Tukang Palak

54 9 19
                                    

Author POV

Semenjak jadian dengan Anin, kini Luna kembali ceria. Luna sudah mulai bisa melupakan Mimi dan menjalani hari-harinya dengan Anin.

Sebenernya kasihan Anin, karena dia salah pilih pacar, Anin nggak tau betapa dodol dan bobroknya Luna. Seperti sore ini, Luna mau main ke depan komplek dan nggak lupa mampir ke pos satpam, jangan salah Luna itu sangat kenal dekat dengan satpam komplek, dan mereka semua baik sama Luna plus sudah hafal sifat and kelakuan absurd Luna.

"Assalammualikummmmmm Pak Asep.... Luna dataaaaaang." Teriakan Luna menggema membuat Pak Asep panik mengamankan harta bendanya yang berserakan di meja jaga. Namun terlambat sudah Luna dengan awas melihatnya.

"Heeeeiiiiiiii punya pisang goreng diem-diem aja nggak inget sama Luna, WA kek atau telepon kek, bilang Luna nih ada pisang," sewot Luna, Pak Asep hanya bisa pasrah pisang gorengnya pasti habis di embat Luna.

Dengan tanpa dosa Luna merampas piring yang di pegang Pak Asep. Lagi-lagi Pak Asep pun hanya terdiam pasrah harta bendanya di rampas mahluk paling nggak tau diri se-Depok.

"Ada es teh manis nggak, Pak? Enaknya makan pisang goreng itu pake es teh manis Pak." Kan bener nggak tau diri.

"Nggak ada Neng, ngak ada es teh manis," jawab Pak Asep.

"Terus adanya apa?" tanya Luna tidak menyerah.

"Teh botol tuh di warung depan."

"Ya udah nggak apa-apa teh botol dingin juga."

"Tapi Neng, itu kan beli."

"Ya udah beli aja," balas Luna dengan watadosnya.

"Terus uangnya mana?"

"Loh... sekarang Luna tanya nih, Luna tamu apa bukan di sini?"

"Iya tamu Bapak tuan rumahnya," ujar Pak Asep lemas karena tau bakal ngeluarin uang buat beli teh botol.

"Nah kewajiban tuan rumah itu sediain minuman, masa minta sama tamu. Hih Pak Asep ini."

"Iya-iya ngomong sama Neng Luna emang nggak akan pernah menang." Pak satpam pun berlalu keluar menuju warung.

"Paaaaakkk... yang dingin yaa!" teriak Luna dari dalam pos satpam.

Pak Asep hanya mengangguk paham, perampok cantik sekali lagi berhasil malak. Malang bener nasibmu Pak, Bapak senasib sama Pak Sofyan, tenang, Bapak tidak sendiri.

Beberapa saat kemudian Pak Asep kembali dengan membawa teh botol dingin sesuai permintaan Luna. Di piring sudah kosong alias Luna telah menghabis kan semua gorengan hasil jarahannya tadi.

"Loh, kok di abisin Neng?" protes Pak Asep.

"Luna kan menghormati tuan rumah, jadi apa yang disediakan ya Luna makan sampe abis Pak."

"Padahal Bapak nggak merasa menyediakan loh," ujar Pak Asep bersedih hati.

"Kalo ada di meja artinya di sediakan Pak."

"Iya udah iya." Pak Asep nggak mau memperdalam masalah karena kalo sampe Luna kesal, iaa bakal di palak cilok juga.

"Pak, Luna pamit ya, oiya ini ada titipan dari Teteh." Luna menyerahkan nasi kotak dan selembar amplop kepada pak satpam.

"Wah terima kasih Neng." Raut muka Pak Asep kembali sumringah, terbayar sudah apa yang telah di rampok Luna.

"Mau Bapak anter Neng?"

"Nggak usah Pak, terimakasih."

Luna pun berjalan keluar dari pos satpam dan bertujuan ke arah taman. Tanpa sengaja Luna melihat Anin yang kebetulan sedang ada di taman.

SianinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang