Hai hai teman teman gimana gimana malam minguan nya asik kan ? Hihihi yu kita lanjut cerita Luna yang nggak asik dan nggak jelas ini
Author Pov
"Mana Mah suratnya coba, aku baca," pinta Iel, Mama pun memberikan surat tersebut untuk Iel baca. Lalu menatap Teh Mia dan Teh Lia yang berusaha menahan tawa sementara Luna masih memeluk Mama dengan mata yang berkaca-kaca.
Iel membaca surat dari si penculik, terus tertawa, "Ampun... ini penculik kok iseng banget sih Ya Tuhan, mana meninggal kan petunjuk begini lagi, siapa penculiknya."
"Iel ihhhhh..." protes Luna yang masih memeluk Mamanya.
"Ya elah Kaaaak .... astaga, ini sih Kakak di isengin loh mana ada coba penculik kaya gini," jawab Iel sambil menahan tawa.
"Ya Kak gini deh logika ya pertama mana ada penculik yang menculik boneka kelinci yang udah nggak jelas bentuk terus ancaman kok kaya gini, cici kami culik kalau mau selamat maka segera masak yang enak selama sebulan dan harus nurut sama kakak kakak mu, kalo tidak maka cici akan tinggal nama. Kak gimana bisa penculik tau nama boneka nya kakak. Ini sih gampang nyari tersangka penculiknya nya kalo nggak kak Mia ya Kak Lia tersangka nya. Penculik kok minta di masakin, penculik apa calon suami minta cewek masak enak." Iel melirik kearah Teh Mia dan Teh Lia.
Meledak lah tawa kedua Kakak durjana itu, yang sudah puas ngerjain Adiknya yang lucu nan imut.
"Tuh liat, apa aku bilang, pasti biang keroknya Kakak berdua."
"Hai, hai, aku nggak tau ya, nggak tau menahu," balas Teh Mia.
"Kalian itu seneng ya, jailin Adeknya, sekarang mana si Cici," tegur Mama.
"Ada, Mah, aku cuci. Abis udah buluk, bau iler," jawab Teh Lia sambil tertawa lalu pergi untuk mengambil Cici.
"Aku heran deh sama Kakak, gimana ya ngomomgnya, ck, Kakak itu udah gede, udah kuliah, pinter pula, tapi kok..." Iel tak meneruskan kalimatnya mungkin takut Luna tersinggung.
"Kayak Anak kecil ya Dek, nggak dewasa-dewasa, kayak Anak umur 7 tahun. Makanya, Mama jangan manjain aja, jadi gitu Anaknya, nggak dewasa-dewasa," ujar Teh Mia.
"Maaahhh... itu Teteh nakal, jahat sama Luna." Luna memeluk Mamanya, ngadu sih ceritanya.
"Nah kan, kan, kan. Ck, Mah, coba deh kasih pengarahan sama Anak beruk ini, gimana nanti kalo udah nikah? Kelakuan kayak gini, ntar cowok ilfil liatnya," ujar Teh Mia.
"Mama... tuh Mah, masa Luna di bilang Anak beruk? Jadi Mama beruk dong."
"Mia, udah ah, kamu ya, nggak bosen apa ngerjain Adeknya terus, Luna ini bukan Anak beruk tapi Anak kodok." Mama bukannya membela, malah ikut meledek Luna.
"Kecebong dong Mah." Iel tertawa geli, membayangkan Luna jadi kecebong montok.
"Monyet lebih cocok deh, tuh liat kayak Anak monyet kan gelendotan," balas Teh Mia.
"Kalian semua jahat. Hih, pada sirik ya sama Luna."
"Nih, si Cicinya. Tuh liat, Teteh kurang baik apa coba, udah Teteh cuci sampe bersih," ujar Teh Lia sambil memberikan si Cici, boneka kelinci Luna. Boneka ini udah seumuran sama Luna, kalo nggak ada boneka ini, Luna nggak bisa tidur, kebayang kan kaya gimana bentuknya itu boneka, yang lebih mirip kunti di banding kelinci.
"Kok baunya jadi beda," protes Luna.
"Ya iya lah beda, udah Teteh cuci, liatnya aja gatel, udah buluk, bau iler pula, sekarang kan jadi bersih wangi lagi."
Luna hanya bisa cemberut sambil memeluk si Cici, boneka kelincinya.
"Udah, sekarang tidur, udah malam," perintah Mama.
![](https://img.wattpad.com/cover/268139472-288-k842967.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sianin
Non-Fiction*** SEQUEL dari cerita sebelumnya 《Origami Alfiolita》 Setelah kehilangan Mimi, kehidupan Luna yang awalnya bahagia menjadi terpuruk dan gampang depresi, walaupun tetes air matanya hampir raib, Luna masih bertekad mencari pujaan hatinya yang tidak...