chapter 2

5.6K 389 1
                                    

"ish! Pelan - pelan dong!" desis farel sambil memegang tanganku, "maaf rel, ini kan lagi ku obatin.. Tahan aja" ucapku sambil membersihkan luka farel, Tiba - tiba aku teringat kejadian yang lalu.

Flashback

BUKKKK!!!

Saat bos itu ingin menyentuh tanganku, Tiba - tiba ada yang memukul bos itu sampai terpental jauh, semuanya kaget tak terkecuali aku.

Tiba - tiba ada yang menarik tanganku, sehingga tubuhku sekarang berada dibelakang seseorang.

"LO SENTUH CEWEK INI!! GW HAJAR LO SEMUA!!" teriak seseorang yang nyelametin aku,

kayaknya kok aku kenal suara ini ya? Apa jangan - jangan..

Ternyata benar saja dugaanku, cowok yang menyelamatkanku ternyata farel si cowok resek itu. Ternyata farel juga.jago bela diri, buktinya ia berhasil melawan 6 cowok tadi.

"kamu gak apa - apa kan?" tanyaku, "gw yang harusnya bilang gitu! Lo gak kenapa - kenapa kan?" tanya farel, "enggak kenapa - kenapa kok rel, makasih ya" ucapku sambil tersenyum, "ck dasar, Gw anter lo pulang!" ucap farel dingin, "gak apa - apa kok, aku bisa pulang sendiri" ucapku, "lu mau dikerubungin kayak tadi hah? Udah cepetan! Jangan batu deh!" ucap farel sambil menarik tanganku, aku nya sih diem aja karna tadi farel udah nolongin aku.

Ternyata dia bawa motor yang sudah terparkir cantik di depan gang kecil, motornya jenis moge, berwarna merah, dan keliatannya model keluaran terbaru yang mahal banget. "kamu gak takut motor kamu hilang?" tanyaku heran, "ngapain takut, kan bisa beli lagi" ucap farel enteng.

Klop banget.. udah ganteng, pinter, tajir, tapi sayangnya udah sombong, belagu, gak tau sopan santun, kadang suka emosian, dan pedenya minta ampun

"ngapain diem, ayo naik" ucap farel yang sudah duduk di jok motornya, "heh, iya" ucapku lalu naik motornya. Setelah memakai helm, farel mulai menjalankan motornya.

Aku pun memeluk erat pinggang farel karna sebenarnya aku takut naik motor, apalagi farel mengendarainya terlalu kencang, sehingga aku tambah mempererat pelukanku dan menyusupkan kepalaku dipunggungnya.

Motor farel pun berhenti di depan rumahku, "udah puas pegangannya" ucap farel dingin, sedangkan aku sudah tidak peduli dengan ucapan farel dan memilih untuk segera turun dari motornya, tiba - tiba pandanganku menjadi buram dan perlahan semuanya menjadi gelap.

-----

"vio, Vio.. Kamu udah sadar?" tanya kak rio cemas, aku pun mengerjap - ngerjapankan mataku, "kakak? Kok kakak disini? Aku dimana ya?" tanyaku, "kamu di kamarmu, untung kakak pulangnya siang, jadi bisa dirumah" ucap kak rio, "oh iya kak, farel mana?" tanyaku, "gw disini" ucap farel yang ternyata di samping kak rio, entah mengapa perasaanku agak lega karna farel masih menemaniku.

"yaudah, kakak ke kamar dulu ya.. Kalo ada apa - apa, bilang kakak ya" ucap kak rio sambil mengelus kepalaku lalu pergi, "iya kak" ucapku sambil tersenyum.

"harusnya lu bilang dong kalo takut naik motor, kalo gitu gw kan bisa telponin supir gw" ucap farel datar, "maaf ya kalo aku ngerepotin, kamunya maksa jadi aku bingung buat nolaknya" ucapku sambil tersenyum, "yaudah, gw pergi dulu ya" ucap farel lalu pergi tapi ku tahan, "kenapa?" tanyanya dingin, "luka di bibir kamu aku sembuhin dulu, aku gak mau jadi orang yang gak bertanggung jawab" ucapku, "enggak usah, ini bisa gw obatin sendiri" kilah farel, "duduk! Jangan ngebantah deh!" ucapku dengan tatapan tajam sehingga farel pun duduk dan aku mengambil kotak obat yang ada di meja belajarku.

Flashback off

"aww!! Duh.. Kalo ngobatin jangan bengong dong" tegur farel, "maaf rel, nih udah selesai" ucapku sambil menempelkan kapas yang sebelumnya ku beri obat merah, "thanks" ucap farel datar, "iya sama - sama" ucapku sambil tersenyum untuk menutupi kekecewaanku.

Ada apa dengan diriku? Memang dia seperti itu viola, jangan berharap lebih darinya.

Setelah mengantar farel ke depan karna farel mau pulang, aku segera masuk ke dalam rumah. Setelah makan dan minum obat, aku segera bersiap untuk tidur karna kepalaku mulai pusing.

Kenapa perasaanku hari ini terasa aneh?

Hari ini sungguh benar - benar hari yang sangat tak terduga.

Because of youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang