2: First Impression

6.2K 268 4
                                    

Audriella's POV


"Mike, kau berangkat dengan Audrie ya." kata uncle Jo.

Michael nampak menghentikan kegiatan sarapannya dan memandang ayahnya dengan alis terangkat. "Aku?"

"Ya. Kalian kan satu sekolah jadi tidak masalah kan?"

"Uncle Jo, itu tidak perlu. Aku bisa berangkat sendiri." kata Audrie disela kunyahannya.

"Tidak apa. Aku tidak keberatan." kata Michael secara tak terduga. Tentu saja tidak terduga bagi Audrie, awalnya ia kira laki-laki itu akan menolak untuk berangkat bersama dengannya. Tetapi syukurlah laki-laki itu tidak masalah karena jujur saja dirinya masih buta arah disini.


Michael menoleh padanya dan Audrie menyadari hal itu. "Kau sudah selesai?" tanyanya. Audrie mengangguk walau pun sarapannya masih tersisa. Ia sudah sangat kenyang karena ia memang tidak terbiasa sarapan, namun mau tak mau ia harus terbiasa sekarag mengingat ia tinggal di rumah baru dan harus mengikuti aturan yang baru pula.

"Ayo berangkat." Michael mengambil kuncinya dan menyampirkan backpacknya di punggung lalu memeluk singkat Aunty Risa. Audrie bangkit dari kursinya lalu tersenyum bergantian ke arah om dan tantenya itu. "Aku berangkat."

"Hati-hati, sweety." kata pamannya itu. "Mike, jaga dia." teriaknya yang hanya direspon Michael dengan ancungan jempol. Audrie pun segera menyusul Michael yang sudah keluar mendahuluinya.


Di dalam mobil, Audrie merasa canggung karena ia tidak tahu harus berbuat apa. Ini pertama kalinya ia bertemu dengan sepupunya itu dan pertama kalinya pula ia hanya berduaan dengannya. Untunglah Michael yang membuka percakapan terlebih dahulu.

"Kau tingkat berapa?" tanya Michael.

"Tiga."

"Ah--junior." kata dia sambil berangguk-angguk dan tetap fokus menyetir. "Kenapa kau pindah?" tanyanya lagi.

"Hukuman."

"Hukuman?"

Audrie mengangguk. Ia menatap jalanan sambil tersenyum masam. "Karena kenakalanku sepertinya ayahku sudah tidak tahan. Akhirnya ia mengirimku kesini sebagai hukuman." Audriella kembali mengingat kejadian yang lalu-lalu dan itu membuat dirinya bertekad untuk berubah di sekolah barunya.

"Senakal apa kau sampai ayahmu tidak tahan denganmu?"

"Yah, banyak kejadian yang membuatku menerima surat panggilan orangtua. Mungkin ia lelah dan memutuskan untuk menitipkanku disini." Audrie tertawa lalu menoleh ke arah Michael yang meliriknya dengan tatapan aneh. "Tak kusangka orang sepertimu pembuat onar." kata Michael nyengir.


Begitu keluar dari Everest milik Michael, Audriella merasakan dirinya diperhatikan dan jujur itu membuatnya risih. "Michael, apa ada yang salah dengan pakaianku?"

"Tidak." Michael memerhatikan dirinya dan kembali menambahkan, "Panggil saja Mike. Michael terlalu panjang, bukan?"

"Tetapi kita tidak dekat. Aku tidak enak--"

"Jangan sungkan." Michael memotong perkataannya lalu menyunggingkan senyumnya yang seperti panahan itu. Lesung pipinya terlihat jelas dan itu sangat menggemaskan. "Semua memanggilku begitu. Lagipula kau kakakku jadi santai saja."

Seulas senyum muncul di wajah Audrie saat menyadari bahwa ia mulai diterima oleh Michael. Ia sempat khawatir karena takut Michael akan merasa terganggu dengan kehadirannya yang tiba-tiba di rumahnya dan masuk begitu saja di antara keluarganya.

High SchoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang