"Ken bangun dong!." Teriak Amaartha menggelegar. Ia ikut berlari disamping Ken yang tidak sadarkan diri diatas brankar dengan darah memenuhi keningnya.
"Maaf bapak ibu semuanya kalian tidak diperbolehkan masuk." Sang dokter lalu memasangkan tirai hingga Ken tidak bisa dilihat oleh siapapun.
Mereka mengangguk mengerti. Dayana menatap bengis Amaartha yang sedang duduk dengan telapak tangan menutupi seluruh wajahnya.
"Amaartha."
Dewa merangkul Dayana. Bermaksud jangan membuat keributan ditengah tengah anaknya sedang sekarat, Dewa tahu Dayana marah, pening, khawatir, tapi apa ini waktu tepat untuk membuat keributan?.
"Sayang adem kan dulu hati kamu, jangan nambah nambah masalah."
"Diem mas!."
"Yaudah kalau gitu aku beli makan dulu deh. Inget, jangan buat keributan."
Dayana mengangguk tanpa melihat kearah Dewa, ia masih menatap tajam Amaartha, disini tinggal ada Amaartha dan Dayana saja, sedangkan kedua orang tua Amaartha menunggunya dikantin rumah sakit.
"Kamu mengingkari janjimu sendiri, Artha."
Amaartha menghela nafas. "Bun, mohon jangan kayak gini, oke. Ini semua emang salah aku karena gak becus jagain Ken."
"Ya emang ini salah kamu! Seharusnya bunda waktu itu melarang Ken pergi dan lihat sekarang yang bunda takutin terjadi."
Amaartha mendongak untuk menatap wajah Dayana, terlihat wajah Dayana sedang depresi dan kacau.
"Tapi bunda gak bisa seratus persen nyalahin aku." Sarkas Amaartha. Inget Amaartha bukan gadis lemah yang disalahin hanya akan menangis dan memohon saja, itu bukan dirinya sekali.
"Gimana bunda gak nyalahin kamu kalau kamu jadi yang tersangka!." Dayana menaikkan oktaf sarafnya. Keadaan menjadi panas, bukan panas ruangan namun hati mereka dilanda kepanasan.
"Bisa-bisanya bunda nyalahin aku padahal bunda sendiri dateng nya terlambat." Sinis Amaartha.
"Aku yang panggilin ambulans dan aku ikut menggendong tubuh lemah Ken. Jangan kayak di sinetron yang gak tau apa-apa tapi nyalahin pacarnya." Amaartha berdiri mendekati Dayana.
"Kita udah dewasa bunda, seharusnya pikiran kita bisa lebih dewasa lagi. Bukan malah main salah-salahan kayak gini."
"Kalau Ken tau, dan, sadar, dia akan benci kita berdua!."
Dayana terdiam dan nafas Amaartha memburu menahan kesal sekaligus marah. Amaartha merasa gagal karena tidak bisa melindungi kekasihnya sendiri.
"Ama pulang dulu bunda, kita sama-sama perlu menenangkan diri biar masalah ini Ama yang selesaikan."
Amaartha bersiap mengambil tasnya dan jalan mendahului Dayana namun Dayana lebih dulu mencekal pergelangan tangan Amaartha.
"Maaf bunda egois."
Amaartha tersenyum lalu mengusap bahu Dayana. "Gapapa, wajar seorang ibu punya rasa khawatir berlebihan tentang anaknya, Ama ngertiin kok."
"Makasih."
"Ama pulang dulu."
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Childish Boyfriend [TAMAT] ✓
Teen Fiction[DON'T PLAGIAT] (HARAP FOLLOW TERLEBIH DAHULU) •••• Ken si laki-laki pengidap Kardiovaskular dipertemukan oleh gadis bersifat tegas yang tidak menyukai drama kehidupan. Ken akan selamanya menjadi orang paling spesial dihidup Amaartha, paling dipri...