epilog: kampus dan surat ketujuh

667 106 30
                                    

[ EPILOG: KAMPUS DANSURAT KETUJUH ]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[ EPILOG: KAMPUS DAN
SURAT KETUJUH ]

Katakanlah, enam bulan lamanya pasca Ryujin nampak Yuna tersenyum dan memberinya ucapan selamat malam hari itu — Sabtu malam, menjelang hari berikutnya.

Sudah selama itu, Ryujin kehilangan segalanya yang berkorelasi dengan sosok gadis jangkung yang katanya sempat ingin belajar hidup kembali.

Yang nyatanya, hanya bisa meninggalkan Ryujin dengan potongan memori dari enam surat dan kenangan aksi manis yang sepatutnya ia simpan semampunya.

Bahkan, bunda Ryujin — Wendy, telah kembali ke Kanada untuk bekerja sejak bulan lalu dan meninggalkan Ryujin sendiri lagi.

Ryujin kehilangan sosok Yuna, memang hari itu membuatnya cukup syok sehingga menyebabkannya jatuh pingsan malam itu — di depan ruang ICU.

Tapi, itu semua adalah memori enam bulan lalu, dan sekarang ia telah memijak bulan Maret.

Ryujin sudah melupakan segala macam memori tentang Yuna, hanya enam surat dan sisa bangunan terbengkalai di samping rumahnya 'lah pegangan memorinya soal si jangkung itu.

Ryujin tak lagi tahu apa yang terjadi pada Yuna.

Tante Joy, pula memutuskan untuk berpindah tempat tinggal lagi agar lebih mudah menjenguk Yuna yang (terakhir ia dengar) harus dipindahkan ke rumah sakit di luar kota untuk penanganan lebih intensif sebab organ dalamnya yang mengalami sedikit kerusakan akibat mengkonsumsi obat-obatan dosis tinggi yang berlebih.

Enam bulan pula, Ryujin sukses menamatkan studi-nya pada jenjang sekolah menengah ke atas.

Sekarang, ia telah jadi mahasiswi baru — tentunya, masih satu kampus dan satu fakultas dengan sahabat se-hidup se-matinya; Heejin.

"Nanti agak sore ada acara kating, lo dateng?" dari segala bentuk basa-basi, Heejin jauh lebih memilih untuk menanyakan perihal utama keduanya bertemu pada jam sebelas pagi di salah satu cafè tengah kota; cafè-nya para kaula muda, katanya.

Ryujin mengedik, "gampang."

Heejin berdecih, "gampang, gampang! Gue gak mau nalangin alesan lo absen lagi, ya!"

Ryujin terkikik geli seraya menepuk bahu Heejin sok akrab (memang akrab), lalu menyunggingkan senyum jahilnya; "iya udah, nanti gue dateng, deh!"

"Yang betul?"

"Iya.."

Heejin memicing garang.

"Kalo bo'ong, gue sumpahin idung lo tambah mancung noh, biar kek nenek sihir!"

Ryujin melotot.

"HEEJIN ANJING!!"

[ 7 HARI SAJA! ]

7 hari saja! • 2shin ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang