4. Nikahin Kamu?

38 8 0
                                    

"Harta, tahta, kekayaan, ilmu atau apapun itu yang kita miliki hanya sebuah titipan yang akan dengan mudahnya lenyap tertelan bumi atas izin-Nya."

●●



Miftah menghela napas grusar. Benar kata Naufal, cinta itu rumit, cinta itu bikin pusing. Tapi, mau gimana lagi, mencoba menghindari cinta pun Miftah tak kuasa, karena rasa cinta ini begitu menyeruak hati.

Miftah masih ingat betul ucapan Kalani saat di Pesona Butik tadi pagi. Benarkah, dirinya lemah iman karena masih terus memikirkan hal yang tidak sepantasnya ia pikirkan? Benarkah Kalani membencinya? Tak suka padanya? Ah, sepertinya Miftah ini selain memikirkan rambut indah dan leher jenjang Kalani, ia juga memikirkan wajah baby face Kalani. Dia juga berharap, Kalani menyukainya bahkan ... Mencintainya? Ah, Sadar, Mif! Laki-laki itu merutuki dirinya.

"Kamu mau aku tanggung jawab?" tanya Miftah. Laki-laki itu mengontrol dirinya saat merasakan degup jantungnya mulai bekerja tidak normal lagi.

Deg. Deg. Deg.

Kalani bisa mendengar suara itu, ia mengangkat wajah, menatap Miftah dengan wajah polos yang menurut Miftah ini sangat menggemaskan. Sadar, Mif! Ayolah, jangan kalah sama godaan wanita.

Miftah mengerjapkan mata saat Kalani mencondongkan badannya ke arah Miftah. Laki-laki itu mundur satu langkah, bagaimana bisa Kalani yang tadinya malu-malu dan canggung justru malah berusaha mendekati Miftah?

"Suara jantung Kak Miftah, ya?" tanya Kalani. Miftah tercekat dan membeku sejenak, ternyata Kalani ini ingin mendengar lebih jelas suara degup jantung Miftah bak bedugan Masjid.

"Nggak penting, Lan. Jawab pertanyaan saya," pinta Miftah berusaha untuk tetap terlihat tenang.

"Emangnya Kak Miftah mau tanggung jawab apa?" Kalani kembali bertanya.

"Kamu mau pertanggung jawaban apa dari aku? Nikahin kamu? Gasss." setelah mengucapkan kalimat itu, Miftah kembali merutuki dirinya. Ucapan tadi refleks tidak sengaja, sangkin dirinya terhanyut dalam indahnya ciptaan Allah dihadapannya.

Kalani membulatkan kedua matanya, menatap Miftah terkejut. Miftah sedang bercanda nih kayaknya.

"Kak Miftah bercanda mulu. Jangan suka bercanda masalah hati, Kak. Tolong lupain kejadian tiga tahun lalu, nggak sepantasnya seorang laki-laki mengingat aurat perempuan yang bukan mahramnya, apalagi sampai mengkhayalkannya." kali ini Kalani benar-benar memasang wajah serius, tidak seperti sebelumnya.

"Dari dulu aku mau bilang sama Kakak tapi belum sempet. Kak Miftah nggak sopan, udah buka ruangan perempuan tanpa permisi. Kak Miftah lemah iman kalo Kakak masih terus memikirkan apa yang Kakak liat waktu itu. Aku benci sama Kak Miftah kalo Kakak masih mikirin kejadian itu, aku nggak suka sama Kak Miftah. Intinya, Kak Miftah nyebelin!" Kalani langsung beranjak pergi ke ruangan Naufal meninggalkan Miftah di tempat yang masih membeku mendengarkan ocehan Kalani.

"Lah? Kok?"

Miftah mengusap wajahnya kasar. Benar-benar wanita itu membuat dirinya gila. Lama kelamaan, ini hati bisa-bisa terkena gempa karena Kalani-lah yang selalu membuat hati ini bergetar. Serius-serius Miftah menawarkan pertanggung jawaban apa yang harus ia lakukan untuk Kalani, tapi wanita itu malah menganggapkan sedang bercanda.

Meskipun Miftah tahu, salah satu tanggung jawab untuk dirinya dan agar Kalani selamat dari dosa; ya, menikah. Seperti yang Naufal pernah katakan waktu itu.

"Pak Miftah, hari ini ada meeting sama clien dari PT Makmur," tutur Agni, sekretaris Miftah. Miftah membenarkan posisi duduknya.

"Oke," balas Miftah singkat.

Temani Sampai SurgaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang