Bagaimanapun juga Jungkook benar-benar melakukannya pada Jihyo malam itu.
Sorot mata Jungkook berkata untuk jangan menolaknya.
Jihyo tak bisa kabur.
Pria itu mengajarkan banyak hal dalam semalam.
Jungkook menghampiri Jihyo yang menyembunyikan diri dalam selimut. "Jihyo?"
Wanita itu masih enggan menampakkan diri. "Hm?"
"Duduk, lo masih kenyang."
Jihyo menurut, menyibakkan selimut perlahan dan mencoba duduk. Jungkook khawatir dan bergegas membantu. "Pelan-pelan, gausah sok kuat. Yang ada malah makin sakit nanti."
"Aku bisa sendiri Jungkook,"
"Diem."
"Sesakit itu?" Tanya Jungkook hati-hati melihat bekas air mata di pipi Jihyo yang memerah semu.
Wanita itu menunduk menggeleng. "Terus?"
"Malu.."
Tidak semua orang itu sempurna. Jika di bandingkan dengan orang lain tak ada artinya.
Jihyo sangat manis. Dia menangis hanya karena merasa malu, itu membuat pipinya memerah sejak pagi.
"Jihyo liat gua."
Jungkook mengangkat dagu itu untuk menatapnya lalu mengusap bekas air mata di sana. "Gua minta maaf terlalu maksa, tapi tenang aja gua juga malu kayak lo,"
"Kenapa?" Tanya Jihyo bingung.
"Karena lo bau bayi, gua ngerasa jadi orang cabul yang berdosa."
Lugunya dia tertawa kecil, membuat gigi-gigi putih mungil itu terlihat. Jungkook tak tahan lagi, ia mendekat dan mencium bibir wanita itu sekilas.
Jika saja bukan karena mengingat kondisi Jihyo, Jungkook mungkin sudah memakannya lagi pagi ini. Tak apa, dia harus bersabar sedikit lagi untuk Jihyo.
Jangan lupa Jungkook yang bertanggung jawab membantu Jihyo mandi, berpakaian dan juga makan hari ini.
Tak lama terdengar sebuah ketukan. "Masuk."
Wanita itu terkejut melihat seorang pelayan yang sudah berumur masuk membawakan susu untuknya.
"Berikan dan bawa nampan di situ pergi."
"Baik tuan,"
Jungkook mengambilnya dan membiarkan pelayan itu melakukan tugasnya. "Jungkook sejak kapan?" Pria itu duduk di pinggir tempat tidur.
"Di kirim mama biar lo gak kesepian."
Jihyo sedih mendengarnya, merasa dirinya tak berguna. Pelayan itu sudah melenggang pergi.
Jungkook yang membaca ekspresi wajahnya spontan berkata. "Lo gak bisa niruin siapapun, jalani aja hidup lo."
Karena pada akhirnya Jihyo terlalu banyak berpikir. Dia cenderung berpikiran negatif. Jika dia bisa memilih hanya apa yang dia sukai dan hal hal yang dia suka, dia yakin itu akan nyaman.
Namun untuk menjadi seperti diri sendiri dalam kenyataan diametral bertentangan dengan apa yang nyata. Dia tetap melangkah maju.
Jihyo meneguk segelas susu dan meletakkan di nakas. "Kamu gimana? Udah makan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
CHILDISH LOVE
Romance❝𝗕𝗮𝗻𝘆𝗮𝗸 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝗯𝗲𝗿𝗮𝗻𝗴𝗴𝗮𝗽𝗮𝗻 𝗯𝗮𝗵𝘄𝗮 𝗴𝗮𝗱𝗶𝘀 𝗱𝗲𝗻𝗴𝗮𝗻 𝘀𝗶𝗳𝗮𝘁 𝗸𝗲𝗸𝗮𝗻𝗮𝗸-𝗸𝗮𝗻𝗮𝗸𝗮𝗻 𝘀𝗲𝗽𝗲𝗿𝘁𝗶 𝗣𝗮𝗿𝗸 𝗝𝗶𝗵𝘆𝗼 𝘁𝗮𝗸 𝗮𝗸𝗮𝗻 𝗯𝗲𝗿𝗵𝗮𝘀𝗶𝗹 𝗯𝗲𝗿𝘀𝗮𝗺𝗮 𝘀𝗶𝗮𝗽𝗮𝗽𝘂𝗻. 𝗦𝗲𝘁𝗶𝗱𝗮𝗸𝗻𝘆𝗮 𝗶𝘁�...