7. Pesan Dari Kalani

29 4 1
                                    

"Jika dia baik, maka dekatkanlah dan mudahkanlah kami untuk bersatu. Namun jika dia kurang baik untuk agamaku dan kehidupanku, maka palingkanlah hatiku dan hatinya supaya hanya kepada-Mu lah kami berharap."

●●







Mama Tya mengoleskan minyak urut pada kaki kiri Miftah. Laki-laki itu meringis sakit kala Mama Tya mulai mengurutnya.

"Pelan-pelan, Ma," pinta Miftah seraya memegangi kakinya.

"Ini udah pelan, Mif. Bawel banget," cibir Mama Tya tetap pada aktivitasnya.

"Huh, sudah-sudah." Miftah mengangkat pelan kaki kirinya. "Diurut Mama bukannya sembuh malah makin sakit," sambung Miftah disela sakitnya. Benar memang, rasanya lebih sakit dari sebelumnya. Ini sebenarnya Mama Tya pintar mengurut atau hanya sok pintar, sih. Mencurigakan.

"Wajar lah, Mif. Mama, kan, gak bisa ngurut," balas Mama Tya dan membuat Miftah membulatkan mata sipitnya.

"Astaga, Mama! Bisa-bisa kaki aku terbelah menjadi dua nih." Miftah memijat kakinya sendiri. Lihatlah, kakinya semakin bengkak. Sepertinya lukanya lumayan parah.

Mama Tya mengusap wajah anakanya kasar. "Ngomongnya!" Miftah mengerjap-ngerjap, menatap Mamanya.

"Bentar, Mama minta tolong sama Bu Muning, tukang urut Komplek sebelah." Mama Tya bangkit dari duduknya lalu beranjak pergi dari kamar Miftah.

Miftah mengercutkan bibirnya kesal. Miftah sudah menduga, kalau Mamanya ini tidak pandai mengurut. Tapi heran, kenapa malah sok-sokan ngurut, sih. Kaki Miftah menjadi semakin lebam, terlihat lebih besar dari kaki satunya. Sakitnya juga kian bertamah dan sangat terasa.

Jika bukan Kalani yang menabrak, pasti Miftah sudah meminta pertanggung jawaban darinya. Mama Tya juga belum tahu siapa yang menabrak anaknya. Sedari tadi Miftah tidak menjawab pertanyaan Mama Tya, dia hanya mengeluh sakit-sakit mulu.

Tidak lama gawai Miftah berbunyi. Laki-laki itu mengambil gawainya yang berada di atas nakas kecil. Pesan dari Naufal, Miftah membukanya.

Naufalica.

Segera halalkan. Ditunggu undangan pernikahannya ya!

Miftah mengerutkan dahi heran. Undangan pernikahan siapa? Laki-laki mulai mengetikkan sesuatu pada layar ponselnya.

Undangan pernikahan apa sih, Kisanak?

Tidak lama pula, ponsel Miftah kembali berbunyi. Izwar, laki-laki konyol itu juga mendadak mengirimi Miftah pesan. Padahal rumahnya berhadap-hadapan, kenapa harus pakai pesan coba?

Izwarcoc.

Gue liat lo pulang tadi muka lo beda. Pasti lagi kesem-sem, sih. Udah mau nikah lo? Asik, makan-makan.

Miftah berdecak kesal. Kenapa mereka membahas nikah-nikah, sih? Laki-laki itu berpindah ke chat Naufal yang ternyata sudah memberi balasan.

Naufalica.

Ngelak aja, lu. Lagi kasmaran, kan, lu? Kaki lu aman, Mif? Hati lu aman juga gak?

Miftah menjadi semakin bingung dengan pesan Naufal. Kenapa dia bisa tahu masalah kaki Miftah yang lagi sakit? Tuh, kan, pikiran Miftah menjadi melantur ke mana-mana, nih.

GAK JELAS!

Miftah memberikan balasan yang sama pada Naufal dan Izwar. Setelah membalas pesan itu, Miftah langsung menutup ponselnya. Belum sempat ia letakkan di tempat semula, gawainya kembali berbunyi. Laki-laki itu kembali membukanya.

Temani Sampai SurgaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang