6

1.2K 131 6
                                    

"N...ne?"

_______________________



Sekarang jaemin telah berada di dalam apartemen sahabatnya itu atau bisakah sekarang dia benar-benar mengatakan kalau dia adalah orang yang dicintai olehnya.

Renjun kembali dari dapur dan memberikan segelas air putih agar jaemin tenang. Lalu duduk dihadapan sahabatnya itu.

"Ada apa jaemin? Apa yang membuatmu seperti tadi?" Ucap renjun bingung.

"Apa yang kau tutupi dariku renjun?" Ucap jaemin membalikkan pertanyaan pada renjun.

"Apa maksudmu?" Ucap renjun semakin tak mengerti.

"Kau pasti mengerti maksudku renjun. Apa yang kau sembunyikan dariku renjun? Kenapa kau menyembunyikan hal seberat itu dariku?" Ucap jaemin datar.

"Hal berat? A.. apa maksudmu? Aku tidak mengerti." Ucap renjun menunduk.

"Apa kau benar-benar mengidam penyakit jantung renjun?" Ucap jaemin menatap renjun. Renjun sontak saja langsung menatap jaemin dengan tatapan kagetnya.

"A...apa maksudmu? Itu tidak mungkin." Ucap renjun diselingi dengan kekehan kecil.

"Jangan berbohong lagi padaku Huang Renjun. Aku tau kau memiliki penyakit jantung. Vitamin itu bukanlah vitamin tapi obat jantungmu. Dan karena itulah kau tidak memperbolehkan ku memakannya bukan?" Ucap jaemin.

"I...itu tidak benar jaemin. Aku melakukan hal itu, karena kau cukup kaya untuk membelinya sendiri." Ucap renjun yang masih berbohong.

"Jangan berbohong lagi denganku renjun. Ini, apa kau masih akan berbohong setelah bukti valid ini?" Ucap jaemin sembari memberikan berkas hasil dari lab yang dia baca tadi.

Renjunpun mengambil berkas itu lalu membacanya hingga matanya membulat sempurna dan hanya diam tanpa berani memandang sahabatnya itu.

"Sudah berapa lama renjun?" Ucap jaemin menatap renjun.

"Ke...kenapa kau sampai sejauh ini jaem?" Ucap renjun menatap jaemin dengan airmata yang berlinangan pada mata serupa rubah itu. Karena renjun sudah sangat bersusah payah menyembunyikan semua ini dari siapapun. Tapi, seperti sekarang terbuang sia-sia. Jaemin langsung mendekat dan berjongkok di hadapan renjun yang duduk lalu menggenggam tangan itu.

"Sudah berapa lama renjun? Sudah berapa lama kau menyimpan ini sendirian?" Ucap jaemin.

"I...ini hiksss... Ini sudah lama jaemin. Aku sudah mengalami ini semua sejak aku kecil. Sejak aku berumur 5 tahun. Aku meminum obat setiap hari untuk bertahan hidup. Aku tidak memberitahu semua orang termasuk kau, karena aku tidak ingin di kasihani oleh siapapun." Ucap renjun dengan airmata yang telah mengalir keluar dari mata itu.

"Kenapa injunie? Kau harusnya mengatakan hal itu padaku. Kenapa harus menyembunyikan hal besar ini? Dan kenapa kau harus sampai drop seperti ini renjun?" Ucap jaemin menghapus airmata yang terus turun dari mata itu.

"Aku terlalu banyak bekerja jaemin. Dokter kang sudah mengatakan kalau aku harus mengurangi jatah kerjaku. Itulah yang terbaik saat ini. Aku masih bisa bertahan karena obat itu." Ucap renjun.

"Apa tidak bisa melakukan transplantasi jantung saja?" Ucap jaemin.

"Itu biaya yang sangat mahal. Dan aku juga harus berharap ada korban yang tiada hanya untuk jantungnya. Itulah kenapa aku tidak mau dengan hal yang satu itu." Ucap renjun menangis lalu jaeminpun langsung membawanya kedalam pelukan hangatnya.

"Kau tenang saja. Aku akan selalu bersama denganmu. Kau harus sembuh. Aku percaya kau bisa sembuh. Aku tidak ingin kehilanganmu renjun." Ucap jaemin memeluk erat tubuh mungil itu.

"Apa...apa kah benar-benar mencintaiku Nana?" Ucap renjun melonggarkan pelukan mereka untuk menatap mata serupa rusa itu.

"Ya. Aku sangat mencintaimu selama ini renjun. Maaf karena aku menyembunyikannya selama ini. Tapi kali ini tidak lagi renjun. Aku akan mengatakan dengan tegas kalau aku sangat mencintaimu." Ucap jaemin kembali memeluk renjun. Sedangkan renjun telah jatuh tertidur ntah sejak kapan membuat jaemin tersenyum lalu menggendongnya ke kamar pria mungil itu. Dan meletakkan keatas tempat tidur secara perlahan dan diapun mengirimkan pesan pada adiknya. Setelahnya diapun ikut tidur disebelah renjun sembari memeluk perut rata itu dan mengecup kening sahabatnya itu.

"Saranghae Huang Renjun." Ucap jaemin lalu menutup matanya untuk menyusul renjun ke alam mimpinya.













































€€€

Jodoh? (jaemren)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang