Jam istirahat menjadi waktu yang dibenci Mora. Sekarang rasanya ingin sekali dia menghilang. Mengingat pesan Agaam pagi tadi. Dia jadi tidak bersemangat. Cessy pun sudah lebih dulu ke kantin atas permintaannya.
Gadis itu menggigit bibir dalamnya, ingin sekali menolak. Namun, dia juga tidak sanggup membantah. Mengingat Agaam bisa melakukan apa pun ke depannya. Seperti malam itu.
Agaam lebih dulu keluar dari kelas. Ntah, alasannya mengapa. Dia tidak ingin memikirkannya. Merutuki hatinya karena pada akhirnya kakinya melangkah keluar. Otaknya sedang tidak berfungsi dengan baik, mendesah pasrah sambil berjalan ke taman.
Matanya mencari-cari keberadaan Agaam. Suasana di taman sangat sepi namun Mora menikmati kesejukan udara di sini. Beberapa saat badannya tersentak ke depan. Mendapati sebuah tangan melingkari perutnya.
Kulit lehernya merasakan hembusan nafas, lalu menoleh kebelakang. Agaam sedang menghirup puncak rambutnya. Setelah itu, beralih mengecup sekilas pipi Mora.
"Kamu mau makan? Kita makan di kantin apa di sini. Hm?" Suara rendah Agaam terus-menerus membuat Mora merinding. Mora menjilati permukaan bibirnya yang terasa kering.
Lalu baru menjawab, "Aku ikut kamu aja." Gadis itu spontan menepuk bibirnya.
Pilihan Mora membawanya dalam kepuasan yang Agaam dapat. Laki-laki itu menyeringai senang.
Agaam menarik pergelangan tangan Mora pada kursi panjang yang terletak di pinggir jalan setapak. Tangan satu lagi memegang bungkus makanan, yang di dapatkannya lewat suruhannya.
Agaam menunjuk makanan dengan dagunya. Jari-jari Mora masih bertaut, merasa canggung dengan situasi sekarang. Sebuah hal yang tidak pernah terjadi. Makan berdua. Dengan laki-laki. Di taman.
Mora membuka tutup kotak makan, detik itu juga binarnya muncul. Spaghetti, mie tebal dengan saus asam manis yang disukainya. Agaam tersenyum kecil, puas dengan reaksinya.
Mora memakan spaghettinya dengan lahap. Setelahnya mencari air yang tidak di dapatnya. Agaam mengulurkan tangannya kebelakang, mengambil botol air yang sudah disiapkan. Sebelum dia memberi ke Mora, tangannya terulur membersihkan bibir Mora yang terkena sisa saus spaghetti.
Kelopak mata Mora membulat. Kaget dengan tindakan Agaam yang terbilang tiba-tiba. "Makan yang bener. Jadi berantakan ini."
"Nggak mau minum? Kamu nggak haus?" Agaam memberi Mora botol berisi air. Langsung saja Mora menyambarnya dan meneguk hingga tersisa setengah.
Tak berapa lama mereka mendengar bel. Agaam dan Mora kembali masuk kelas. Tidak lupa laki-laki itu menenteng kotak bekal tadi dan membuangnya di keranjang sampah.
"Eh? Itu di buang? Kan masih baru." Pasalnya kotak bekal itu memang masih terlihat baru. Mora saja saat melihat pertama kali merasa tercengang dengan benda berwarna silver itu. Namun sayang, benda sebagus itu berakhir di tempat yang kotor.
Agaam mengangkat bahu acuh. "Nggak penting. Aku masih bisa beli lagi." Mora terdiam, tanpa sadar menggeleng pelan di samping Agaam. Sekaya apa memang dia? Buang-buang uang saja.
Guru pengajar mata pelajaran Sejarah memasuki kelas Mora. Tanpa berlama-lama menerangkan subjek yang akan di keluarkan saat kuis mendatang. Mora tampak serius dengan pembelajaran tentang objek di papan tulis. Saking fokusnya, dia tidak menyadari kalau Agaam sedang memperhatikannya.
Mata Agaam beralih menghadap depan. Otaknya berpikir ingin melakukan sesuatu yang sudah lama tidak lagi di lakukannya. Bibirnya membentuk senyum miring. Menantikan hal tersebut.
🃏🃏🃏
Mora melangkah ke gerbang sekolah. Pada awalnya dia merasa bingung karena Agaam yang tidak ada saat jam pulang. Namun, dia bersyukur begitu tidak melihat mobil hitam yang mengantarnya pagi tadi.
Dia menghela napas pelan. Berniat memesan ojek online. Tapi berhenti di tengah-tengah saat ada yang menepuk pundaknya. Matanya melotot kaget, belum siap dengan tepukan yang mendadak itu.
Lalu berbalik badan melihat pelaku. Dahinya mengernyit mendapati laki-laki yang pernah menyapanya waktu lalu sedang melempar senyum lebar ke arahnya.
"Halo, Mora. Kita ketemu lagi." Rasanya Mora ingin kabur detik itu juga. Melihat senyum lebar Ghaka yang ditujukan padanya. Mora sekedar tersenyum tipis sebagai balasan.
"Lo belum pulang? Nggak ada yang jemput atau gimana? Apa mau gue anter?" Nada bicara Ghaka terdengar bersemangat.
Mora meringis, tubuhnya tidak sepenuhnya menghadap Ghaka. "Sorry. Aku udah pesen ojek tadi." Tak ada cara lain, terpaksa dia menolak dengan cepat.
Raut wajah Ghaka sedikit berubah, namun senyumnya muncul kembali. "Oh, oke deh. Kapan-kapan bisa, kan, gue jemput lo buat ke sekolah bareng."
Lagi-lagi Mora menghembuskan napas panjang.
"Aku duluan. Ojeknya udah sampai." Tanpa menjawab tawaran Ghaka. Mora meninggalkannya begitu saja. Sejujurnya dia berbohong, dia sama sekali belum memesan ojek. Akal-akalannya saja supaya dapat menghindari situasi menyebalkan tadi.
Dengan lekas Mora memesan ojek. Sebab melihat langit yang telah berubah mendung. Dia berharap agar hujan tidak turun saat berada dalam perjalanan pulang.
⚜️⚜️⚜️
TBC.
TOLONG JAWAB KALO LIAT INI❗️kira-kira kalian mau update AM setiap hari apa aja? tadinya pengin setiap hari tapi enggak mungkin jg 😓
Terima kasih banyak yg bisa sempetin jawab. Kalo ini sepi terpaksa AM akan sangat lambat buat up. 🧎🏼♀️
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀𝐆𝐀𝐀𝐌𝐎𝐑𝐀
RomanceAgaam pemaksa, tentu saja. Namun, ada sesuatu buruk lainnya yang Mora belum ketahui. Series 1: Cavero's since: 12/4/2020 re-publish: 1 Sept 2021 ▪️▪️▪️ #1 in insane #1 in boykiller #1 in darkromance #1 in psychopat #1 in highschool #1 in dark #1 in...