Jihyo tidak berpikir dia populer di sekolah. Dia pikir dirinya termasuk siswi yang biasa saja, karena semua orang sepertinya juga bertindak seperti itu kepadanya.
Nyatanya itu semua hanya karena perlindungan dari Jimin. Jimin tahu, Jihyo tidak akan merasa nyaman jika di posisikan seperti yang orang-orang itu inginkan. Kemungkinan terburuknya adalah, dia akan menangis dalam kekhawatiran jika mendengar orang-orang mulai membandingkan dirinya dengan yang lain.
Jimin memiliki pengaruh yang begitu besar. Sehingga dari banyaknya pria yang ingin mendapatkan Jihyo, baru hanya Jungkook yang berhasil mendapatkannya. Nalurinya begitu kuat berkata bahwa Jungkook juga akan memberikan perlindungan yang sama, seperti yang dia lakukan untuk Jihyo.
"Yang tadi jangan di kasih tahu daddy ya hyo, apalagi mommy."
Jimin berhasil membuatnya tampak berpikir. "Yang mana sih kak? Yang.. kak Jimin nyium kak je? Jemput kak je? Atau rencana nembak kak je?"
Jihyo sempat mendapati mereka, Jimin lupa menutup pintu kamarnya saat itu.
"S-e-m-u-a-n-y-a," ejanya.
Jihyo memicingkan matanya jahil. "Kasih tau ah, pasti seru."
Menghela nafas, pria itu melangkahkan kakinya cepat meninggalkan Jihyo. Jihyo cekikikan mengejarnya, menyamakan langkah kaki mereka.
"Cie Jimin udah naksir-naksir anak orang, cie.. HAHAHA,"
Sontak Jimin berhenti, diikuti oleh Jihyo. "Park Jihyo."
Jihyo tertawa puas kemudian bergerak mengusap rambut Jimin lembut. "Cupcupcup, nggak di kasih tahu kok kak. Aman," Jihyo mengacungkan kedua jempolnya menyakinkan.
Jimin tersenyum lebar, tapi kemudian Jung Hoseok memanggilnya dari ujung koridor. Raut wajahnya menggambarkan bahwa hal itu sangat penting hingga Jimin buru-buru pamit, menghampirinya segera.
"Ada maunya nih pasti. Chat aja," ucap Jimin cepat sebelum pergi.
"Ih, ini tuh gratis kak! Hati aku lagi baik!" Teriak wanita berpita biru pada punggung pria itu. "Hih, kak Jimin.."
Hari ini, adalah hari yang di tunggu-tunggu seantero sekolah. Terhitung beberapa hari Jungkook sibuk merancang dan bekerja keras menyukseskan pentas seni kali ini. Tak lupa tujuan utamanya, yaitu membuat Jihyo mendapatkan peran yang dia inginkan. Sayangnya selama proses itu, Jihyo tak bisa mendampinginya. Jihyo tak mungkin meninggalkan pelajaran.
Banyak sekali allumni sekolah yang antusias hadir. Bukan cuma itu tapi semua orang sepertinya juga sama antusiasnya, mengetahui bahwa pria terpopuler di sekolah menjadi ketua panitia pentas seni kali ini. Kepopulerannya ternyata mendominasi sampai ke telinga alumni-alumni sekolah ini, atau mungkin juga efek dari pergaulannya di club dulu, sirkuit, ekskul renang dan kegiatan ekstrakurikuler lainnya.
Tapi sejauh apa yang mereka tahu?
Apa mereka juga tahu kalau Jihyo adalah matenya?
Wanita berhoodie putih itu berjalan melewati koridor sekolah, mencari teman-temannya. Ia merongoh sakunya, dan mengambil ponsel memeriksa ruang obrolan grup mereka untuk mencari tahu keberadaan teman-temannya sekarang.
Ralat, teman-temannya ternyata sedang sibuk membicarakan ketampanan alumni sekolah yang hadir hari ini. Memotret mereka diam-diam, saling berebut dan mengklaim mereka sebagai milik mereka sendiri.
Saking fokusnya Jihyo tidak melangkah dengan baik. Ia jatuh dengan beberapa tumpukan kertas yang ia bawa. Tangan dan lututnya terbentur cukup keras. Jihyo meringis, berkaca-kaca meraih ponselnya. Ia menoleh ke sekitar mencari pertolongan karena tak bisa membereskan semua ini sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
CHILDISH LOVE
Romance❝𝗕𝗮𝗻𝘆𝗮𝗸 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝗯𝗲𝗿𝗮𝗻𝗴𝗴𝗮𝗽𝗮𝗻 𝗯𝗮𝗵𝘄𝗮 𝗴𝗮𝗱𝗶𝘀 𝗱𝗲𝗻𝗴𝗮𝗻 𝘀𝗶𝗳𝗮𝘁 𝗸𝗲𝗸𝗮𝗻𝗮𝗸-𝗸𝗮𝗻𝗮𝗸𝗮𝗻 𝘀𝗲𝗽𝗲𝗿𝘁𝗶 𝗣𝗮𝗿𝗸 𝗝𝗶𝗵𝘆𝗼 𝘁𝗮𝗸 𝗮𝗸𝗮𝗻 𝗯𝗲𝗿𝗵𝗮𝘀𝗶𝗹 𝗯𝗲𝗿𝘀𝗮𝗺𝗮 𝘀𝗶𝗮𝗽𝗮𝗽𝘂𝗻. 𝗦𝗲𝘁𝗶𝗱𝗮𝗸𝗻𝘆𝗮 𝗶𝘁�...