01

403 37 2
                                    

"Seungkwan" seorang pria masuk ke dalam ukuran kamar yang bisa di bilang cukup besar untuk ukuran 1 orang.

Terlihat dengan jelas raut wajah yang mungkin sulit untuk di deskripsikan bagi remaja umur 17 tahun itu, yang dia tau apa yang dia lakukan adalah hal salah sebagai anak laki-laki nya itu.

"appa, maaf" remaja manis itu hanya menunduk menatap sepasang kaki yang terbalut kaos kaki putih dengan tangan yang tak henti hentinya memainkan ujung rok nya.

Mungkin inilah keadaan saat ini, kecewa? Tentu saja. Lihat lah putra satu satunya! Kenapa seperti ini? Siapa yang membuat nya memakai rok dan sepasang kaos kaki lucu di kaki manis nya itu, siapa yang membuat wajah putra tampan nya yang seharusnya terlihat teagas seperti wajahnya menjadi begitu cantik untuk porsi seorang laki-laki? Salah kan semuanya pada perasaan, ego yang menginginkan seorang dapat mencintainya bila dia berpenampilan seperti gadis manis yang selalu bersama orang itu.

Keadaan menjadi suram hingga sebuah ketukan pintu membuat keduanya menoleh ke arah pintu, entah kenapa wanita itu masih tersenyum di keadaan seperti ini.

"mari kita makan dulu, sayang aku tunggu di bawah yaa" tatapan manis beralih ke arah seungkwan yang masih terdiam dengan tangannya di ujung rok itu, menyungging senyum seolah olah tak ada kekecewaan di matanya.

"seungkwan, kau terlihat cantik nak. Mari kau juga harus makan ya" lalu begitu saja menutup kembali pintu kamar itu meninggalkan anak dan ayah di sana.

Helaan nafas berat mungkin terdengar sangat keras, bahkan seungkwan dapat merasakan hembusannya, tak peduli helaan nafas itu sekarang tangan yang biasa memukulnya ketika berpenampilan seperti ini tiba tiba mengelus pucuk kepala nya, seolah olah apa yang terjadi akan dia terima.

"sudahlah ayo pergi makan eomma mu pasti menunggu"

"appa! Maaf membuat mu kecewa" satu tangan menarik ujung kemeja pria yang hampir melangkahkan kaki untuk meninggalkan laki laki cantik itu. Helaan nafas mungkin kali ini juga terdengar begitu jelas namun tak sejelas tadi, mengarahkan pandangan pada putra nya satu ini menyungging senyum terpaksa (?)

"tidak apa, aku sudah banyak di kecewakan dengan ekspetasi ku yang terlalu tinggi. Tidak perlu khawatirkan appa mu yang sudah tua ini khawatirkan diri mu sendiri!" lalu begitu saja pergi meninggalkan seungkwan yang masih terdiam mematung disana.

Ini bukan salah nya, bukan!! Sudah cukup untuk rasa bersalah ini, seungkwan juga manusia yang bisa mencintai makhluk tuhan.

Dengan langkah tertatih, seungkwan berjalan menuju lemari pakaian nya melepas satu persatu pakaian yang seharusnya tak melekat pada tubuh nya. Mengambil sepasang seragam yang akan ia kenakan pagi ini untuk berangkat sekolah dan bertemu orang itu.

"andai saja aku tercipta sebagai perempuan ini tak akan sesulit ini, tak akan sesakit ini melihat nya bersama gadis itu tak sesakit di pukuli oleh appa, ku harap aku adalah seorang perempuan"









P R E T T Y || GYUBOONONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang