03

4.2K 278 23
                                    

Bukan hanya fisik yang lemah tetapi keseluruhan, Ken lemah mental, lemah fisik dan terlalu berfikir berlebihan.

Dampak dari itu semua Ken jatuh sakit padahal kejadian sewaktu Raja mengejeknya sudah berlalu dua minggu, karena pikirannya terus berlarut memikirkannya jadilah Ken hanya merenung dan melupakan obat yang dianjurkan dokter.

"M-mau hiks Ama." Ken tidak bisa berhentikan tangisannya dan terus memanggil nama Amaartha.

Disana ada Ayah Dewa dan bunda Dayana, Ken dibawa pulang kerumahnya tiga hari lalu karena orang tua Ken sudah pulang dari Maldives.

"Sayang berhenti dong nangisnya, nanti ininya sakit loh." Dayana menunjuk dada Ken.

"B-bunda hiks Ama." Ken berkata manja sembari menduselkan wajahnya didada empuk Dayana.

"Ken denger ayah, Amaartha itu bukan orang pengangguran, jadi, gak selalu bisa sama kamu." Sarkas Dewa. Ken semakin mengeraskan tangisannya.

Dewa memijat pelipisnya, pening menghadapi anak tunggalnya yang terlalu manja berlebihan.

"Sayang makan dulu yuk, dari kemaren kamu belum makan." Dayana mengaduk aduk nasi yang berada dipiring. Masih sabar Ken tidak mau membuka mulutnya. 

Prang

Ken mendorong tangan Dayana sehingga piring yang berada ditangan Dayana jatuh pecah dan makanan berserakan.

"Ken gak mau makan! Maunya Ama!!."

Dewa mengeraskan rahangnya. Mencengkeram pergelangan tangan Ken, sehingga anak itu mengaduh kesakitan.

"KEN KAMU TUH KENAPA SIH SELALU NYUSAHIN BUNDA MULU, GAK KASIAN, SAMA BUNDA MU HAH? KALAU KAYAK GINI CARANYA LEBIH BAIK AYAH BIARIN KAMU SEKARAT AJA WAKTU ITU!!." bentak Dewa dan setelahnya Dewa meninggalkan ruang kamar Ken.

"MAS!."

Deg

Seolah jantung berhenti, Ken merasa nyeri pada hatinya bak ditusuk beribu ribu jarum, tak ada yang lebih pedih daripada omongan Ayahnya.

Dewa sekalinya marah bisa membuat mental serta kondisi Ken menurun drastis.

"Hiks hiks e-emang bener Ken cuma bisa nyusahin orang, aja." Gumamnya.

"Gak sayang, kamu, berharga."

"Bun." Lirih Ken. Dayana mengangguk sembari tersenyum walaupun mata Dayana tidak bisa berbohong bahwa ia ikut merasakan sakit. Dayana menghapus jejak air mata Ken.

"Iya sayang sakit, ya?."

"Ken pantes mati, kan, bunda?."

Nyes, hati ibu mana yang kuat saat anaknya berbicara seperti itu. Dayana yang sedang berusaha memberikan perawatan terbaik untuk Ken tetapi Ken berbicara seolah semua orang menginginkan ia mati.

Mental Ken memang selemah ini. Tidak peduli orang akan berkomentar apa tapi inilah jati diri Ken.

"Kalau Ken gak mau makan Ken bobo aja, ya." Dayana berdiri lalu menyelimuti tubuh Ken namun Ken menepisnya.

My Childish Boyfriend [TAMAT] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang