Korek api di nyalakan, membuat gas oranye kebiruan itu memberi perapian pada ujung batang nikotin miliknya. Dihisapnya pelan, menikmati sensasinya lalu di keluarkan dari lubang hidung dan mulutnya.
"Gua nggak nyangka sih lu bener-bener nurut omongan Jihyo."
Jungkook kembali menghisap rokok itu pelan lalu mengeluarkan asapnya. Kim Seokjin hanya tersenyum tipis, bersyukur Jungkook berpacaran dengan wanita yang tepat seperti Jihyo. Jungkook membuang rokok itu asal lalu menidurkan tubuhnya di sofa berukuran panjang itu.
"Dia gak mau gua sampe di keluarin." Lirih Jungkook menutup mata, menjadikan lengannya bantalan untuk kepalanya sendiri.
"Yang di bilang sama Jihyo emang bener, bentar lagi juga lulus."
Jungkook berdehem membuat Seokjin penasaran. "Kenapa lu?"
Jungkook membuka matanya menatap langit-langit ruangan. "Kerja, abis itu gua nikahin Jihyo."
Seokjin berdecih. "Udah ketebak."
"Apanya?"
"Ya plan lo itu asu."
Jungkook terkekeh. "Awas aja lo sampe gak dateng bareng Lisa,"
Seokjin berdecak kesal, lalu melempari Jungkook dengan bantal kecil yang ada di sekitar sofa-sofa itu. Selain kesal karena Jungkook berkata kasar, ia kesal karena batang rokok yang Jungkook buang sembarangan itu lalu wanita tidak bersalah, yang Jungkook bawa-bawa namanya.
Jungkook hanya bisa tertawa, menghindarinya. "Nggak ada sopan-sopannya lo sama gua!!"
Bukannya menuruti Seokjin, Jungkook malah meledek pria itu membuat Seokjin semakin kesal lalu meluapkan kekesalannya mengalahkan rapper terkenal manapun.
"Becanda.." Lirih Jungkook dengan tawanya.
Seokjin menghela nafas lalu mendudukkan dirinya. Jungkook mendekatinya, lalu memijat-mijat pundaknya, menenangkan pria itu. "Dah makan belum?"
"Udah tadi."
"Makan apa?"
"Makan beling." Jungkook kembali tertawa keras seraya memukul pundak Seokjin.
Tiba-tiba sebuah pesan masuk di ponsel Jungkook. "Siapa? Jihyo ya?"
Tatapan Jungkook berubah menjadi serius, ia menggeleng. "Kak, gua nggak jadi nginep. Gua harus pergi, ada hal penting."
Detik itu juga, Seokjin mengerti.
Itu bukan dari Jihyo.
○●○●○
Wajar jika Jimin merasa pusing menghadapi Jihyo. Pasalnya adiknya itu sedang jatuh sakit. Ia terus mengeluh kesakitan tapi bersikeras tak ingin di bawa ke rumah sakit. Jihyo meminta Jimin untuk menyembunyikan hal ini dari Ayah Ibunya, atau bahkan Jungkook pacarnya. Dan yang lebih parahnya lagi, dia tidak ingin memakan apapun sekarang.
"Hm, nggak enak kak.." Keluh Jihyo.
Jimin benar-benar tidak tahu apa yang harus dia lakukan. "Hyo, kita telfon Jungkook aja gimana?" Lirih Jimin menyerah. Untungnya, ini hari minggu.
Jihyo menggeleng lemah, air matanya menetes. Sejak kejadian hari itu, ia meminimalisir kesempatan bertemu atau bahkan berkontakan dengan Jungkook. Alasannya, agar ia tidak semakin mencintai pria itu. Jihyo melakukannya meskipun jauh di dalam, hatinya memberontak. Dia malah semakin mencintai Jungkook dan takut kalau cepat atau lambat Jungkook akan segera meninggalkannya.
Tidak.
Membayangkannya saja, sudah cukup menyesakkan.
Bohong, kalau Jihyo tidak merindukannya. Hatinya juga sangat tersiksa, dia merasa pusing, sedih dan tak bersemangat bersamaan. Walaupun, di sisi lain Jihyo juga merasa senang karena Jungkook benar-benar menuruti perkataannya untuk tidak berkelahi lagi di sekolah. Jungkook menurutinya demi dirinya sendiri dan bukan karena Jihyo, begitu pikirnya.
Jimin mengusap air mata Jihyo, dia ikut sedih melihat adiknya seperti itu. Seperti sedang menghukum dirinya sendiri, atas apa yang dia lakukan pada Jungkook.
"Kak," Suara Jihyo berhasil membuyarkan lamunan Jimin.
"Mmm?"
"Jihyo mau makan, tapi.. beliin roti kesukaan Jihyo itu ya? Bisa nggak?"
Jimin mengangguk cepat, akhirnya ia pergi membelinya. Sebenarnya dia tidak ingin meninggalkan Jihyo sendiri, akan tetapi Jihyo meyakinkannya bahwa dia akan baik-baik saja di tinggalkan.
"Kalau ada apa-apa telfon aja ya, hyo." Itulah pesan terakhir Jimin sebelum akhirnya benar-benar meninggalkan Jihyo.
Jihyo menghela nafas panjang lalu bangkit perlahan, berjalan menuju kamar mandi dengan langkah yang tergontai-gontai. Ia menyentuh apa saja, untuk membantunya sampai di sana. Baru saja ingin mencuci wajahnya, ponsel itu sudah berdering, tertera nama Taehyung di sana.
Jihyo tidak langsung mengangkatnya, ia masih berpikir apakah harus mengangkatnya atau tidak. Karena jujur saja, dia belum siap untuk berbicara dengan siapapun saat ini. Belum sempat mengangkat, telfonnya sudah berhenti lebih dulu kemudian, sebuah pesan masuk. Jihyo membukanya ragu.
Jihyo, gua nggak tahu lo ada masalah apa sama Jungkook tapi dia bener-bener kacau. Kemarin malem, dia jatuh kalah taruhan karena lawannya main curang. Jalur yang di lewatin sama Jungkook udah di kasih oli sama anak buahnya. Jungkook lecet, tapi masih kuat aja ngehajar tuh orang. Impas, dia pergi gitu aja, nggak pulang, nggak ada yang tahu dia ke mana. Terakhir, mantan pacarnya malah ngejar Jungkook pergi.
Jihyo terkejut sampai menutup mulutnya. Tidak bergeming, dadanya malah semakin sesak dan kakinya melemas. Ia meremas wastafel itu kuat guna menahannya tubuhnya sendiri. "Hmppp--,"
Jihyo kembali menutup mulutnya saat merasa akan segera mengeluarkan sesuatu. Ia pikir, akan membaik jika dia diam beberapa saat. Tapi tak lama setelahnya, dorongan dari dalam perutnya lebih kuat lagi sehingga ia mulai memuntahkan cairan yang terasa begitu pahit itu sembari menangis. Tidak terlalu banyak, tapi berhasil membuat Jihyo merasa kehilangan seluruh tenaganya yang tersisa.
"Hyo.." Suara lirih itu membuat Jihyo menarik nafas panjang lalu menoleh perlahan, menemukan Jungkook yang sepertinya sudah berdiri cukup lama di sana.
"Ngapain bela-belain kesini padahal abis jatuh?"
Jihyo bisa melihat perubahan raut wajah Jungkook, perkataan Jihyo telah menyakitinya. Tapi percayalah, Jihyo lebih terluka melihatnya seperti itu.
"Karena gua cinta sama lo."
Jihyo berpaling seraya kembali terisak, meremas wastafel itu lebih kuat.
Jungkook mendekatinya, membalik tubuhnya perlahan lalu membersihkan wajah itu dengan handuk kecil. Jihyo menjauh. "Udah, kamu pulang aja. Aku bisa ngurusin diri sendiri,"
"Jihyo why? Why can't you see that I fall in you? Am I that bad?" Lirih Jungkook dengan tatapan sendunya.
Kata-kata itu berhasil membuat Jihyo merasa seperti orang paling jahat di dunia.
"We can't break up. Lo nggak boleh ninggalin gua."
Jihyo membisu.
Jungkook baru saja membaca isi pikirannya, dia baru saja ingin mengatakannya namun Jungkook sudah lebih dulu mengetahuinya.
Tapi kemudian gelap, tubuhnya kehilangan keseimbangan.
Jihyo tidak melihat apapun lagi.
Ini semua cinta kekanak-kanakan.
-Bersambung-
Friday, 24 December 2021.
KAMU SEDANG MEMBACA
CHILDISH LOVE
Romance❝𝗕𝗮𝗻𝘆𝗮𝗸 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝗯𝗲𝗿𝗮𝗻𝗴𝗴𝗮𝗽𝗮𝗻 𝗯𝗮𝗵𝘄𝗮 𝗴𝗮𝗱𝗶𝘀 𝗱𝗲𝗻𝗴𝗮𝗻 𝘀𝗶𝗳𝗮𝘁 𝗸𝗲𝗸𝗮𝗻𝗮𝗸-𝗸𝗮𝗻𝗮𝗸𝗮𝗻 𝘀𝗲𝗽𝗲𝗿𝘁𝗶 𝗣𝗮𝗿𝗸 𝗝𝗶𝗵𝘆𝗼 𝘁𝗮𝗸 𝗮𝗸𝗮𝗻 𝗯𝗲𝗿𝗵𝗮𝘀𝗶𝗹 𝗯𝗲𝗿𝘀𝗮𝗺𝗮 𝘀𝗶𝗮𝗽𝗮𝗽𝘂𝗻. 𝗦𝗲𝘁𝗶𝗱𝗮𝗸𝗻𝘆𝗮 𝗶𝘁�...