6. Rest In The Restaurant
Mereka semua berjalan begitu lama dijalanan yang kosong itu.
"Bisakah kita berhenti?"tanya Jade memohon karena kakinya sakit sekali.
"Uhm... Tidak."jawab May tegas.
"Mungkin kita harus berhenti."ucap Daniel yang berjalan disebelah May. "Kita sudah berjam jam berjalan dan hanya berputar disini." Daniel memberi penjelasan.
May berjalan dan melihat sebuah restoran bagus. "Ayo masuk!!!"ucap May. Mereka semua dengan bersemangatnya segera masuk ke restoran.
"Tunggu!!!" James lagi lagi memecah suasana. "Apa disini aman?"
"Kau tau dimana tempat yang aman?" Jade menantang.
"Baik."jawab James.
"Aku saja yang masuk duluan!"ucap May yang segera masuk ke restoran itu.
May melihat restoran itu. "Aman!"
Mereka semua segera masuk dengan semangatnya. Jade dan Paul segera mencari makanan di lemari makanan. Sedangkan Connor dan anak buahnya duduk rapi sambil merapikan isi tas mereka yang kepenuhan. May meletakkan tasnya di meja. Dia sudah menghabiskan semua coklat dan sereal yang dibawanya. Mereka semua tidak pernah terpikir kalau perjalanan ini akan sampai sebegini jauhnya. Daniel hanya ikut ikutan duduk bersama James.
Jade mengambil 3 bungkus roti, selai kacang, dan sekotak keju dari lemari makan, sementara Paul hanya membuat sandwitch dari bahan bahan yang diambil Jade.
May berjalan mengelilingi restoran itu, mencari makanan yang lain. Dan dia mendapatkan satu mesin snack.
Brang!!!
May memecahkan kaca mesin itu. Semua yang ada disana segera menoleh ke arah May.
"What the hell, you think you doin?"tanya Paul.
"Mencari makanan."jawab May santai sambil mengambil semua snack itu dan memasukkannya ke kantong jaketnya.
"Kau butuh sebuah tas jinjing yang tadi kau buang, jika mau membawa semua itu."ucap Doyle.
May memikirkan itu dan segera mencari tas jinjing atau apapun itu yang mudah dibawa, disekeliling tempat itu. "Seharusnya aku tidak membuangnya."gumam May.
Jade membantu May mencari tas jinjing. Jade mendapatkannya tak jauh dari tempatnya menemukan bahan bahan untuk sandwitch-nya."Aku dapat!!!"ucap Jade sambil memperlihatkan tas jinjing yang berukuran sedang itu.
May mengambilnya. "Thanks!!!"
"Ya." Jade segera duduk di sebelah ayahnya sambil makan sandwitch bersama anggota SWAT dan Daniel.
May mengambil banyak snack dan menyimpannya di tas jinjingnya. Daniel yang selesai makan sandwitch ke-3 buatan Paul. Daniel melihat tasnya. Dia hanya membawa pakaian dan beberapa makanan kaleng di tasnya. Daniel berjalan mendekati May. May melihat Daniel yang membawa tasnya.
"Kau mau?"tanya May saat melihat Daniel.
"Ya."jawab Daniel.
"Ambil saja."ucap May.
Daniel segera mengambil snack itu dan memasukkannya ke tas dan kantong jaketnya. May yang sudah mengambil snack dan menyimpannya di tasnya dengan mudahnya memecahkan mesin minuman lainnya. Lagi lagi semuanya menoleh tapi akhirnya kembali makan.
"Tanganmu tidak sakit?"tanya Daniel yang melihat May memecahkan kaca mesin itu.
"Tidak. Sudah biasa."jawab May sambil mengambil minuman Coke dan memasukkannya ke tasnya. Lalu melihat Daniel yang terdiam. "Kau mau?" May mengulang perkataannya yang tadi.
Bagi Daniel itu adalah izin baginya. Dan entah kenapa gadis kuat satu ini seperti temannya sekarang.
Setelah mengambil persediaan May duduk di kursi dan melepas mantelnya. "Panas?"tanya Daniel yang duduk di dekatnya.
"Tidak."jawab May sambil mengambil tasnya dan mengambil jaketnya yang tipis lalu menyimpan mantelnya.
"Kau tidak bisa menyembunyikan pistolmu."ucap Daniel.
May baru sadar akan hal itu. Tapi dia bisa menyimpannya di tas miringnya dan itu yang dilakukan May. "Pintar."puji Daniel.
"Thanks, Rob!"jawab May.
Daniel kesal bercampur senang. "Kau akan selalu memanggilku, Rob?"tanya Daniel.
"Mungkin nanti saja aku memanggilmu, Dan."jawab May. "Daniel."lanjut May pelan.
Daniel yang mendengar May hanya ikut ikutan bicara. "Maynolds."
***********
Jade memakan sandwitch buatan ayahnya entah sudah yang keberapa. Ayahnya dan para anggota SWAT sedang mengobrol tentang hal hal yang tidak dia mengerti.
Jade melihat ke arah lain. May dan Daniel?, pikir Jade kaget melihat keakraban May dan Daniel.
May sedang makan snack bersama Daniel. Dan mengobrol tentang film film yang bertemakan kehancuran.
Jade pelan pelan berjalan kearah May dan Daniel. Daniel melihat Jade, dan Jade menempelkan telunjuknya di depan mulutnya. Hanya sebagai isyarat agar Daniel diam. Paul, Connor dan anggota SWAT lain terdiam melihat pertunjukkan yang dibintangi Jade dan May.
Daniel hanya bersikap biasa. Tapi, May mendengar suara tapakan kaki Jade.
"I know you there! Why hide in the shadows?" May mengagetkan semua yang ada di ruangan itu.
Daniel tertawa terbahak bahak. Jade terkaget. May bisa tau siapa yang ada didekatnya hanya dengan mendengar suara tapak kakinya.
"How you know i behind you?"tanya Jade.
"I can your footsteps."jawab May santai.
"That hilarious."ucap Daniel.
"Shut up!!!"balas Jade.
"Ok, Kids."ucap Connor. May menoleh. "People?"tanya Connor. May terdiam dan kembali memakan snacknya.
"What you try to say?"tanya May tanpa menoleh pada Connor.
"Kau bilang kita harus pergi ke D.C!"jawab Connor bingung karena seharusnya May ingat apa yang di katakannya.
"Kupikir kalian tidak akan ikut."ucap May.
"Jika untuk keselamatan kami pasti ikut."jawab Daniel. Michelle dan James melirik Daniel sinis. "Maksudnya, keselamatanku."koreksi.
"Ok. Rapikan barang barang kalian."ucap May tegas. "And walk in a place without trace."lanjut May pelan.
#ToBeCountinued
KAMU SEDANG MEMBACA
A Place Without Trace (#1 Survivors Trilogy)
Science Fiction'Kalau kau sendirian di jalan seperti ini mungkin kau juga akan lari.' 'Penakut!!!' May dan Daniel bertemu disebuah jalan kosong tanpa jejak. Tapi tak satupun dari May atau Daniel mengetahui mengapa itu terjadi. Dan anehnya lagi, tidak ada tanda tan...