Michael's POV
Audrie terlihat murung memandangi ponselnya yang mati. Mengingat insiden di sekolah tadi, Michael tahu alasan mengapa perempuan itu murung. "Sudahlah Drie, kau kan bisa membeli yang baru."
"Bukan itu masalahnya. Ponsel itu banyak kenangannya. Kenangan tak bisa dibeli lagi, kau tahu itu kan?"
"Ya." Michael menggaruk lehernya yang tak gatal. Ia membaca memo yang ada di meja makan sambil tersenyum senang. "Mom dan Dad tidak akan berada di rumah sampai tengah malam. Mereka ada acara. Kita pesan pizza saja ya? Tidak masalah kan bagimu?"
"Tidak."
"Bagus." Michael segera meraih ponselnya dan menelepon untuk memesan pizza.
"Mike, aku mandi dulu ya."
"Oke."
Sepeninggalan kakak sepupunya itu, Michael menuju ke dapur dan mengambil beberapa snack kesukaannya. Loops, Potato Chips, M&N, dan sebotol pepsi. Ia membawa snack itu menuju ruang tengah dan menaruhnya di meja depan televisi. Ia menyalakan televisi dan menghempaskan tubuhnya ke sofa. Ia melepas hoodie serta tasnya lalu menaruhnya di sembarang tempat. "Ah--heaven." ujarnya sambil mulai membuka bungkus snack itu satu persatu.
"Pizza datang." ujarnya saat bel rumahnya berbunyi. Ia senang karena bisa dikatakan pizza adalah favoritnya.
Dengan semangat Michael berdiri menuju ke pintu depan. Begitu membukanya, seorang delivery man dengan seragam merahnya tersenyum dan menyerahkan tiga kotak pizza. Michael menerimanya dan membayarnya. "Terimakasih." ucapnya seraya menutup pintu dengan kakinya karena tangannya penuh dengan kotak pizza.
"Pizza sudah datang rupanya." kata Audrie yang baru saja turun dari lantai dua.
"Haha begitulah." Michael tertawa melihat mata Audrie yang berbinar menatap kotak yang ada di tangannya. Ia menaruh kotak itu di meja lalu duduk di sofa.
Audrie dengan rambut yang masih basah akibat keramas, serta handuk yang masih terlingkar di lehernya, duduk di sebelahnya dan langsung menyambar sekotak pizza. "Untuk apa kau pesan sebanyak ini Mike?" tanyanya.
"Aku ini rakus asal kau ta--" Perkataan Michael terhenti saat bel rumah kembali terdengar. Ia menyerngit heran. "Siapa itu?"
"Biar aku yang buka pintunya." kata Audrie sambil menuju ke pintu depan. Michael kembali bersender di sofanya dan meraih sepotong pizza. Ia menikmati pizzanya sampai ia sadar bahwa tidak ada suara dari pintu depan. "Audrie?" teriaknya.
Tidak ada jawaban.
Dengan heran Michael pun menuju ke pintu depan untuk mengecek. Ia tersenyum saat melihat teman-temannya berada di ambang pintu. "Yo. Kalian kesini rupanya."
Ketiga temannya itu tak membalas sapaannya dan nampak terdiam. Michael melihat arah pandangan mereka, yaitu Audrie. Ia tertawa saat mengetahui alasan mereka mematung seperti itu. "Kalian tidak perlu syok begitu. Cepat masuk." ajaknya sambil memperlebar bukaan pintu.
"Kenapa dia ada disini, Mike?" tanya Isaac setengah berbisik. Dua temannya yang lain, Ray dan Lolo pun memberi tatapan penuh tanda tanya yang sama.
Michael mempersilahkan mereka duduk lalu menyuruh Audrie mendekat padanya. Ia tersenyum kepada teman-temannya sambil merangkul Audrie. "Perkenalkan, dia ini Audriella, sepupuku."
Tawa sontak keluar dari mulutnya saat melihat Isaac melongo kaget, Ray yang menampakkan wajah tak percaya, serta Lolo yang tersedak. Isaac menormalkan ekspresinya lalu memandangi Michael dan Audrie secara bergantian. "Apa Mike serius?" tanya Isaac pada Audrie.
KAMU SEDANG MEMBACA
High School
Teen Fiction[ON HOLD] [Bahasa Indonesia] Audriella Pringgodani baru saja pindah ke Amerika. Semua serba baru baginya. Di negri paman Sam itu ia bertemu dengan Tyler Johnson. Dari sanalah pengalaman sekolah Audriella dimulai