Payback is a bitch

2.8K 160 13
                                    

Hai semuaa maaf di awal udah ada notes hehe

Aku minta maaf karna gakonsisten update ceritanya. Maklum akhir akhir ini banyak banget yang mesti dilakuin. Sebenernya, udah beberapa chapter yang kubuat tapi emang belum ku publish jadi mohon maaf bagi yang nunggu update-an. Dan makasih banyak yang udah nunggu:)

Kalo bingung "kok tiba tiba chapter ini tentang ini. Emang sebelumnya ceritanya gimana deh." itu wajar kok. Sebulan ngilang dan sekarang update lagi pasti lupa sama alur ceritanya. Karna lupa pasti udah ada yang males baca ini. Aku ngalamin sendiri baca cerita yang updatenya begitu. Wajar sih cuma jangan bosen yaaa. Ikutin terus cerita inii. Biar nyambung lagi, kalian bisa baca lagi chapter sebelumnya karna aku paling gabisa bikin recap (singkatan cerita sebelumnya)

Makasih juga yang udah baca dan heyy sekarang udah 3k!!! Itu biasa menurut sebagian orang tapi buatku itu udah bikin seneng karna hey, ceritaku ada yang baca. thank you so much!!!!

Love,
RR

---

"Kau sakit, Ty?"

"Tidak, cou--" perkataan Tyler terhenti saat ia bersin secara tiba-tiba. Tyler mengusap hidungnya dan menatap pelatihnya yang menghela nafas. "Tidak, couch." ujar Tyler mengulang perkataannya yang sempat terhenti.

Couch menadanganya dengan mata menyipit dan bertanya, "Apa namanya kalau bukan sakit, huh?"

"Ini alergi, couch."

"Sama saja, Tyler Johnson." Pelatihnya itu menghela nafas dan Tyler hanya dapat tersenyum miring. "Aku baik-baik saja, couch. Kau tidak perlu khawatir. Aku sangat sehat bahkan siap untuk menerima latihan nerakamu pada hari ini."

"Baguslah, karena itu yang akan kulakukan."

Tyler berkedip, "Apa?"

"Aku akan memberikan sesi latihan hingga titik maksimum pada hari ini." kata pelatihnya sambil menepuk tangannya beberapa kali. "Semuanya, berkumpul." perintahnya kepada seluruh anggota.

Satu persatu anggota merapatkan barisan dan menghadap ke arah pelatih. "Baiklah." Lelaki tua itu memandang berkeliling memastikan tidak ada yang belum berkumpul. Ia berkernyit saat melihat sekumpulan sophomore. "Hey, kalian." seru couch. "Dimana satu teman kalian?"

Tyler menoleh dan memperhatikan mereka. Ia menyapukan pandangan ke arah anggota club yang satu tahun di bawahnya itu. Ia meneliti semua wajah untuk melihat siapa yang kurang. "Ah--Mike." ucap Tyler dalam hati saat menyadari bahwa adik sepupu Audrie-lah yang tidak ada di tempat.

High SchoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang