"Go to half, go to extention, go to--"
Brugh.
"Aww." Audrie menyerngit mengelus-elus kepalanya yang terbentur oleh bahu Maddi. Audrie bangun dengan cepat dan meminta maaf kepada temannya yang menjadi back base-nya tersebut. Ia pun melakukan hal yang sama kepada front base serta kedua side base miliknya.
"Ini sudah ketiga kalinya kau terjatuh. Kau bisa tidak sih? Kalau tidak serius lebih baik keluar saja."
Audrie menunduk meminta maaf ke arah Vicky. Ia merasa malu karena baru di hari pertama saja ia sudah dibentak oleh ketua cheers yang tidak memiliki toleransi sama sekali itu. Victoria atau Vicky terlihat manis, namun alasan dia dipanggil Vicky adalah karena dari Victoria yang terkesan anggun dan lembut ia bisa berubah menjadi monster seperti pengasuh anak yang kejam di serial kartun Fairy Odd Parents pada saat latihan. Itu terbukti saat hari pertama latihan, banyak anggota baru yang kena damprat olehnya.
"Kita coba sampai semua base berhasil," teriak Vicky. "bila satu base saja tidak berhasil, maka kita akan mengulangnya. Paham semua?"
Anggota lainnya menjawab serentak dan Vicky pun mengangguk. "Kembali ke posisi awal." perintahnya yang kemudian membuat semuanya bergerak sesuai posisi masing-masing.
Dengan menarik nafas panjang, Audrie berusaha menenangkan dirinya agar tidak grogi. Ia berdiri di antara Lilian dan Hailey, mereka adalah junior namun sepertinya mereka sudah menjadi anggota klub sejak tahun pertama mereka berada disini karena mereka terlihat berpengalaman. Audrie dapat merasakan bahwa kedua orang tersebut tidak menyukai dirinya, itu terlihat dari cara mereka memandang dirinya.
"Kami lelah, bisakah kau melakukan gerakan dengan benar?" pinta Hailey. "Kau berbuat kesalahan kami juga yang menanggungnya, tahu."
Lilian mengangguk dengan muka masam. "Hailey benar. Aku heran kau tidak bisa apa-apa, tetapi mengapa kau lolos seleksi?"
Ingin sekali rasanya Audrie membalas perkataan dua plagiat barbie di kiri-kanannya itu namun ia tidak berkutik. Perkataan mereka tidaklah salah, Audrie memang beban bagi base mereka. Sejak tadi Audrie tidak dapat melakukan gerakan dengan benar. Half adalah posisi yang cukup mudah karena yang perlu ia lakukan hanyalah mengunci tubuhnya dan berdiri tegak di ketinggian yang masih dapat dirinya sanggupi. Lain dengan half, extention adalah posisi yang cukup menakutkan karena extention adalah posisi half yang lebih tinggi dimana saat half, side base-nya hanya mengangkat dirinya setinggi dada mereka, sedangkan saat extention, side base-nya mengangkat dirinya dengan tangan yang diluruskan ke atas. Hal itu membuat extention dua kali lebih tinggi dibadingkan dengan half.
Maddi berdecak dengan tidak sabar. "Kalian heran kenapa dia bisa lolos?" tanyanya. "Itu karena dia punya potensi yang mungkin belum terasah. Masih seperti ini saja dia sudah masuk ke dalam tim, itu artinya jika dia sudah terasah maka dia akan lebih hebat dari kalian."
Mendengar Maddi membelanya membuat Audrie tersenyum. Ia membisikkan ucapan terimakasih kepada Maddi yang dibalas oleh perempuan itu dengan kedipan mata. Audrie bisa melihat bahwa wajah Lilian dan Hailey merah padam, sepertinya mereka berusaha menahan amarah mereka. Vanessa, front base-nya justru mengatup bibirnya untuk menahan tawa. Audrie bisa melihat bahwa Vanessa cukup bisa diajak bekerjasama. Mereka sama-sama baru masuk ke dalam cheers, mungkin hal itulah yang membuat Vanessa memaklumi kesalahnnya sejak tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
High School
Teen Fiction[ON HOLD] [Bahasa Indonesia] Audriella Pringgodani baru saja pindah ke Amerika. Semua serba baru baginya. Di negri paman Sam itu ia bertemu dengan Tyler Johnson. Dari sanalah pengalaman sekolah Audriella dimulai