aku akan segera kembali."Renjun kembali tersenyum.
"Aku akan tetap menjaga mereka meskipun kau tidak memintanya hyung."
Lantas ia segera beranjak untuk bekerja,
Seperti biasa.
Ya, kini semuanya sudah kembali seperti biasa.
Pemuda mungil itu harus kembali bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan adik adiknya, serta agar beban yang ditanggung oleh sang kakak tidak terlalu berat.
Awalnya Mark sudah melarang, dan Renjun pun menuruti nya.
Namun karena kurang hati hati, pemuda pintar itu harus rela tertipu oleh Ryujin, wanita yang amat ia cintai. Sehingga seluruh uang tabungannya lenyap begitu saja sebelum ia nikmati.
Dan dengan berat hati Mark kembali mengizinkan Renjun untuk bekerja. Dengan syarat hanya sampai pukul 16.30 dan ia hanya diperbolehkan bekerja di cafe milik Doyoung.
"Ryujin! Apa yang kau katakan pada adikku waktu itu?"
"Kau keterlaluan!"
"Ups, aku ketahuan." Gadis itu tertawa remeh.
"Kau!"
"Apa? Kau terlalu bodoh untuk membedakan mana orang yang tulus dan tidak, Mark. Sejak awal aku tidak pernah mencintaimu barang sedikit pun. Aku hanya mengincar sesuatu darimu, dan kini aku sudah mendapatkannya jadi, hubungan kita selesai detik ini juga!"
"Apa maksudmu?"
"Itulah maksudku Mark, aku berbicara terus terang tanpa bertele-tele. Kau itu pintar aku yakin kau pasti paham. Good bye honey."
Mark mengepalkan kedua tangannya. Sungguh ia benar-benar tidak menyangka. Tapi itulah kenyataannya.
"Ah, ya satu lagi. Ini!" Ryujin berbalik lalu melempar asal buku rekening serta kartu ATM milik Mark.
"Seluruh tabungan mu sudah ku habiskan."
"Apa? Kau!"
"Kau ceroboh Mark. Kau memberikan dua benda itu serta nomor PIN nya padaku. Jadi, jangan bertanya ' bagaimana bisa?'"
KAMU SEDANG MEMBACA
7 Hari
Fiction généraletentang waktu yang harus dimanfaatkan. tentang waktu yang tak dapat diulang. tentang waktu waktu terakhir bersama nya. Tentang waktu 7 Hari sebelum selamanya... dan tentang penyesalan yang datang ketika menjelang akhir. namun belum terlambat bukan? ...