Farel POV
"Shit! Benarkah gak ada donor hati yang cocok dok?" tanyaku frustasi sambil melihat dokter tersebut.
Dokter itu hanya menatapku dengan tatapan iba lalu menggelengkan kepalanya dengan perlahan.
"Adik sabar ya, pasti adik akan menemukan donor yang cocok untuk orang yang adik kasihi" ucap dokter itu sambil menepuk bahuku pelan lalu pamit pergi.
"yah.. Semoga" ucapku pelan sambil mengacak rambutku kesal.
Sudah 4 hari
Sudah berpuluh - puluh rumah sakit gw datengin
Tapi gak ada satupun yang mempunyai donor hati yang cocok untuk viola.
Dan itu rasanya sangat menjengkelkan
-----
"Kamu kenapa lagi sih?" tanya viola lemas sambil menatap gw sendu.
"Biasalah vi" ucap gw sambil mencium keningnya, lalu duduk disampingnya.
"Maafin aku kalo aku ngerepotin kamu rel" ucap viola dengan nada bersalah.
"Plis vio, jangan pernah ngerasa bersalah.. Karna aku merasa ini adalah tanggung jawabku sekaligus keinginanku" ucap gw sambil menatapnya sendu lalu mengelus kepalanya lembut.
"Rel"
"Hmm?"
"Jika.. Seandainya aku pergi, tolong relakan aku pergi.. Dan janji jangan pernah melihat masa lalu yang membuat kamu jadi depresi.. Please janji sama aku" ucap viola dengan mata sendunya.
Mata gw memanas saat mendengarnya dan hati gw terasa sangat sesak sekaligus sakit saat melihat mata sendunya.
Gw pun langsung menggenggam erat tangannya dan membisikan sesuatu sebelum gw pergi.
"Aku tak ingin berjanji hal itu, karna kamu adalah satu - satunya hal yang kuinginkan"
-----
Gw pun pergi dan tak sengaja melewati pintu pemeriksaan tes pendonoran.
Tiba - tiba terbesit ide itu di kepala gw lalu gw pun masuk ke dalam ruangan tersebut.
-----
"Kakak! Kakak!" panggil refal yang langsung membuyarkan lamunan gw.
"Kenapa fal?" tanya gw heran.
"Aku tau kakak depresi, tapi bisakan kakak makan demi viola" ucap refal sambil menaruh semangkuk bubur di meja gw.
Demi viola
Ya, demi viola
"Refal" panggil gw saat refal hendak pergi.
"Ya?" tanya refal sambil menatap heran gw.
"Gw mau ngomong berdua sama lu" ucap gw sambil menatapnya serius.
-----
Viola POV
"Ya ampun vio!! Akhirnya ada donor hati yang cocok buat kamu!!" teriak adrian sambil tersenyum sumringah.
"Yakin? Kata siapa dri?" tanya kak rio heran, sedangkan mama yang lagi menyuapiku dengan bubur hanya menatap adrian dengan tatapan heran sekaligus senang.
"Sstt!! Biar dokter ridwan aja yang jawab, bener kan dok?" tanya adrian dengan lucunya sambil menatap dokter ridwan.
Dokter ridwan adalah dokter yang merawatku dari 3 tahun yang lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Because of you
Teen Fictioncinta satu kata yang harus aku jauhi aku tak ingin merasakan yang namanya cinta tapi kenapa? kenapa kamu membuatku jadi merasakan yang namanya cinta? -Viola- cinta satu kata yang kubenci satu kata yang bisa membuat kita hancur, patah hati, dan mengo...