Suara langkah kaki terdengar nyaring mengisi kesunyian sebuah lorong yang minim pencahayaan.
Diikuti anak buah dibelakangnya, Venzo dengan kasar menendang pintu di depannya dan terlihatlah seorang pria yang sudah babak belur.
Venzo menarik kasar rambut pria di depannya sehingga pria itu mendongak menatap dirinya.
"Siapa yang menyuruhmu!?" desis Venzo menahan amarahnya.
Pria itu diam tidak menjawab membuat Venzo menghantam kepalanya ke lantai. Darah langsung mengenai tangannya, namun Venzo tidak peduli.
"Sekali lagi saya tanya, siapa yang menyuruhmu!?" teriaknya marah. Bahu laki laki itu bergetar ketakutan. Hanya gelengan yang dia tunjukkan.
"Shit"
Venzo menghempaskan laki-laki itu dengan kasar. Lalu menedang kepalanya. "Potong tubuhnya, lalu berikan kepada Roma." perintahnya yang diangguki anak buahnya dengan patuh.
Venzo keluar dari ruangan itu dengan tangan yang terkepal. Sepertinya orang yang mengganggunya saat ini bukan orang sembarangan. Bahkan, orang itu langsung menghilangkan jejak dengan memotong lidah laki-laki itu. Hah! Siapapun itu musuhnya, tidak akan dia biarkan melukai anggota keluarganya.
***
Ana menguap lebar sembari menatap sekelilingnya. Lalu, Ana keluar dari kamarnya dan turun ke bawah untuk mengambil minumannya.
Dirasa hausnya telah menghilang, Ana memilih untuk berkeliling villa. Ana menatap heran dengan keadaan villa yang sepi. Kemana para bodyguard yang biasanya berkeliling itu?
Ana mengedikkan bahunya tidak ingin ambil pusing. Langkahnya terus menyusuri villa yang membuat dirinya takjub hingga tanpa sadar kakinya semakin menjauh menuju lorong yang sangat sepi dan minim pencahayaan.
Samar-samar Ana mendengar suara. Karena keingintahuan yang besar, Ana mendekat ke asal suara hingga suara tersebut sangat jelas di indera pendengarannya yang bisa dibilang tajam.
"Sekali lagi saya tanya, Siapa yang menyuruhmu!?"
Venzo? Satu nama itu terlintas di otak Ana. Ana jadi berpikir apa yang dilakukan Venzo di tempat sepi seperti ini.
Karena sudah tidak tahan lagi, Ana semakin mendekat dengan cara mengendap-endap agar tidak ada yang mendengar langkah kakinya.
Ana memandang sebuah pintu yang sedikit terbuka dan mengintip disana.
Betapa terkejutnya Ana saat melihat Venzo menjambak rambut seorang pria yang sudah terkapar lemah di lantai lalu mrnghantam kepala tersebut dengan kuat ke lantai sehingga banyak darah yang keluar dari kepala itu.
Ana menatap berbinar pemandangan yang dilihatnya. Betapa kerennya Venzo saat marah dan melakukan kekerasan kepada pria itu.
"Potong tubuhnya lalu berikan kepada Roma."
Kening Ana berkerut. Roma? Siapa itu Roma? Apakah selingkuhan Venzo?
Kini segala pikiran negatif tentang Venzo dan Roma menyebar di otak kecil Ana. Nama Roma terdengar seperti nama lelaki. Ana jadi berpikir, apakah Venzo menyukai lelaki?
Oh tidak!
Ana langsung bersembunyi dibalik sebuah vas bunga besar yang tidak jauh dari tempatnya berada saat melihat Venzo berbalik sambil membersihkan darah di telapak tangannya.
Sebisa mungkin Ana mengatur napasnya saat melihat Venzo melewati tempatnya berada dan berjalan semakin menjauh dari lorong yang sepi ini.
Setelah itu Ana kembali mendekat ke ruangan yang kini pintunya terbuka lebar sehingga Ana bisa melihat sepenuhnya apa yang terjadi di dalam.
Mata Ana semakin berbinar melihat pemandangan anak buah Venzo yang memotong-motong tubuh seorang pria
"AAAAAAAAAA."
Kening Ana berkerut. Kenapa suara teriakan pria itu tidak jelas? Mata Ana memicing menatap pria yang terus beteriak itu.
"Hah! Pantas saja suara pria jelek itu tidak jelas. Lidahnya saja sudah tidak ada." gumam Ana mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti.
Ana menatap sekeliling ruangan lalu menemukan sebuah sofa lusuh yang berada di sudut ruangan.
Ana duduk di sana dan menikmati pemandangan sadis di depannya dengan memakan sebuah apel yang tadi diambilnya dari dapur.
"Huh! Ana merasa kasihan dengan pria itu." gumam Ana pelan namun matanya masih saja berbinar. Apalagi saat organ-organ dalam pria itu di keluarkan.
Lama melihat pemandangan sadis itu, Ana menjadi mengantuk. Ana memejamkan matanya lalu menyelami mimpinya tanpa waspada dengan sekitarnya.
***
Leon, Deon dan Ceon berada di lantai satu dengan terus meneriaki satu nama.
"MAMAAA!!"
"MAMA ANAA!!"
Venzo yang kebetulan lewat dan mendengar teriakan nyaring putra-putranya, langsung menghampiri triplets.
"Kenapa berteriak?" tanya Venzo dengan datar.
Leon, Deon, dan Ceon kompak menoleh menatap Papa mereka dengan datar juga.
"Cari Mama." jawab Deon singkat.
Alis Venzo terangkat. "Bukankah Berliana tidur di kamar?"
Leon, Deon dan Ceon kompak menggeleng. "Mama tidak ada di kamar."
"Sudah dicari?" tanya Venzo lagi.
Triplets mengangguk. "Kami sudah mencari ke segala sudut Vila. Tapi Mama tidak ada." jawab Ceon dengan mata yang berkaca-kaca. Sungguh, Ceon sangat cemas sekarang. Takut Mamanya yang paling imut dalam bahaya.
Venzo menghela napasnya. Kalau sudah dicari di setiap sudut vila, lalu dimana lagi Berliana berada.
Seketika Venzo bergeming. "Kelian ikut Papa."
Triplets mengangguk dan mengikuti langkah lebar Venzo.
***
Venzo sampai di sebuah ruangan. Ruangan itu tampak sepi dan bau anyir darah sampai ke indra penciuman, membuat triplets menatap Papanya bingung.
"Kenapa Papa membawa kita kemari?"
Venzo tidak menjawab dan masuk ke ruangan yang terdapat darah dimana-mana. Organ-organ yang berserakan.
Triplets hanya mengikuti papanya dengan wajah datar mereka. Jika ditanya apakah triplets takut? Tentu saja tidak. Mereka sudah terbiasa melihat darah dan organ seperti ini.
Tak!
Tanpa sengaja Leon menginjak sebuah bola mata. Leon menatap datar telapak sepatunya lalu kembali mengikuti Papanya.
Tidak lama triplets memicingkan matanya kesebuah sofa lusuh yang ada di sudut ruangan. Meskipun cahaya yang remang-remang, namun mereka masih bisa melihat dengan jelas.
Disana, terdapat seorang wanita yang bersandar di sofa dengan mata yang terpejam.
"MAMA." Kompak triplets, sedangkan Venzo hanya bisa memijit keningnya heran dengan kelakuan Berliana, istrinya.
Selamat siang dan selamat beraktivitas😚
Vote dan comment jangan lupa!
Spam next juga dong🤗
See youuuuu😋
KAMU SEDANG MEMBACA
Why My Mom Is So Cute?
Fantasy|| Karya sendiri bukan terjemahan! || Menceritakan seorang hacker yang sangat terkenal di dunia bawah, Berliana Roseline. Bukan seperti hacker kebanyakan yang sangat berbahaya. Ana hanyalah sosok yang polos nan naif yang mempunyai keahlian meretas d...