chapter 4

4.4K 313 1
                                    


farel sudah sangat dekat denganku, tangannya pun mengunci tanganku agar tak bisa kabur dan wajahnya di didekatkan ke wajahku, sehingga jarak kedua wajah kami tinggal beberapa inci lagi. entah mengapa aku menangis, dan tiba - tiba farel melepaskan tanganku lalu pergi menjauh.

Ada apa dengan dirimu vio?

Please Jangan menangis didepannya

Apapun yang terjadi, aku gak boleh keliatan lemah didepannya

-----

"hei, kamu kenapa murung begitu?" tanya adrian yang duduk di sampingku, "gak kenapa - kenapa kok" ucapku sambil tersenyum, "pliss don't lie vio, aku tau kamu lagi ada masalah.. Please cerita" ucap adrian.

Apa harus aku cerita semuanya ke adrian?

Tapi aku gak mau buat adrian marah dan benci ke farel

Duhh.. Apa yang harus aku lakukan??

"cerita sekarang vio" ucap adrian dengan sorot mata tajam yang bertanda aku harus menuruti keinginannya, "oke, aku bakal cerita.. Tapi kamu harus mendengarkan tanpa menyela" ucapku yang dihadiahi anggukan dari adrian, aku pun menceritakan pertemuan pertama kami, saat farel menolongku, saat tadi dia menjemputku, bahkan saat kita berada di taman.

"please jangan marah ian" ucapku setelah menceritakan semuanya ke adrian, adrian hanya tersenyum kepadaku, "untuk apa aku marah vi.. Memang dia telah membuatmu menangis tadi, tapi sepertinya ada alasan dibalik semua itu" ucap adrian sambil mengelus kepalaku, "maksudmu apa ian?" tanyaku heran, "kamu akan tau saat berjalannya waktu" ucap adrian sambil tersenyum, "tapi menurutmu farel seperti apa?" tanyaku polos, "dia dingin, menyebalkan, emosian, songong, tapi dibalik itu semua.. dia pasti orang yang baik" ucap adrian, "huh sok tau kamu" ucapku sambil mendengus kesal, "hei, sudah kubilang.. Dengan berjalannya waktu maka kamu akan membenarkan ucapanku" ucap adrian, "ya ya terserahlah.. Yang penting anterin aku ke kantin, aku udah laper banget nih" ucapku karna perutku sudah berbunyi dari tadi, "kamu gak bawa bekal vi?" tanya adrian, "enggak, tadi pagi aku lupa membawanya karna farel sudah menarikku untuk pergi" ucapku, "yaudah, kalo gitu aku yang makan jajanan kantin.. Kamu makan saja bekalku, kebetulan aku bawa makanan yang cocok untukmu" ucap adrian lalu pergi tapi kutahan, "jangan, aku gak mau ngerepotin kamu" ucapku gak enak, "kamu tau sendirikan kalau kamu gak boleh makan sembarangan, udah biar adil kamu yang milih makanan buat aku" ucap adrian lalu pergi.

-----

"ya ampun vio.. Kalo setiap milih makanan selalu kamu tolak, terus nanti aku makan apa?" tanya adrian agak frustasi, "abisnya makanannya gak baik buat kamu.. Aku kan gak mau kamu sakit" ucapku, "tapi kalo makannya cuma sedikit aku gak bakalan sakit vio" bela adrian, "yaudah, kalo gitu kita makan bekalnya barengan" ucapku, "kamu mau modus ya vio" goda adrian, "kamu kan sahabat yang paling aku sayangin, jadi aku gak mau sampe kamu sakit gara - gara aku" ucapku lalu menarik adrian ke kelasku, "ayo makan, kebetulan tadi aku bawa sendok" ucapku lalu mengeluarkan sendok, "kayaknya kamu emang sengaja biar bisa makan bekalku deh" ucap adrian datar, "ini sebenarnya sendok buat minum obat, tapi gak papa deh.. Nanti sendoknya bisa kucuci" ucapku, "oh, yaudah makan yuk sebelum bel masuk" ucap adrian lalu kami berdua makan bersama.

Saat kami sedang makan, dibelakangku terasa ada aura mencengkam yang membuatku tiba - tiba tidak nafsu makan. saat aku menengok kebelakang, terlihat farel yang terdiam, tapi melihatku dengan sorot mata yang tajam sehingga membuatku ingin pergi jauh - jauh darinya, terlihat tangannya terkepal cukup kuat sehingga tulang jarinya mulai terlihat.

"farel?" sapaku dengan suara pelan, "diem lu!" ucap farel dingin lalu pergi dari kelas.

Sebenarnya apa yang terjadi?

Kenapa semuanya jadi begini?

Haii readers!!
Akhirnya author bisa update chapter ini..

Please enjoy it and give me your comment and vote^^

Because of youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang