D U A

477 24 0
                                    

Happy reading!!























































Ezra berjalan santai sehabis pulang dari supermarket. Membeli cemilan untuk adiknya, dan sedikit membeli minuman untuknya. Jalan di jalanan yang sepi sepertinya terganggu ketika dia mendengar suara motor begitu nyaring di belakangnya.

Beberap motor besar berhenti di dekat Ezra. Salah satu pemimpin mereka membuka helm miliknya. Ezra terkejut ketika melihat orang yang ada di hadapannya, itu Daniel. Daniel tersenyum melihat wajah terkejut ezra.

"dari mana cupu? Habis belanja buat adik kesayangan" ledekan itu membuat anak buahnya tertawa mengejek.

"mau gue beliin yang banyak gak, gue tau uang lo cuman cukup buat adik lo itu" Ezra hanya terdiam,tak berniat membalas.

Suara motor kembali terdengar, tapi dari arah sebaliknya. Mereka semua menoleh melihat beberapa motor besar berjalan menghampirinya. Daniel terkesiap melihat geng motor yang ternyata musuhnya.

Daniel turun dari motornya di ikuti anak buahnya. Geng yang baru saja datang ikut turun, mereka saling bertatapan tajam. Ketua geng itu menoleh menatap Ezra,"eh cupu, minggir lo" ezra langsung berjalan menjauhi mereka. Berdiri di dekat pohon yang tak terlalu jauh dari dua geng motor itu.

Ezra bisa melihat jika mereka tengah berbincang, dan acara selanjutnya yang sudah Ezra prediksi adalah mereka  bertarung. Ezra tak berniat menelpon polisi sama sekali, tapi polisi itu datang sendiri . Ezra yang masih ada di sekitar mereka langsung berlari menjauh.

"hey kamu tunggu!!" Ezra menoleh kebelakang, beberapa polisi mengejarnya. Astaga apa yang salah dari dia, dia hanya menonton pertandingan yang cukup seru saja tadi.
Ezra masih terus berlari, mengitari beberapa gang.

"hey kamu cepat berhenti sebelum pistol ini mendarat di kaki kamu!!"

Mendegar ancaman itu membuat Ezra panik bukan main. Dia menambah kecepatan berlarinya. Suara tembakan peringatan sudah terdengar , Ezra semakin takut. Hingga sampai di gang sempit, satu tanganya di tarik oleh seseorang ke salah satu himpitan rumah.

Ezra membuka matanya perlahan, matanya membulat ketika melihat Gladis di depanya. Ezra akhirnya bisa bernapas lega, dia menjitak kepala adiknya pelan,"kakak kirain siapa, kaget tau" Gladis hanya terkekeh. Dia memajukan tubunya untuk melihat para polisi yang mengejar kakaknya.

"mereka kayanya udah gak ada"

"beneran?" Gladis mengangguk.

"yaudah ayo pulang" Ezra menggengam tangan adiknya. Dia sedikit mengendap takut ketahuan.

Ezra membantingkan tubuhnya di sofa kosannya. Ya, mereka tingal berdua di kosan kecil ini. "nih minum" Gladis datang membawa segelas air putih untuk kakaknya. Ezra bangkit dan mengambil gelas itu, meneguknya hingga habis.

Gladis duduk di dekat kakaknya,"besok aku mau ijin gak sekolah" Ezra menoleh setelah mendengar ucapan adiknya.

"mereka nyuruh aku kesana lagi" Ezra yang mengerti arah pembicaraan adiknya langsung mengangguk mengiyakan.

"mau kakak antar?" Gladis menggeleng. Dia menatap kakaknya.

"mereka yang jemput Gladis, kakak gak perlu khawatir"

"bagus deh, seengaknya mereka tanggung jawab, yaudah siapin baju kamu sana. Eh iya, berapa hari?"tanya Ezra.

"tiga hari, malamnya aku pulang"

N E R D : Two Sided | Lee Jeno✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang