18. PENYAKIT

63 8 11
                                    

Letha memegangi pinggang nya yang kini sangat sakit, ia mencoba untuk tidak menangis, tapi tidak bisa, rasa ini sangat sakit.

"Ma ... sakit," ringis Letha pelan, ia mencoba mengambil obat nya yang berada di atas nakas lalu meminumnya

"Sampai kapan Letha harus rasain sakit ini, Tuhan?" gumam Letha saat rasa sakit di pinggang nya mulai reda tapi air mata nya belum juga berhenti

"Gue lemah, gue sakit, tapi kenapa Mama Papa selalu beranggapan gue baik-baik aja,"

"Gue penyakitan, kenapa gue nggak mati aja? Kenapa harus tunggu penyakit ini bunuh gue?"

Perlahan mata Letha mulai terpejam, perkataan Letha pun mulai tidak jelas, tangan nya masih setia memegangi pinggang nya.

Sebelum mata Letha sepenuhnya terpejam, ia melihat sosok wanita paruh baya dengan pakaian serba putih menghampiri nya.

"Mama..."

Bukan, wanita yang menghampiri Letha itu bukan Zahra, tapi ... Chelsy.

*****

Minggu, 20 Januari.

"Kenapa kamu memilih berhenti pengobatan? Padahal kamu masih muda dan ada kesempatan sembuh," ucap seorang Dokter muda bernama Bella

"Percuma saya sembuh, kalau hidup saya nggak di butuhkan Dok," ujar Letha

Hari ini Letha ada sedikit urusan di Rumah Sakit Bhayangkara dengan Dokter Bella untuk menanyakan keadaan nya, dan sekarang mereka berada di taman belakang rumah sakit.

"Kenapa kamu berfikir seperti itu Letha? Kamu masih harus membahagiakan orang tua kamu, dan kamu juga belum lulus SMA," ucap Dokter Bella mencoba membujuk Letha supaya kembali melakukan pengobatan

"Mungkin, sesudah lulus atau bahkan sebelum lulus, Letha udah nggak ada di dunia Dok, jadi Letha nggak usah susah-susah melakukan banyak pengobatan,"

"Hidup kamu pasti berat ya? Itu semua cobaan, Aletha, kamu pasti bisa lewatin semua nya,"

Pandangan Letha sejurus ke depan, "Dokter, bahkan semua orang bilang gitu, tapi kalian nggak ngerasain jadi Letha,"

"Udah cukup sakit nya, Dok, setiap hari Letha kesakitan, menangis di setiap malam, tapi kalian selalu beranggapan Letha baik-baik aja 'kan?"

"Letha nggak sekuat itu, Dok, Letha bukan cuma sakit fisik, tapi mental juga,"

"Bahkan Mama Papa nggak peduli sama Letha, mereka memang nggak main tangan lagi sama Letha, tapi mereka selalu sibuk urusan masing-masing tanpa mempedulikan kehadiran Letha,"

Dokter Bella tertegun dengan perkataan Letha, gadis itu seperti nya sudah melalui lika-liku kehidupan yang begitu berat, tidak merasakan kehadiran orang tua, mempunyai penyakit yang begitu parah, dan kondisi mental nya yang kurang baik, ia memang selalu terlihat baik-baik saja, tapi kenyataannya tidak seperti itu.

Aletha, gadis penyimpanan banyak luka.

*****

"Lang, gue punya gombalan, lo mau denger nggak?

"Apa?"

Sekarang Letha sedang bersama Gilang, tadi saat ingin pulang dari rumah sakit, ia berpapasan dengan Gilang. Gilang pun mengajak Letha untuk sepedaan ke taman dekat rumah sakit.

"Ekhem ekhem...

"JALAN-JALAN KE KOTA BARU!" ucap Letha sedikit mengeraskan suara nya

"Cakep!"

"DI ATAS ADA BULAN, DI HATI KU ADA KAMU!"

"ANJAY! BAPER NGGAK LANG? BAPER NGGAK?!" pekik Letha menggoyang-goyangkan bahu Gilang

Aletha [ On Going ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang