❂ ᴄʜᴀᴘᴛᴇʀ 15 ❂

267 52 13
                                    

Reminder: OC, OOC, Typo (mungkin), dll.

Yaku POV

"Gitu ya.." gumamku.

Kunimi menganggukkan kepalanya sedikit.

"Jadi, mau kita minta mereka turun sekarang atau bagaimana?" tanya Futakuchi.

"Sekarang aja, kasian Fuku sudah mulai kehabisan ide cerita" jawab Kunimi.

"Fuku?"

"Lupakan saja, nggak penting banget kok"

"Pohon mana?" Konoha celingak-celinguk mencari pohon yang dimaksud Kunimi.

"Tepat di sebelah kita saat ini"

"Oke deh" gumamku sembari tersenyum menyeringai.

Aku melepaskan jaketku dan mengikatnya di pinggangku.

"Kalian alihkan perhatian mereka sementara aku akan 'menjemput' mereka"

"Ha'i"

Dan sesuai dengan permintaanku tadi, mereka langsung membuat keributan.

Setelah yakin kondisinya memungkinkan, aku segera masuk ke dalam semak-semak dan mulai memanjat pohon yang dimaksud Kunimi dengan perlahan.

Setelah beberapa detik aku memanjat, aku melihat 4 sosok manusia sedang mengawasi teman-temanku di salah satu batang pohon.

'Benar-benar seperti yang dikatakan Kunimi' pikirku.

Dengan perlahan, aku memanjat mendekati mereka dan menepuk salah satu pundak mereka.

"Kalian stalker aneh ya?"

Sebelum mereka sempat berbuat sesuatu, aku mendorong mereka.

Untung saja, tempat mereka mengawasi kami tidak terlalu jauh dengan tanah.

Aku segera melompat turun dan mengeluarkan sebuah pisau lipat untuk mengonfrontasi mereka.

Aku menodongkan pisau lipatku ke arah mereka dan bertanya,

"Siapa kalian?"

Keempat orang tersebut hanya terdiam dan menatap satu sama lain.

"Aku ulangi sekali lagi, siapa kalian?"















"Tolong turunkan senjatamu, aku akan menjelaskan semuanya" ujar seorang lelaki berambut hitam dengan rambut putih berkumpul di bagian poni tengahnya dan  merupakan orang yang paling kecil di antara mereka berempat.

"Kamu yakin? Tapi bukannya--" tanya seorang lelaki berambut coklat dengan poni di sapu ke sebelah kanan sebelum dipotong oleh lelaki sebelumnya.

"Aku yakin abang bisa memahami kondisi kita saat ini. Lagipula, percuma saja kita kabur sementara ada yang sedang menodongkan pisau lipatnya ke arah kita, siap menyerang kita berempat kapan saja" ujarnya panjang × lebar.

"Aku setuju ana" lelaki berkacamata di sebelahnya mengangguk setuju.

"Ehem, kami menunggu" dehamanku menarik kembali perhatian mereka.

"Kita berempat mengikuti kalian karena nyawa kalian semua dalam bahaya" ujar gadis dengan kuciran low ponytail.

"Abangku meminta kami untuk mengawasi kalian untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan" sambung lelaki dengan rambut putih tadi.

"Baiklah, kami percaya" ujarku.

"Segitu gampangnya?" tanya Yahaba.

"Kalau dipikir-pikir lagi, Yaku nggak salah" celetuk Semi.

Last Adventure (Ft. Haikyuu) ✔︎Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang