11. Alcohol‐Free

221 39 11
                                    

        Bagaimanapun juga Jungkook benar-benar melakukannya pada Jihyo malam itu.

        Sorot mata Jungkook berkata untuk jangan menolaknya.

        Jihyo tak bisa kabur.

        Pria itu mengajarkan banyak hal dalam semalam.

        Jungkook menghampiri Jihyo yang menyembunyikan diri dalam selimut. "Jihyo?"

        Wanita itu masih enggan menampakkan diri. "Hm?"

        "Duduk, lo masih kenyang."

        Jihyo menurut, menyibakkan selimut perlahan dan mencoba duduk. Jungkook khawatir dan bergegas membantu. "Pelan-pelan, gausah sok kuat. Yang ada malah makin sakit nanti."

        "Aku bisa sendiri Jungkook,"

        "Diem."

        "Sesakit itu?" Tanya Jungkook hati-hati melihat bekas air mata di pipi Jihyo yang memerah semu.

        Wanita itu menunduk menggeleng. "Terus?"

        "Malu.."

        Tidak semua orang itu sempurna. Jika di bandingkan dengan orang lain tak ada artinya.

        Jihyo sangat manis. Dia menangis hanya karena merasa malu, itu membuat pipinya memerah sejak pagi.

        "Jihyo liat gua."

        Jungkook mengangkat dagu itu untuk menatapnya lalu mengusap bekas air mata di sana. "Gua minta maaf terlalu maksa, tapi tenang aja gua juga malu kayak lo,"

        "Kenapa?" Tanya Jihyo bingung.

        "Karena lo bau bayi, gua ngerasa jadi orang cabul yang berdosa."

        Lugunya dia tertawa kecil, membuat gigi-gigi putih mungil itu terlihat. Jungkook tak tahan lagi, ia mendekat dan mencium bibir wanita itu sekilas.

        Jika saja bukan karena mengingat kondisi Jihyo, Jungkook mungkin sudah memakannya lagi pagi ini. Tak apa, dia harus bersabar sedikit lagi untuk Jihyo.

        Jangan lupa Jungkook yang bertanggung jawab membantu Jihyo mandi, berpakaian dan juga makan hari ini.

        Tak lama terdengar sebuah ketukan. "Masuk."

        Wanita itu terkejut melihat seorang pelayan yang sudah berumur masuk membawakan susu untuknya.

        "Berikan dan bawa nampan di situ pergi."

        "Baik tuan,"

        Jungkook mengambilnya dan membiarkan pelayan itu melakukan tugasnya. "Jungkook sejak kapan?" Pria itu duduk di pinggir tempat tidur.

        "Di kirim mama biar lo gak kesepian."

        Jihyo sedih mendengarnya, merasa dirinya tak berguna. Pelayan itu sudah melenggang pergi.

        Jungkook yang membaca ekspresi wajahnya spontan berkata. "Lo gak bisa niruin siapapun, jalani aja hidup lo."

        Karena pada akhirnya Jihyo terlalu banyak berpikir. Dia cenderung berpikiran negatif. Jika dia bisa memilih hanya apa yang dia sukai dan hal hal yang dia suka, dia yakin itu akan nyaman.

        Namun untuk menjadi seperti diri sendiri dalam kenyataan diametral bertentangan dengan apa yang nyata. Dia tetap melangkah maju.

        Jihyo meneguk segelas susu dan meletakkan di nakas. "Kamu gimana? Udah makan?"

CHILDISH LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang