1

3.6K 230 5
                                    

"Na Jaemin?" Kaget seorang pria mungil yang baru saja membuka pintu apartemennya.

"Kenapa kaget begitu? Ayo cepat Huang Renjun. Kita sudah terlambat.' Ucap pria bernama Na Jaemin itu.

"Aaa, ayo." Ucap pria mungil bernama Huang Renjun lalu menyusul langkah kaki besar seorang Na Jaemin.

Huang Renjun dan Na Jaemin adalah sahabat sejak lama, dan sekarang mereka sama-sama menjadi dokter bedah di Na hospital milik keluarga Na Jaemin. Sebenarnya renjun bingung kenapa bisa dia diterima di rumah sakit besar itu. Dia jadi curiga kalau itu adalah ulah dari ayah pemuda na itu. Karena memang mereka sudah lama mengenal Huang Renjun.

~***~

Sesampainya di rumah sakit, merekapun berpisah lalu renjun langsung masuk kedalam ruangannya yang jelas-jelas berbeda dengan ruangan jaemin, anak dari pemilik Na hospital.

Baru saja dia duduk di kursinya, diapun mendengar kabar kalau salah satu pasien bernama Ningning kembali masuk ruang operasi hingga dia mempercepat langkah kakinya menuju ruang operasi.

Sesampainya disana, diapun melihat salah satu suster keluar.

"Suster Giselle? Siapa yang mengoperasi ningning?" Ucap renjun sangat cemas karena dia sudah menganggap pasiennya itu sebagai adiknya sendiri, karena setiap kali ningning masuk ke sana, renjun lah yang akan selalu menanganinya. Itulah kenapa dia jadi sangat dekat dan menganggap ningning adalah adiknya.

"Tenanglah dokter Huang. Ningning sedang di operasi dengan dokter yuta." Ucap Giselle.

"Syukurlah." Ucap renjun merasa sangat lega.

"Kau kembali lah istirahat. Kau masih sangat lelah. Nanti saat telah selesai aku akan mengabarimu segera dokter Huang." Ucap Giselle karena tidak tega melihat wajah lelah dari dokter muda itu.

"Baiklah jangan lupa itu Giselle." Ucap renjun.

"Iya dokter Huang. Saya berjanji." Ucap Giselle tersenyum lalu renjunpun tersenyum kecil dan kembali ke ruangannya karena dia sangat lelah sekali.

~***~

Sekarang renjun tengah berjalan di koridor rumah sakit itu, untuk bertemu dengan ningning yang katanya sudah sadar, tadinya renjun ingin langsung menghampiri tapi dia tadi mendadak harus mengoperasi salah satu pasien makanya jadi tertunda.

"Huang Renjun!" Ucap jaemin yang ternyata tidak Renjun lihat saat melewati sang sahabat itu.

"Iya?" Ucap renjun lalu berhenti dan berbalik untuk melihat jaemin.

"Kenapa kau tidak melihatku?" Ucap jaemin sembari mendekat.

"Aku hanya tidak sadar saja. Aku harus keruangan pasienku." Ucap renjun tersenyum.

"Nanti malam tunggu aku di parkiran. Aku akan mengantarmu pulang." Ucap jaemin.

"Baiklah. Aku akan menunggumu." Ucap renjun tersenyum lalu diapun pergi sedangkan jaemin hanya tersenyum kecil melihat sahabatnya yang sangat menggemaskan dimatanya itu.

~***~

"Yaampun ningning! Kau baru sadar dan sudah memainkan ponselmu begitu saja? Kau keterlaluan." Ucap renjun kaget saat baru saja membuka pintu ruangan rawat itu.

"Gege. Aku bosan makanya aku memainkan ponselku." Ucap ningning tersenyum konyol.

"Letak ponselmu. Kau tidak boleh bermain ponsel saat baru saja sadar. Dasar nakal." Ucap renjun lalu mengambil ponsel ningning dari tangannya karena tampaknya pasiennya itu tidak akan mengindahkan semua perkataannya itu.

"Gege." Rengek ningning meminta ponselnya tapi renjun tidak memberikannya dan meletakkannya di dalam laci nakas sebelah bangsal ningning.

"Nining. Apa yang terjadi sampai kau kembali di operasi begini?" Ucap renjun kesal tapi bercampur dengan khawatir.

Jodoh? (jaemren)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang