Grizelle mengambil sepasang ikat rambut merah dan memberikan satunya kepada Mora. Mengikat seluruh rambutnya menjadi satu. Ekor matanya melirik Mora yang sedang menyematkan arloji.
"Apa nggak masalah kamu pergi tanpa kasih kabar Agaam?" tanya Grizelle sambil memangku rahangnya.
"E-hm. Sekarang ini dia lagi sibuk-sibuknya. Aku nggak mau membebani Agaam. Lagipula misi ini lebih pas kita berdua yang jalani, kalau kaki tangan Agaam yang turun bisa-bisa rencana kita gagal total." Setelah menyelasaikan kalimat, Mora memasang topi hitam dan mengeratkan pengencangnya.
Grizelle geleng-geleng. "Mau bagaimana pun alasannya, dia tetap calon suami— juga calon ayah dari janin yang kamu kandung sekarang."
Sudut bibir Mora tertarik. "I know. That's why I did this. Karena kalau usia kehamilan aku lewat tiga bulan, aku nggak akan bisa 'seaktif' ini lagi."
"I can't force you anymore. Sebagai pengingat, jaga baik-baik kandungan yang ada di sini. Jangan sampai menyesal dengan keputusan yang kamu ambil," pesan Grizelle tegas.
"Tentu, aku pasti ingat."
"Omong-omong, bagaimana kabar Elard? Kamu nggak kerepotan jaga dia?" celetuk Grizelle. Wanita itu sengaja menempatkan Elard di apartemen Mora karena akan jauh lebih aman.
"Elard selalu baik. Dan sama sekali nggak repot. Justru aku senang karena dia manis, lucu, terutama pipinya yang penuh itu. Dia memang duplikat banget sama Kakak!" sahut Mora menggebu-gebu.
"Siapa dulu Mommy-nya. Grizelle," timpal Grizelle sambil menepuk dada kanannya.
"Iya, Mommy Grizelle. Aku padamu." Mora terkikik menyaksikan ekspresi bangga Grizelle.
"Tapi maaf, ya, aku masih belum bisa sepenuhnya bawa Elard pulang. Kamu tahu sendiri, kondisi sekarang sangat nggak memungkinkan buat dia ada di dekat aku," ucap Grizelle getir. Selain merasa tidak enak, dia juga sedih tak bisa berlama-lama menengok anaknya.
Mora tersenyum teduh. "Kakak nggak perlu merasa bersalah. Aku tahu ini bukan salah Kakak, semua pasti ada alasannya."
"Thanks a lot, Mora. Selama ini aku selalu urus masalah sendiri sejak sahabat terdekat aku pergi. Dan saat kamu datang waktu itu, kamu mengingatkan aku tentang dia. Sikap, karakter bahkan wajah kamu nyaris mirip semua. I really miss her," lirih Grizelle. Sudut matanya sedikit basah karena air mata.
Tangan Mora mengelus pundak Grizelle bermaksud meredakan kesedihannya. Beberapa menit berlalu, Mora melirik jam di lengannya.
"Sudah saatnya, Kak. Kita berangkat?"
Setelah merasa baikan, Grizelle menyahut dengan semangat. "Let's go! Waktunya pembalasan!"
🃏🃏🃏
Tidak ada satupun jejak yang Agaam dapat temukan. Kali ini, Mora benar-benar cerdik menutupi eksistensinya. Bahkan satu-satunya benda yang paling mudah disadap –handphone, sengaja dirusakkannya. Selebihnya, Mora meninggalkan segala bentuk yang dicurigai bisa saja Agaam lacak. Agaam akui tunangannya memang mulai berubah, menjadi licik dan rumit. Tetapi, Agaam tak menyangkal kalau dia sangat menyukai Mora yang sekarang.
"Tuan, sepertinya Nona benar-benar tidak meninggalkan jejak sekecil apapun. Apa harus saya ambil pilihan nomor 2?" tanya Derston membawa lembaran dokumen.
Yang di maksudnya adalah, menurunkan tiga ratus orang-orang 'khusus' dalam satu kota London. Meski ingin, pria itu menolak jika langsung bertindak. Dia menikmati perbuatan yang wanitanya sedang lakukan.
"Tidak. Aku sendiri yang akan cari dia."
"Baik, Tuan."
Begitu Derston pergi, Agaam berjalan ke kamar Elard. Nuansa hijau pastel menyuguhkan indera penglihatannya. Setelah menyalakan saklar lampu, pria itu menghampiri Elard yang sedang telentang menatapnya. Agaam tersenyum samar melihat mata jernihnya yang polos.
"Kiddo, your aunty is suck crazy. But that's what makes her more hot and sexier. Dan sekarang, dia sangat bernyali besar melempar diri ketepi jurang tanpa minta bantuan Paman. Kamu tahu? Ibumu juga," ucap Agaam pada balita yang bahkan mustahil mengerti dengan apa yang diucapkannya.
"Lalu kenapa kamu masih di sini? Calon istri kamu dalam bahaya, Agaam."
Suara yang menginterupsi itu mengalihkan pandangan Agaam. Di depan pintu berdiri Haznera sambil melipat kedua tangannya. Dilempari tatapan menusuk tidak membuat Agaam tersudut. Justru dia terkekeh kecil menanggapi kalimat Haznera.
"Aku tahu. Dia mulai berani sejak hamil. More sexy, isn't it?" acu Agaam.
"Anak bodoh! Bisa-bisanya masih santai sedangkan calon istri kamu dibiarkan sendirian," sembur Haznera kesal.
"Dia nggak sendiri. Ada Nera si penelantar anak," sahut Agaam enteng.
Gigi Haznera bergemulatuk menahan umpatan mengingat masih ada Elard. Dengan wajah masam, wanita itu mengambil alih cucunya dalam gendongan.
"Jadi apa rencana kamu?" tanya Haznera setengah niat.
Terdiam beberapa saat, Agaam menjawab dengan senyum datar, "Tentu melihat sejauh apa yang akan Mora lakukan nantinya."
⚜️⚜️⚜️
TBC.
Lama bgt ya? Pasti klian kangen sy nih hhehe ᐛ
Mau cepet tamat enggak 🤔
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀𝐆𝐀𝐀𝐌𝐎𝐑𝐀
RomanceAgaam pemaksa, tentu saja. Namun, ada sesuatu buruk lainnya yang Mora belum ketahui. Series 1: Cavero's since: 12/4/2020 re-publish: 1 Sept 2021 ▪️▪️▪️ #1 in insane #1 in boykiller #1 in darkromance #1 in psychopat #1 in highschool #1 in dark #1 in...