Ini sudah sanggat terlambat
Untuk sekedar mengatakan kata maaf
Ku akui ini adalah sebuah kesalahan
Kesalahan yang hanya menyisakan penyesalan
~ authorRidwan membantu Fenly untuk pergi ke kamar miliknya, saat ini mereka sudah sampai di rumah Fenly, saat memasuki kamar Fenly hal pertama yang menarik perhatiannya adalah sebuah frame yang tergantung didinding, sebuah foto delapan pria yang terlihat saling menyanyangi satu sama lain.
" Itu Ricky kan ? Dokter muda yang terkenal itu "
" Lo kenal sama bang Rick ? " Tanya Fenly sambil menatap Ridwan yang saat ini duduk disisinya
" Ummm... Dia junior gue waktu ambil spesialisasi, dia cepet banget belajar, lama gue ngga ketemu sama dia. Oh iya kalau Lo kenal sama Ricky harusnya Lo ngga ngerasa kesepian kan ? Ricky yang gue kenal dia baik kok, perhatian lagi "
Fenly menundukkan kepalanya, apa yang dikatakan Ridwan tidak salah, Ricky yang Fenly kenal dulu juga sangat baik, dia selalu melindungi Fenly, tapi Ricky yang sekarang lain.
" Gue salah ya ? Dari tatapan Lo, gue tahu kalau Lo ngga setuju sama omongan gue kan ? Ricky ngga sebaik itu ya ? "
" Engga bang Ricky baik, mereka yang ada di foto itu baik banget sama gue... Cuma gue ngga mau repotin mereka aja jadi kalau ada masalah gue ngga mau libatin mereka, lagian mereka pasti punya masalah sendiri kan ? "
" Iya sih... Yaudah gue balik dulu ngga papa kan ? Lo jangan lakuin aneh-aneh lagi ya "
" Ummmm.... Makasih ya bang "
Ridwan mengangguk dan kini pergi dari rumah Fenly. Fenly kembali merasakan kesepian ia menatap lagi foto yang tadi menjadi bahan perbincangannya dengan Ridwan, ia mengunci tatapannya pada foto dirinya yang saat itu berada dalam pelukan Shandy. Air mata Fenly kembali jatuh, ia merindukan Shandy dan semua orang yang dulu pernah ada disampingnya.
Fenly meraih gelang yang seharusnya masih Shandy kenakan, bahkan dulu Shandy berkata akan menjaga baik-baik gelang ini dan tak akan melepasnya. Tapi sekarang gelang ini kembali ke tangan Fenly dan Shandy pergi begitu saja.
Fenly mendengar suara gaduh di lantai bawah, ia menghapus air matanya dan kini perlahan menuruni tangga. Fenly menatap bayangan pria yang saat ini tengah membelakanginya, kini jarak Fenly tak begitu jauh dari pria itu, pria itu berbalik dan langsung menatap Fenly sambil tersenyum.
" Papa... " Kata Fenly terkejut saat melihat Wijaya berdiri tepat dihadapannya
" Apa kabar Fenly ? Sebenernya saya dilarang Ricky untuk membunuh kamu, tapi sepertinya saya memiliki jalan pikir lain... Saya ingin kamu benar-benar pergi dari dunia ini "
Fenly tersenyum, jika tadi dia gagal bunuh diri akankah kali ini dia berhasil menyusul kedua orangtuanya ? Fenly ingin sekali menyerah dan membiarkan Wijaya membunuhnya tapi ia teringat pesan Ridwan bahwa bunuh diri bukan solusi.
" Fenly emang mau mati pa, tapi ada yang bilang sama Fen kalau mati ngga akan pernah jadi solusi "
Wijaya terseyum licik, ia kini menyerang Fenly. Jika Wijaya pikir Fenly akan menerima serangan itu Wijaya salah, Fenly dengan gesit menghindar dan kini mengimbangi Wijaya. Sebenarnya Wijaya terkejut kenapa Fenly bisa membaca semua gerakannya seperti saat ia mencoba melawan Farhan.
Merasa ia mulai kesulitan mengimbangi Fenly, Wijaya memanggil bantuan dan kini mengeroyok Fenly, seseorang berhasil memukul punggung Fenly yang membuat Fenly terjatuh pada pelukan Wijaya.
" Hari ini adalah hari yang paling indah untuk kamu mati Fenly " kata Wijaya yang langsung menikam Fenly dengan pisau yang ia bawa
" Semoga kamu berhasil menemui kedua orangtua kamu ya " kata Wijaya lagi yang kini langsung mencabut pisau miliknya dan mendorong Fenly
KAMU SEDANG MEMBACA
TANDA TANYA || UN1TY
FanficThreequel Dari "Koma" Pastikan sudah baca "Koma" dan "Titik" sebelum baca "Tanda Tanya" ya ! Tuhan aku ingin bertemu dengan mu sebentar saja Aku ingin bertanya takdir seperti apa yang kau siapkan ? Bertanya bagaimana berjuang melewati malam Dan s...