Tatap
Tatap
T-A-T-A-P
Reon sedang menatap Shion yang sibuk bekerja. Sudah terhitung sepuluh menit Reon memandangi sang papa, tanpa bergerak sedikitpun dari tempatnya. Shion yang ditatap begitu jadi salting sendiri. Maksudnya, apakah Shion punya salah?
Stroberi sudah dibelikan, es krim sudah di stok, pudding juga masih ada, lalu apa? Shion sudah melengkapi semua kebutuhan penting Reon, lalu mengapa anaknya memerhatikan dia sampai sebegitunya?
Atau jangan-jangan ... Reon marah padanya?
Tidak, tidak, Shion membuang jauh-jauh pikiran itu. Membayangkan anaknya marah atau tidak menyukainya benar-benar membuat Shion merinding ketakutan. Kalau Ran yang marah, sih, membujuknya gampang. Lha kalau Leon dan Reon? Daripada Shion semakin penasaran, ia memilih untuk bertanya kepada putranya.
"Reon, kenapa daritadi lihatin Papa, hm? Reon mau sesuatu? Bilang sama Papa, sayang."
Reon diam. Ia berjalan mendekati Shion kemudian berkata, "Papa, Reon mau lihat perutnya Papa!" kata Reon.
"Eh?" Kini gantian Shion yang terdiam. Mengapa Reon ingin melihat perutnya? Apa yang akan Reon lakukan setelah Shion memerlihatkan perutnya?
"M-maksudnya? Reon mau lihat perutnya Papa? Buat apa?" tanya Shion.
"Reon mau lihat!" ucap Reon sambil menatap Shion tepat di matanya.
"Papa nggak tahu tujuan Reon apa, tapi ... oke, deh." Shion kemudian membuka kaosnya, tidak hanya perutnya yang terpampang, tetapi seluruh tubuh bagian atasnya.
Masyaallah, tubuhnya bagus, Bun :)
Setelah Reon memerhatikan tubuh Shion, ia juga ikut-ikutan membuka baju dan kaos dalamnya. Reon kemudian melihat tubuh Shion lagi, lalu kembali melihat tubuhnya.
"Papa ... kenapa badan Reon nggak kayak Papa? Reon pengin punya itu juga." Reon menunjuk perut Shion.
Shion semakin bingung, lah. "P-perut? Reon 'kan udah punya perut, kenapa pengin punya lagi."
Reon melihat ke arah perutnya yang menggembung. Buncit seperti es krim mochi kesukaannya.
Reon cemberut. "Nggak mau! Perut Papa kotak-kotak, perut Reon bulet. Reon mau perutnya kotak-kotak juga."
Owalah :)
Shion berpikir sebentar untuk mencari jawaban yang pas. "Perut Reon bisa kayak gini juga, kok, tapi masih lama."
"Kalau Reon maunya sekarang?" tanya Reon melas.
"Kalau maunya sekarang ... Reon nggak boleh makan es krim lagi, nggak boleh makan kue, nggak boleh makan dessert, nggak boleh—" Shion menghentikan bicaranya ketika ia mendengar suara isakan Reon.
"BUKAN GITU, SAYANG, MAKSUDNYA ... Eee ... maksudnya, besok kalau Reon udah gede bisa gini juga, kok, perutnya," kata Shion panik. Kalau sampai ketahuan Ran bisa diamuk nantinya.
Hadehhh, cuma perkara perut aja sampe ribut :")
"Beneran?" tanya Reon memastikan.
Shion mengangguk. "Iya, asalkan Reon mau berusaha. Sekarang mending Reon main sama Kak Leon, deh. Papa mau kerja dulu. Atau Reon mau nungguin Papa kerja?"
Reon menggeleng. "Enggak, nanti Reon bosen. Reon mau main sama Kakak aja. Dah, Papa." Reon melambaikan tangannya kemudian pergi dari ruang kerja Shion.
Lalu, sampailah Reon di kamar Leon. Reon mengetuk pintu terlebih dahulu sebagai formalitas dan langsung masuk walaupun belum ada perintah 'masuk' dari Leon.

KAMU SEDANG MEMBACA
Daily Life Reon Gerald 2 (SELESAI) ✔
Ficção AdolescenteReon bersedia untuk berangkat ke sekolah?!! Itu adalah sesuatu yang melegakan. Hanya saja, mampukah little mochi satu ini menghadapi teman-teman sekelasnya dengan tingkah luar biasa mereka? Lantas, bagaimana Reon akan mendapat teman? Apakah ada yang...