D U A P U L U H

210 20 1
                                    

Happy reading!!





























Persidangan pembunuhan yang di lakukan Doni dengan anak buahnya di lakukan hari ini. Doni berhasil ditangkap ketika dia bersembunyi dia rumah orangtuanya.

Keempat anak buahnya sudah di tangkap terlebih dahulu sebelum Doni. Doni dan anak buahnya di bawa ketempat persidangan, mereka duduk berjajar menghadap sang hakim.

Persidangan didatangi oleh kedua keluarga, bahkan kakek Ezra datang jauh-jauh untuk mendengarkan keadilan terhadap anak dan menantunya.

Ezra datang bersamaan dengan keluarga Keira yang baru sampai, dia duduk di dekat sang kakek. Semua saksi telah di kumpulkan, mereka di beri pertanyaan tentang pembunuhan terhadap Jordi dan istrinya.

Beberapa bukti sudah di perlihatkan, Doni tidak bisa berkutik karena semua bukti mengarah kepadanya. Bahkan polisi yang dia suap  berhasil ditangkap.

Karena bukti sangat kuat, hakim memukul palu sebanyak tiga kali dengan hukuman terhadap Doni di penjara seumur hidup. Mendengar hukuman yang di berikan kepada suaminya, istri Doni tidak bisa membendung air matanya.

Keira memeluk sang bunda dengan erat, sedangkan Daniel hanya bisa menatap datar kedepan. Dia menolehkan kepalanya kearah Ezra dan keluarganya, mereka tengah tersenyum bersama.

Doni kembali di bawa. Melihat Doni akan segera menjalankan hukumannya Ezra bangkit dari duduknya. Doni yang sedari tadi menunduk mulai mendongakkan kepalanya, menatap Ezra yang tengah menatapnya.

"Selamat atas hukumannya tuan Doni" Ezra tersenyum membuat Doni menggeram. Anak sialan batinya," seharusnya hukuman yang anda dapatkan lebih dari ini, karena apa? Karena nyawa harus di bayar nyawa!"

"Ezra udah, yang penting pembunuh orang tua kamu sudah di hukum" Dita berbisik, dia menarik tangan Ezra agar Doni segera menjalankan hukumannya.

Doni menolehkan kepalanya menatap Ezra dengan tatapan dendam, sedangkan yang di tatap malah tersenyum manis membuat Doni berdecih.


.
.
.


"RADIT, ARTHUR, KESINI KALIAN!!"

sepertinya ada dua musuh yang sudah menjadi teman, Radit dan Arthur berlari kearah lapangan sekolah. Entah apa yang mereka perbuat hingga guru BK mengejar mereka - sebut saja pak Gugun.

"Astaga berhenti dulu, bapak capek!"

Karena mereka berdua juga lelah, mereka ikut berhenti. Mendapatkan kesempatan untuk menangkap dua bocah di hadapannya, pak Gugun segera menarik kerah seragam Radit dan Arthur.

"Kena juga kalian" pak Gugun tersenyum sedangkan dua orang di depannya panik karena tertangkap "ayo ikut bapak !"

Radit dan Arthur di bawa ke belakang sekolah, mereka berdua menatap cat tembok yang berserakan di bawah. "Ayo cat tembok rungan ini"

"Bapak gila!" sewot Radit. Bagaimana dia tidak kesal, tembok ini sangat besar dan luas.

"Kamu bilang bapak gila!" Pak Gugun melotot.

"E-nggak gitu maksud saya pak" Radit gelagapan sendiri melihat pak Gugun yang ada di sampingnya sudah menatap tajam, "maksud saya , ini gak bisa selesai sama dua orang pak"

"Bener tuh pak, tambah satu lagi aja" saut Arthur yang setuju dengan ide Radit. Baru kali ini dia setuju dengan Radit.

Pak Gugun berpikir sejenak, ada benarnya juga apa yang di katakan muridnya. Radit dan Arthur memperhatikan pak Gugun yang masih berpikir.

N E R D : Two Sided | Lee Jeno✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang