3

333 47 1
                                    



Seperti yang dijelaskan pada chapter sebelumnya, si kembar lahir di Miyagi pada 13 Agustus. Itu adalah malam hari yang tenang, damai, dan tentram. Angin sering sekali melewati kediaman Ushijima yang dikelilingi pepohonan, hijau dan menyatu dengan alam.

Nyonya Ushijima pada saat itu terbangun dari tidurnya, merasa luar biasa sakit pada perutnya. Dia tahu bahwa dia akan segera melahirkan. Maka, dia membangunkan suami di sebelahnya, dan keduanya menyalakan keributan di kediaman tersebut.

Di rumah sakit, mulas dan sakit sang ibu menghilang. Rupa-rupanya, anak-anak kembar itu cukup bandel dengan membuat panik sanak saudara, tetapi itu hanya berlangsung selama tiga jam.

Pada pukul 12 lewat tiga belas menit, sang kakak terlahir. Dia tidak menangis. Dokter mesti menampar pelan tubuhnya hingga bayi perempuan itu menangis. Suaranya begitu lirih, rapuh, dan seperti meminta dipeluk.

Delapan menit kemudian, menyusullah sang adik. Suaranya begitu nyaring, membawa kelegaan di sekujur tubuh sang ayah yang sedang menggenggam tangan ibu. Pipinya kemerahan, tidak pucat seperti kakaknya. Begitu diserahkan kepada ayah, tangisannya langsung terganti dengan tawa. Tawa murni yang polos.

Dan begitulah adanya, sang kakak terkutuk dan sang adik yang terberkati.

Sang kakak diberikan nama Wakumi, sementara adiknya Wakatoshi. Pada masa kecilnya, Wakumi adalah anak yang cukup cerewet. Dia mengamati pertengkaran orangtuanya mengenai tangan kidal Wakatoshi, dan belajar dalam diam untuk melatih kedua tangannya sehingga bisa mengimbangi adiknya.

Dia benci warna pink dan boneka putri, lebih ingin menjadi pangeran berkuda putih. Katanya, "supaya bisa menyelamatkan Wakatoshi!" pada ibunya di suatu siang sehabis dari tempat bermain.

Di umur delapan tahun, dia bertanya, "apa jadinya jika tidak ada gravitasi? Mengapa gravitasi hanya ada di Bumi?"

Wakumi sangat mencintai keluarganya. Dia suka berolahraga pagi bersama ayahnya, menemani ibu membuat sarapan, bermain bersama Wakatoshi, dan dibacakan cerita pengantar tidur oleh neneknya di malam hari.

Menurutnya, keluarganya adalah yang paling sempurna.

Tapi dia tahu sendiri kalau itu tidak benar.

Ayah dan ibunya tidak lagi satu kamar, dan keduanya jarang menunjukkan kedekatan kecuali di sekitarnya dan Wakatoshi. Ayahnya lebih sering keluar rumah daripada dulu, dan ibunya semakin sibuk dengan toko keluarga.

Ayahnya sempat pulang mabuk dan bertengkar dengan ibunya, tidak menyadari bahwa dia sedang bersembunyi di balik sofa, menutupi telinga Wakatoshi yang sedang terlelap.

Sementara itu, Wakatoshi lebih pendiam. Dia tahu bahwa ibunya tidak suka dia menggunakan tangan kirinya terlalu sering, tetapi kakaknya bilang itu tidak apa-apa.

Dia sudah menyukai voli sejak dini, manghabiskan waktu bertiga dengan ayah dan Wakumi bermain voli ketika sang ayah tidak sibuk.

Suatu ketika ayahnya bekerja dan Wakumi sibuk di kamarnya--dia bilang percobaan Archimedes, tetapi Wakatoshi tidak begitu mengerti--dia mencoba bermain voli sendirian dan tangannya terluka. Sejak itu, dia selalu diekori Wakumi kemanapun dia pergi.

Dia tahu kalau kakaknya sangat pintar. Wakumi sering membicarakan tentang hukum Newton sewaktu mereka pulang dari tempat  bermain, namun tidak ada yang merespon dan dia perlahan terdiam. Wakatoshi sudah mencoba menghiburnya tetapi dia rasa Wakumi tidak sedih.

Dia cukup tertarik pada robot dan mobil mainan, namun pada akhirnya dia akan kembali pada voli.

Dia menyayangi keluarganya. Dia sangat menyukai Nasi Hayashi yang dibuat ibunya saat makan malam, latihan voli dengan ayahnya, celotehan Wakumi tentang hal yang tidak Wakatoshi pahami namun masih seru didengarkan, dan nyanyian pengantar tidur neneknya.

Dia tahu Wakumi menyembunyikan sesuatu darinya, tetapi dia tidak akan bertanya selama Wakumi masih ingin menyembunyikan hal itu.

Dan ketika umur mereka menginjak sepuluh tahun, sangat belia dan hijau, masih belum mengerti sepenuhnya tentang dunia dan moral di dalamnya.

Ayah dan Ibu bercerai.

Ayah membawa Wakatoshi bersamanya, dan Wakumi tinggal bersama Ibu. Pada awalnya, kedua anak itu tidak merasakan apa  pun, mengira itu hanya perjalanan wisata biasa.

Wakatoshi tetap akan pulang dan Wakumi akan mendapat oleh-olehnya.

Namun selama sebulan, Wakatoshi dibawa menggelilingi Jepang, sementara Wakumi mulai bertanya-tanya.

Enam bulan kemudian, Wakatoshi jatuh sakit karena terlalu banyak berseluncur di Kyushu dan Wakumi kecelakaan ketika merengek ingin es krim.

Melihat buah hati mereka tidak kunjung sembuh, Ayah dan Ibu memutuskan bertemu dan merencanakan reuni saudara kembar itu.

Wakatoshi dengan kursi rodanya, dan Wakumi dengan kruknya. 

Sang kakak segera berlari menanggalkan alat bantunya, mengabaikan rasa sakit luar biasa di kakinya. Sang adik menggerakkan kursi rodanya dengan susah payah, tak peduli walau kepalanya berdenyut.

Keduanya berpelukan sambil menangis dalam diam, luruh ke tanah dengan sengauan dan cegukan lega.

Seminggu kemudian, Wakatoshi sembuh dari demam tingginya dan Wakumi mengalami kemajuan dalam berjalan tanpa kruk.

Setelah itu, keduanya tidak pernah dipisahkan lagi.


*


"Wakatoshi, kau baik?" Wakumi mendatangi adiknya sambil menyodorkan botol minum.

Wakatoshi menerimanya dengan cemberut. "Kenapa Onee-san datang?"

"Kau tak suka? Baiklah, aku tak akan mengganggumu lagi." Wakumi mengulas senyum. "Selama kau senang, Wakatoshi-kun."

"Bukan begitu." Wakatoshi cepat-cepat menggeleng. "Onee-san kan sibuk."

"Adikku sudah besar. Sudah bisa mengkhawatirkan kakaknya." Wakumi meneteskan air mata imajiner. "Tak masalah, adikku. Tak masalah. Bahkan kalau aku sedang dalam percobaan roket mini bersama Senkuu-chan dan Chrome-chan sekalipun, aku akan tetap melihatmu latihan."

Sebesar itulah rasa sayang Wakumi kepada Wakatoshi.

Dan sepeduli itulah Wakatoshi kepada Wakumi.

Mereka adalah saudara kembar, pada akhirnya.



T.B.C.
________________________________________________

Beri saya satu biji aja kakak/adek kek mrk... punya sodara setan smua...

My Toneless Brother || Ushijima x Twins F!Oc [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang