1. Hidup ku

1.9K 111 10
                                    

Siapa yang tidak mau bahagia?

Siapa yang tidak mengharapkan kebahagiaan?

Apapun harapan dan impiannya tujuannya tetaplah suatu kebahagiaan.

Namun tidak ada kebahagiaan yang dapat di raih tanpa adanya suatu usaha.

Contohnya seperti yang sedang Renjun lakukan. Pemuda itu menginginkan kebahagiaan keluarga nya kembali. Meski sudah tak lengkap. Sederhana memang tapi mengapa begitu sulit.

Sungguh ia merindukan keluarganya yang dulu.

Keluarganya yang dulu sangat harmonis. Keluarganya yang dulu selalu dipenuhi kasih sayang, kehangatan, canda tawa dan kebahagiaan tentunya. Ia merindukan hari hari nya yang dulu.

Tapi itu dulu.

Semenjak kematian kedua orang tuanya semuanya berubah Berbanding terbalik dengan yang dulu.

Hidupnya, hari harinya, serta impiannya berubah.

Pukul 20.45

Hujan turun begitu deras malam ini. Mengguyur tubuh mungil Renjun, pemuda 22 tahun yang kini sedang berlari menerobos derasnya air hujan. Tubuhnya agak menggigil serta bibir dan kuku kukunya mulai membiru karena kedinginan. Perutnya sedikit perih akibat ia belum makan apapun sejak pagi.

Seperti hari hari sebelumnya hari ini sangat melelahkan baginya.

Setelah bangun tidur ia langsung bersiap untuk berangkat menuju pasar dimana ada sebuah toko sembako yang lumayan besar. Ia bekerja sebagai kuli angkut disana. Setelahnya ia lanjutkan dengan bekerja di cafe hingga pukul 20.00.

Seulas senyuman terukir di wajah manisnya ketika tubuhnya sampai di tempat yang ia tuju. Yaitu sebuah rumah sederhana yang berisikan 3 kamar. Lantas ia segera memasuki rumah itu.

Ceklek

Senyumnya semakin melebar kala melihat adik adiknya sedang berkumpul di ruang tamu dengan sedikit bercengkrama.

"Hyuuung! Kau kenapa? habis kehujanan? Kalau begitu cepatlah ganti bajumu lihatlah bibir dan kuku kukumu membiru kau pasti kedinginan." Oh itu Jaemin yang bertanya dengan nada khawatir ketika melihat sang kakak pulang dengan pakaian yang basah kuyup.

"Aku baik baik saja jangan khawatir."

"Kau baik baik saja tapi tidak dengan kami." itu haechan yang berucap dengan nada dingin.

"SIALAN! KAU KEMANA SAJA! KAU TAU KAMI SEMUA BELUM MAKAN MALAM KARENA PERSEDIAAN MAKANAN SUDAH HABIS." Kini giliran Jeno yang berkata dengan nada tinggi.

Ya mereka memang belum makan malam karena semua persediaan makanan sudah Habi sejak siang tadi. Tapi tahukah mereka bahwa orang yang mereka salahkan justru belum memakan apapun sejak pagi. Padahal ialah yang paling lelah.

"Maaf Jeno~ya. Aku terjebak hujan tadi jadi agak sulit untuk membeli makanan. Tapi Tuhan maha baik. Temanku memberikan ini. Makanlah ini cukup untuk kalian malam ini." Ucap Renjun dengan lembut sambil memberikan sebuah kantong berisi sup. Nampak jelas suaranya bergetar karena kedinginan. Setelahnya ia beranjak menuju kamarnya untuk membersihkan tubuhnya.

"Jeno Hyung mengapa kau membentak nya?"

"Cukup Jaemin~ah! Aku tidak ingin bertengkar denganmu."

.......

"Hyung makanlah!" Titah Jaemin seraya menyodorkan mangkuk berisi sup yang tentunya tidak penuh.

"Aku tidak lapar Jaemin~ah. Kau makanlah." Bohong. Bahkan Renjun belum makan apapun sejak pagi.

7 HariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang