[13]

2.7K 488 36
                                    

"Kalau begitu aku akan memanggilmu..... Bapak Kunti?"

(Y/n) memasang ekspresi berfikir, "Hm... Tidak, mungkin duta shampo..?"

"Ah! Aku tahu, Bugiardo. Bagaimana? Itu bahasa Itali loh~"

"Hah?" Baji menatap wajahmu dengan tampang bingungnya.

"Pfft- tenang saja, kau termaksud Bugiardo dalam hal baik." Ucap (Y/n) sembari terkekeh.

"(Y/n) kau ini sebenarnya anak SMP atau bukan sih?"

Tawamu terhenti ketika Baji menanyakan hal tersebut, "Tentu saja, apa yang membuatmu bertanya begitu?"

"Entahlah, aku merasa kau lebih dewasa daripada diriku."

Kau tersenyum kaku, "Ayolah, tidak apa-apa kan bersikap lebih dewasa."

"Aku rasa orang dewasa sekalipun pasti takut kalau dirinya 'diancam'."

"Mereka hanya boc—preman lemah, kau tahu kan kalau aku hebat dan kuat."

"Apa kau tadi hampir bilang 'bocah'?" Baji semakin menyelidikimu.

"Hm? Kau salah dengar mungkin." Celetukmu.

Kali ini Baji ganti menatapmu lekat, yang tadinya jarak kalian adalah setengah meter, menjadi 5inchi kau bahkan sampai harus berjalan mundur.

"A-apa? Kenapa menatapku tajam begitu?"

"Siapa kau sebenarnya?"

Masih tetap mempertahankan wajah tenangmu, "Aku (Y/n) umur 14 tahun, tinggi 160—166cm sekarang."

"Kenapa kau tidak memberitahukan nama keluargamu?"

"Itu urusan pribadi bodoh." Jawabmu.

"Lalu apa-apaan jaket putih itu? Kau berkhianat ya?" Tanya dirimu sebagai balasan.

"Ini urusan pribadi." Baji membuang mukanya.

Kau menghela nafas, "Hah... Kalau ingin mencari tahu tentang Kisaki seharusnya kau tidak usah repot-repot begini."

Baji langsung menatapmu tajam lagi, "Bagaimana kau bisa tahu?!"

(Y/n) mendengus pelan, "Bukankah mengetahui tujuan calon partner adalah hal yang lumrah?"

"Calon partner?"

Baji tidak paham lagi tentang sikap (Y/n), tadi dia seolah menjadi psikolog untuk Kazutora, dan sekarang tatapannya menjadi orang yang ingin mendapatkan hasil memuaskan.

Dia jadi semakin bingung dengan siapa sebenarnya dirimu.

Kau mengulas senyum, "Pertama, bagaimana kalau kita mampir di suatu tempat dulu."

.

.

.

Brak!

"Kisaki bajingan itu! Sudah aku duga dia yang merencanakannya."

"Hei... Aku saja belum memberikan semua bukti, kau sudah menyetujui perkataanku saja." Ucap (Y/n) datar.

"Dari awal aku memang sudah curiga dengannya, tapi aku membutuhkan bukti." Ucap Baji. "Setelah mendengar penjelasanmu aku jadi lebih yakin."

"Pftt- ahahaha astaga...." Kau tertawa terbahak-bahak.

"Kenapa? Apakah kau berbohong tentang rencana Kisaki yang sengaja memanfaatkan posisi Pah?"

"Tidak, hanya saja kau memang seperti membutuhkan partner."

Just Want To Rest | TOKYO REVENGERS X READER ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang