Hari Selasa waktunya pelajaran menggambar, salah satu pelajaran yang disukai oleh Reon. Ibu guru yang mengajar seni budaya sudah masuk ke kelas dan akan menjelaskan materi pembelajaran hari ini.
"Jadi anak-anak, nanti kita bentuk empat kelompok, ya. Muridnya 'kan ada dua puluh, jadi satu kelompok isinya lima orang. Nanti setiap kelompok akan Ibu beri satu objek, di sini sudah ada topi, botol minum, senter dan gunting kuku. Nanti kelompok yang dapat topi berarti gambar topi, yang dapat botol berarti gambar botol, begitu, ya."
"Iya, Bu," jawab anak-anak serempak.
Salah satu anak perempuan mengangkat tangannya. "Bu, nanti kelompoknya milih sendiri atau sudah ditentuin?"
"Kelompoknya sudah Ibu bagi, ya. Sekarang Ibu bacakan anggota kelompoknya. Dimulai dari kelompok satu ada Reon, Raka, Klara dan Larissa. Lalu kelompok dua...."
"Yah, sama Reon."
"Iya, males. Dia cengeng, sih."
Reon bisa mendengar suara bisik-bisik setan dari Klara dan Larissa. Dia hanya menunduk dan berpura-pura tidak mendengarkan mereka berdua.
"Sekarang kalian duduk sesuai kelompok masing-masing, ya," kata Bu Guru.
~DLRG~
Leon kebetulan pulang lebih awal, jadi dia berniat untuk menjemput Reon. Kini ia sedang menunggu Reon di bangku yang berada di halaman depan SD. Setelah lebih dari 15 menit menunggu, akhirnya siswa-siswi pun berhambur keluar.
Leon memperhatikan sekitarnya, mencari Reon yang belum juga terlihat pipi gembulnya. Karena khawatir akan terjadi apa-apa dengan sang adik, Leon memutuskan untuk mencari Reon ke dalam SD.
"Lah, itu Reon," gumam Leon ketika melihat sang adik berjalan dengan langkah gontai sambil menunduk.
"Dek!" Leon memanggil Reon cukup keras. Reon mendongak dan langsung berlari ke arah Leon lalu memeluknya.
Wah, ada yang nggak beres, nih, batin Leon.
"Reon laper? Mau makan dulu sama Kakak?" Reon menggeleng sebagai jawaban.
"Reon mau langsung pulang aja," jawab Reon pelan.
"Yaudah, kita pulang sekarang." Leon menggandeng tangan Reon dan keduanya berjalan untuk menunggu taksi yang sudah Leon pesan.
Lalu, dua orang yang sedari tadi mengintip kakak-beradik itu pun keluar dari persembunyian mereka. Keduanya lantas berbisik-bisik membicarakan sesuatu.
"Kamu lihat itu?"
"Iya. Itu memang dia."
"Sip, besok kita tinggal samperin dia di kelasnya."
"Laksanakan!"
Mereka berdua kemudian berlari pergi.
Sesampainya di rumah, Reon ingin segera masuk ke kamarnya. Melihat anak bungsunya tidak bersemangat dan terlihat lesu, Ran merasa khawatir. Namun, ketika ia menannyakannya pada Reon, Reon hanya menjawab tidak apa-apa. Setelah itu Reon pergi meninggalkan Ran dan Leon.
"Adek kenapa, Kak?" tanya Ran.
Leon menggeleng, "Nggak tahu, Ma, Reon nggak cerita apa-apa."
"Duh, Mama khawatir, deh. Nanti kamu hibur atau ajakin adek main dulu, ya. Sekarang Mama mau beli kue stroberi buat Reon, siapa tahu Reon bisa ceria lagi."
Leon mengangguk, "Iya, Ma."
Setelah itu, Leon juga pergi ke kamarnya untuk ganti baju. Ia melepas seragam dan menggantinya dengan kaos berwarna hijau tua dan celana santai berwarna hitam. Sesudahnya, Leon pergi ke kamar Reon untuk mengecek keadaannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/270728188-288-k805291.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Daily Life Reon Gerald 2 (SELESAI) ✔
Roman pour AdolescentsReon bersedia untuk berangkat ke sekolah?!! Itu adalah sesuatu yang melegakan. Hanya saja, mampukah little mochi satu ini menghadapi teman-teman sekelasnya dengan tingkah luar biasa mereka? Lantas, bagaimana Reon akan mendapat teman? Apakah ada yang...