Yaampun maaf. Setelah setahun menghilang, akhirnya aku lahir lagi:(
Setahun kemarin tuh aku bener-bener lagi kesulitan. Maaf ya.
Sekarang, sebagai permintaan maaf, aku update nih.
*yang lupa ceritanya, bisa ke bab sebelumnya dulu ok?
Happy reading, guys! I love u all!
***
Aiden menyeruput kopinya sembari sesekali memperhatikan layar laptop. Dia bisa tenang seperti ini karena kemarin Acha hanya mulas ingin buang air besar. Awalnya saat Acha kesakitan setelah mual, Aiden bingung. Tapi beberapa detik kemudian, terdengar suara kentut Acha yang lebih dahsyat dari suara petasan panci--yang membuat Aiden menghela napas lega.
Selama pandemi, Aiden selalu work from home. Dan tentu saja itu sangat menguntungkan baginya. Kenapa? Karena waktu kerjanya akan ditemani sang istri tercinta. Ya walau tidak setiap saat, tapi jika Acha lewat sekilas di depannya saja sudah membuatnya tenang. Sangat berbeda ketika dia bekerja di kantor. Rasanya waktu berjalan begitu lambat. Kira-kira seperti itulah gambaran seorang bucin.
"Ayah, mau kentang goreng nggak?"
Aiden menoleh ke Acha sembari membenarkan letak kaca matanya yang sedikit turun.
"Boleh." Aiden tersenyum, menampilkan lesung pipitnya.
Acha mengacungkan jempol. Dia bergegas menuju kulkas lalu mengambil lima buah kentang dari sana. Dia mulai mengupas kentang satu per satu. Tangannya dengan cekatan mengolah makanan karbohidrat itu. Hingga setengah jam kemudian, Acha membawakan sepiring penuh french fries original buatannya, lengkap dengan semangkuk kecil saus pedas.
Acha menyajikan kentang itu di dekat Aiden. Dengan semangat, Aiden mencicipnya.
"Gimana? Enak?"
"Hm. As yummy as you, Babe." Ujar Aiden dengan suara rendah sambil menatap Acha dengan tatapan yang sulit di artikan.
Acha menatap Aiden datar, "Bacot."
Aiden hanya cengengesan mendengar istrinya mengumpat. Tepat setelah itu, Aleena datang dengan wajah belepotan tanah. Tidak lupa juga baju dan celananya yang basah di beberapa bagian. Acha langsung meletakkan tangannya di pinggang, melihat putrinya tidak percaya. Matahari saja belum tinggi, anaknya sudah membuat emosinya meninggi.
"Habis ngapain?"
"Berkebun. Nih!" Aleena menjawab dengan santai sambil menyodorkan sebuah pot kecil yang ditanami kaktus hijau.
"Di mana emang berkebunnya?" Kali ini Aiden yang bertanya.
"Di mana lagi, Yah. Ya pasti di rumah cowok yang suka dibilang pacar dia lah." Acha setengah kesal menjawab mendahului Aleena.
"Hey, Mah. Kak Eddo itu pacar aku beneran ya! Jangan macem-macem. Ya, Yah?" Aleena berjalan ke arah Aiden, memperlihatkan kaktus yang kini jadi kesayangannya.
Aiden mengambil pot kecil itu lalu mengamatinya.
"Emang tadi Kak Eddo lagi berkebun?"
"Nggak, Yah. Tadi pas aku dateng, Kak Eddonya lagi kelas online. Terus aku disuruh bantuin ibunya yang lagi berkebun."
"Ohh..." Aiden mengangguk-angguk. "Kenapa kamu nanam kaktus?"
Aleena mengambil potnya kembali. "Kaktus ini kan tanaman yang gampang dirawat, Yah. Nggak harus setiap hari nyiramnya. Kan kaktus tanaman gurun. Jadinya, aku nggak perlu repot-repot tiap hari nyiram. Kan kalo tiap hari, aku capek."
KAMU SEDANG MEMBACA
Halo, Mahmud!
HumorDisarankan untuk : - mem-follow saya (wajib) - membaca 'Om Ganteng' terlebih dahulu sampe tamat. ____ Acha punya anak? Anak melahirkan anak? Frasa yang lucu, ya? Tapi ini serius. Acha yang dulunya selalu merengek pada Om-nya kini sudah berubah menj...