38. 7 Hari

867 67 1
                                    

Ditengah usaha dokter muda itu, sang kakak membuka matanya. Jaemin tersenyum manis, lantas memeluk tubuh sang kakak.

"Hyung, kuat 'kan?" Renjun membalas pelukan sang adik.

"Na, terimakasih, ya? Terimakasih karena sudah menemani hyung sampai sekarang."

"Hyung sayang Jaemin." Renjun menjeda ucapannya. Pemuda itu tampak kesulitan untuk sekedar bernapas.

"Maaf."

"Sekarang sudah waktunya, Na."

"Ikhlaskan, hyung, ya?" Jaemin mengecup lama kening sang kakak.

"Jaemin juga sayang, hyung. Jaemin coba ikhlaskan, ya?"

"Yang lainnya ma-na?"

"Sebentar, ya? Jaemin panggilkan."

Jaemin tersenyum tipis melihat saudara saudaranya yang begitu mengharapkan dirinya.

"Bagaimana, Jaemin? Kenapa diam saja?"

"Renjun hyung ingin bertemu kalian semua. Masuklah." Ucapan Jaemin membuat hati mereka semakin tidak tenang.

Putar lagu mungkin hari ini hari esok atau nanti sekarang! Bacanya agak pelan pelan, ya...

Dengan langkah gemetar mereka memasuki ruangan itu. Dapat mereka lihat senyum manis Renjun yang kini terbaring lemah dengan alat alat medis yang terpasang rapih di tubuhnya.

"Hyu-ng."

Mark meraih tangan sang adik, mengecupnya berkali kali. "Adik hyung kuat. Adik hyung harus sembuh, ya?"

"Sakit."

"Ma-af." Hatinya benar benar teriris melihat Renjun yang semakin sulit untuk bernafas.

"Tidak! Pokoknya kau harus kuat, Renjun!"

"Sudah wak-tunya, hyung." Rasanya semakin berat bagi Renjun, kala si bungsu memeluknya sambil menangis dan terus memintanya untuk bertahan.

"Jangan tinggalkan, Jisung."

"Jisung, mohon."

"Jeno yakin hyung, kuat. Tahan, ya?" pinta Jeno.

"Hyu-ng, minta ma-af, ya?"

"Renjun harus kuat! Hyung, mohon. Jaemin lakukan sesuatu!"

Renjun menangis. Pemuda itu menatap Jaemin penuh arti. "Na."

Jaemin tersenyum manis, lantas memeluk tubuh sang kakak. "Iya, hyung. Tidurlah."

"Istirahatlah dengan tenang. Tidurlah yang nyenyak, hyung. Lepaskan."

"Lepaskan semua rasa sakitnya."

"Pulanglah. Kembalilah kepada Tuhan yang telah menciptakan mu. Pulanglah ke pangkuannya, hyung."

"Tidurlah. Kami disini, akan mencoba mengikhlaskan mu."

"Terimakasih atas segalanya. Maafkan, kami."

"Kami menyayangimu."

Renjun tersenyum manis sambil menatap satu persatu keluarganya. Kini perasaannya lebih lega.

"Terimakasih, atas segalanya, ya? Terimakasih atas 7 Hari ini. Terimakasih telah men-emaniku sebelum pergi. Ma-af."

7 HariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang