After end

583 35 4
                                    

"Dasar bocah tengil. Awas aja. Aku akan membunuhmu nanti," laki-laki bertubuh mungil itu mendumel sepanjang jalan. Tangannya memegang kotak kado yang tutupnya sedikit terbuka.

Rambut kuning dengan sedikit hitam di ubun-ubun serta panjangnya yang sudah menyentuh pundaknya itu melambai-lambai indah tertiup angin.
Kaki rampingnya melangkah dengan tergesa, berjalan cepat cepat menuju sebuah mobil di parkiran.

*Flashback

Di ruangan gelap dengan satu-satunya pencahayaan berasal dari layar televisi remang-remang itu, dua laki-laki muda sedang asyik main game.
Laki-laki yang lebih besar memangku laki-laki yang lebih kecil di pangkuannya. Sesekali mendaratkan ciuman ringan di telinga orang yang dia pangku.

"Hentikan, aku sedang melawan boss level. Kalau kalah, kau akan mati," ucap laki-laki mungil itu.

"Nee, nee. Aku mengerti. Tapi kalau kau menang, kau tak akan berhenti main game. Main denganku kapan?" Tanya orang yang memangku itu sambil meletakkan stik PS nya.

"Issh, sabar. Kalau sudah selesai aku akan bermain denganmu," jawabnya kesal.

"Hahhh, begitukah? Aku ingin sedih, tapi kenapa aku tak bisa sedih? Ah, perasaan geli. Kau sedang merencanakan sesuatu ya, Kouzume?" Selidik laki-laki itu.

Yang dipanggil Kouzume hanya mendengus pelan. Dia tidak menjawab dan melanjutkan melawan boss level.

"Sebentar lagi aku menang, sabarlah, Kazune," jawab Kouzume akhirnya.

"Ya ya, kau bahkan sudah mengatakan itu tiga puluh delapan kali sejak dua jam yang lalu." Kazune memeluk perut ramping didepannya dan sedikit meraba perut mulus dibalik kaos itu.

"Hei, geli, akhh.. kan, aku jadi kalah." Protes Kouzume kegelian.

"Peduli amat, weeek." Kazune tetap menggerayangi perut ramping itu dengan intens. Tidak mempedulikan teriakan demi teriakan yang dilontarkan pasangannya.

"Nah, jawab pertanyaan ku. Apa yang sedang kau rencanakan? Aku merasakan perasaan geli dan semangat. Aku sangat yakin itu bukan milikku," ujarnya seraya menghentikan gelitikan itu sesaat.

"Tidak ada. Itu hanya perasaanmu saja." Jawab Kouzume setelah mengatur nafas kembali.

"Kau tau kau tak bisa membohongi perasaanku, kan? Jadi jawab jujur atau aku akan membuatmu ngompol malam ini." Dia mengancam dengan tangan yang telah siap di udara. Siap menyerang dengan gelitikan lagi. Dia tak hanya menggertak.

"A-ampun. Ya baiklah. Aku akan mengaku," akhirnya Kouzume menyerah.

Kouzume berbalik dan menghadap belahan jiwanya itu. Dia berbisik lembut di telinga sang kekasih. Entah apa yang dia katakan, perasaan senang melanda keduanya.

"Benarkah? Kau tidak bercanda?" Kazune memastikan.

"Yap. Aku dan ibumu telah memeriksanya beberapa hari yang lalu." Jawab Kouzume mantap.

"Tapi mama tak bilang apa-apa padaku," katanya dengan wajah puppy yang sedih.

"Aku meminta Shoyou merahasiakannya. Karena aku ingin memberitahu mu langsung." Senyum cerah menghiasi wajah dingin itu. Membuat orang yang disenyumi ikut tersenyum.

"Jadi, bolehkah aku?"

Wajah tersenyum Kouzume mendadak sirna, digantikan wajah datar, "tidak." Jawabnya singkat. Dia beranjak berdiri, melepas pelukan kekasihnya dan berjalan ke arah laci. Dengan perlahan dia mengeluarkan kotak berisi kue ulang tahun. Membakar lilin dan membawanya ke hadapan Kazune.

"Happy birthday to you~" Kouzume menyanyi dengan senyuman yang merekah.

Yang ulang tahun meneteskan air mata haru. Duduk berhadap-hadapan dalam kamar remang-remang, membuat suasana berasa romantis. Api lilin menari-nari dengan mengikuti alur angin nafas mereka.

Angel Baby ⚠️Bl++HinataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang