17. Ditinggalkan atau meninggalkan?

149 75 10
                                    

Biasakan sebelum baca wajib beri suara(vote)!☺️🔪

Happy reading
.
.
.

||||||||||||||

Ice tersentak tepat setelah mendengar kata-kata yang adik bungsunya tekankan itu. “Kau..”

“Apa itu?” tanya Name dengan nada yang terkesan ragu.

“Kak Ice.. melakukan hal keji.”

“Eh?”

“I- BLAZE!”

Bukannya berhenti, Blaze kembali melanjutkan ucapannya pada telepon itu. “Dia ... berselingkuh padahal sudah memiliki pacar. Dan apa ayah dan ibu tau juga? Bahkan Ice ... MENGHAMILI SELINGKUHANNYA!”

“Tunggu-- APA?!?”

Terkejut bukan main mendengar penjelasan tiba-tiba yang Blaze berikan itu.

GREB

Telepon itu ditarik, lalu dihempaskan ke lantai tanpa berpikir. “ITU FITNAH, BLAZE!!”

“Handphone-gue!" Blaze yang terkejut menampak handphone-nya sedikit hancur di lantai pun seketika langsung menarik erat kaos yang Ice pakai.

“SIAL! KENAPA KAU HARUS MENGHEMPASNYA?!”

“KENAPA KAU MEMPERCAYAI FITNAH ITU!!?”

“ITU KEBENARAN! Kemarin bahkan sudah diperlihatkan buktinya. Testpack yang mengukirkan dua garis tanda positif. Jadi berhenti berbohong, ICE!”

“Jika memang benar, MAKA ITU BUKAN ANAK GUE! Gue ... tidak sekejam itu, Blaze. Gue tidak pernah berselingkuh. Gue mencintai Edrea setulus hati dan itu bukan hanya sekadar yang terlihat.”

“L-I-A-R ... LIAR!”

“I-” Tak habis pikir dengan adiknya yang terus saja tidak mempercayainya ini.
Blaze yang melihat sang kakak sulung sudah terdiam pun menatap remeh. “Heh..”

Tanpa sadar, segala obrolan mereka terdengar oleh empat belah telinga yang Blaze telepon tadi, yaitu Boboiboy selaku ayah ... dan Name selaku ibu.

Raut terkejut amat terukir. Bahkan air mata tanpa sadar jatuh dari kelopak mata sang ibunda yang perlahan terdiam dalam heningnya ruangan kerja mereka.

Boboiboy mungkin juga sangat terkejut, tapi ia masih mampu mengendalikannya. Ia dengan hati-hati menarik tubuh Name untuk berdiri dan menenangkan secara perlahan.

“K---kita ... harus pulang..!” ajak Name seraya mengelap air mata yang telah jatuh ke bagian pipinya.

Boboiboy mengangguk, lalu mengajak sang anak, Frostfire yang sedari tadi berada bersama mereka tuk pulang ke rumah menemui Ice untuk dimintai penjelasan.

Trek Brem

Mobil dikemudikan, bergerak dari Kyoto menuju rumah yang berada di Tokyo.

“G-gagal..”

“K-kita g.. g-gagal..”

“Name, tenangkan dirimu,” minta Boboiboy mulai khawatir dalam kepanikan di dalam dirinya.

“Kita..”

“Tenang.”

“KITA GAGAL, BOI!!”

“!” Terdiam seketika. Bukan hanya Boboiboy, tapi juga Frostfire ikut tersentak mendengar teriakan Name itu.

Menggelegar, membuat rasa cemas serasa mulai menyelimuti diri mereka. “Name, kumohon tenang,” minta Boboiboy seraya ikut mencoba menenangkan dirinya juga.

You Always Mine, Edrea. (segera terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang