Halo semua! Maaf banget di awal chapter udah ada note gapenting tapi mohon dibaca yaa
Aku ga akan bosen minta maaf soal jadwal update. Aku emang ga konsisten update dan aku ngerasa hutang budi sama yang baca dan aku ga tega ninggalin cerita ini terlalu lama, jadi... INI DIA CHAPTER TERBARU NYA GUYS.
Selain minta maaf aku juga mau bilang makasih ke siapa pun yang udah baca cerita ini walau pun udah tau update nya jarang banget, tapi tenang, aku bakal nyelesaiin cerita ini kok dan gaakan gantung kalian huehuehe. Terus baca ya!
Ngomongin soal cerita ini, ceritanya ngebosenin ya? Haha aku ga gitu ngerti sih apa anggapan kalian karna jarang yang kasih kritik atau saran. Aku terima pujian di komen, aku malah makaasiiiiiih banget karna itu artinya kalian nunjukin kalo kalian suka sama cerita ini. Tapi kalo ada yang mau kasih kritik atau saran malah aku terima banget selama itu gaada unsur hate ya guys. Jadi kalo ada yang punya tanggapan komen aja yaa.
Sekian,
RR
---
"Audrie," seru sesosok suara dari luar kamar. "makan malam sudah siap. Hargailah aku yang sudah memasak dan cepatlah keluar dari kamar sebelum aku mendobrak pintu dan menyeretmu ke meja makan."
Audrie mematikan hairdryer dan melepaskan handuk dari tubuhnya. Dengan asal, ia mengambil sesuatu dari lemari untuk dikenakan dan segera keluar dari kamar. Ia menemukan Michael sedang sibuk mempersiapkan meja begitu memasuki ruang makan.
"Mike, aku heran kenapa kau populer di antara perempuan bila caramu mengajak makan malam sangat buruk seperti tadi."
Adik sepupunya itu terkekeh. "Tentu saja aku mengajak mereka tidak dengan cara seperti tadi, Audrie." Ia tersenyum simpul dan melanjutkan. "Lagipula bila iya, mereka masih mau makan malam denganku. Siapa yang tidak mau makan malam dengan seorang Michael Abel?"
"Ya, ya, semuanya kecuali Audriella Pringgodani dan beberapa lelaki normal lainnya." jawab Audrie yang direspon Michael dengan tawa. "Aku normal, Drie. Aku tidak tertarik dengan sesama jenis."
"Itu yang mereka katakan saat belum mengakui bahwa diri mereka gay, Mike." Audrie memutuskan untuk tidak melanjutkan obralan aneh mereka dan memutuskan untuk bangun dari posisi duduknya semula lalu menuju dapur untuk menghampiri Michael. "Kau memasak apa?" tanyanya sambil melongok ke arah panci.
"Spagetthi."
"Hem. Kelihatannya enak."
Michael tersenyum bangga dan berkata, "Tidak hanya kelihatannya, Drie. Spagetthi ini memang enak." Mendengar itu Audrie hanya bisa mengerlingkan matanya dan bertanya, "Ada yang bisa kubantu?"
"Tidak ada." jawab Michael.
"Ayolah, Mike. Buat aku berguna disini."
Michael tersenyum geli dan menunjuk ke arah suatu deretan laci. "Baiklah kalau kau ingin membuat dirimu berguna, tolong ambil peralatan makan dan tatalah meja makan."
"Baik." ujar Audrie seraya bergerak menuju ke arah yang semula ditunjuk oleh Michael. Ia segera menghampiri dereran laci yang ada di tengah ruangan tersebut lalu membuka laci paling kanan dan mengeluarkan dua buah piring serta sendok dan garpu. "Apa kita butuh piring untuk menaruh spagetthi?" tanyanya kepada Michael. Begitu menoleh, Audrie melihat adik sepupunya itu mengangguk mengiyakan. Audrie pun mengambil semua alat makan itu dan beranjak menghampiri Michael.
Audrie memperhatikan Michael menggulung spagetthi dengan garpu besar kemudian gulungan itu ia pindahkan dari panci ke piring besar yang baru saja Audrie ambil. Michael mengambil beberapa gulungan lagi dari panci hingga piring tersebut penuh. "Bagaimana latihan cheers hari ini?" tanya Michael membuka percakapan. "Di jalan pulang tadi kau tidak memberiku informasi sama sekali."
KAMU SEDANG MEMBACA
High School
Teen Fiction[ON HOLD] [Bahasa Indonesia] Audriella Pringgodani baru saja pindah ke Amerika. Semua serba baru baginya. Di negri paman Sam itu ia bertemu dengan Tyler Johnson. Dari sanalah pengalaman sekolah Audriella dimulai