02

5.6K 306 37
                                    

Pagi telah datang. Pancaran sinar matahari malu-malu mengintipnya dibalik gorden.

Kicauan burung berbunyi merdu seirama dan dinginnya udara pagi mampu membuat seseorang itu tertidur pulas berkelanjutan.

Sebut saja dia Kenie Alexander, sahabat yang dimiliki Amaartha dan juga paling disayangi.

Srek

Gorden panjang itu ditarik seseorang, sepenuhnya mentari cahaya masuk kedalam kamar.

"Engghh." Ia berlenguh. Mencari-cari posisi tidur ternyaman padahal hari mulai siang.

"Ishh jangan dibuka!." Ken ngedumel dengan suara seraknya dan mata yang masih tertutup.

"Bangun, udah siang!."

Saat tahu suara siapa itu Ken langsung beranjak dari tempat tidurnya.

"A-ama."

"Mandi terus sarapan." Titah Amaartha. Ia pergi meninggalkan Ken namun Ken buru buru memeluk Amaartha dari belakang.

"Maafin Kenken...eung."

"Lepas Ken!."

"Maaf hiks, maaf, gak lagi Ama." Ken menyembunyikan wajahnya di perpotongan leher Amaartha, ia menangis.

"Jangan diemin Kenken hiks, gak suka."

Amaartha menghela nafas, memaksa melepaskan tangan Ken yang memeluk perutnya erat, bukan tanpa alasan Amaartha melepaskan paksa, hanya saja terasa menggelitik diperutnya. 

Amaartha berbalik menghadap Ken. menatap manik kecoklatan anak itu. Ken memiliki mata indah menurut Amaartha, ya Amaartha menyukai mata sendu Ken.

"Kalau lo mati kemarin, gimana?!." Amaartha menaikkan oktaf sarafnya.

Ken menunduk, bahunya bergetar dan jemarinya meremas ujung piyamanya, Amaartha gemas! Namun Amaartha tidak akan luluh.

"Lo berbeda, penyakit lo bisa buat gue kehilangan lo, dan gue gak mau itu terjadi, Ken." Mata Amaartha ikut berkaca-kaca.

"Gue sayang, lo, apapun gue kasih sekalipun lo minta jantung gue."

"Ama hiks hiks."

Ken memeluk Amaartha kembali. berulang kali mengatakan maaf dan Amaartha mengangguk sembari mengelus surai belakang Ken.

"Iya gue maafin."

Ken mendongak dengan mata sembab dan hidung dipenuhi cairan bening. Amaartha menggigit bibir bawahnya agar tidak kelepasan menciumi Ken.

"B-beneran?."

"Iya. Mandi gih terus sarapan, ayok kita berangkat sekolah."

Ken mengangguk bersemangat lalu berlari kecil mengambil handuk dan memasuki area kamar mandi.

Amaartha tersenyum hangat.

"Mungkin takdir mempertemukan gue sama Ken karena Tuhan tahu cuma gue yang kuat ngehadapi Ken."

.

My Childish Boyfriend [TAMAT] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang