eps. 5

13.4K 830 21
                                    

Aleena berjalan keluar kelas. Beberapa menit yang lalu bel pulang dibunyikan. Dia melangkah menuju bangku kecil di taman untuk menunggu ayahnya menjemput. Biasanya, Aleena akan melakukan sesuatu agar dirinya tidak bosan.

Seperti saat ini. Dia mengeluarkan buku mewarnai bersampul frozen dari dalam tasnya. Tak lupa sekotak krayon hadiah dari mamanya kemarin. Dengan tenang Aleena mulai mewarnai. Hingga pada akhirnya, seseorang menghampiri Aleena.

"Aleen, ayo pulang. Ayah kamu lagi sibuk katanya. Mamah kamu pulang sore."

"Maaf, Om. Aleen nggak pulang sama orang yang nggak dikenal. Om mau Aleen laporin ke bu guru? Kalo nggak mau mendingan Om pergi deh." Ujar Aleena panjang sambil masih fokus mewarnai.

"Yakin nggak mau pulang? Ya udah aku pergi ya."

Tunggu sebentar. Aleena menyadari sesuatu. Dia kenal betul dengan suara barusan. Dia menghentikan kegiatannya lalu mendongak, melihat wajah cowok itu.

"KAK EDDO!"

Lalu Eddo tertawa karena sudah menebak bagaimana ekspresi berlebihan Aleena.

"Awas mata kamu jatoh."

"Ih kok Kak Eddo yang jemput, sih?"

"Jadi nggak mau ni? Kalo gitu Kakak duluan aja lah." Eddo membalikkan tubuhnya berniat meninggalkan Aleena.

"Eh! Eh! Bentar dong! Tungguin!" Cegah Aleena sambil terburu-buru memasukkan semua peralatan mewarnainya. Bahkan dia sampai menyusul Eddo walaupun bukunya belum sepenuhnya masuk ke dalam tas.

"Lagian, mewarnai apa sih sampe sesibuk itu?"

"Ini."

Aleena menunjukkan buku mewarnai yang baru dibelinya kemarin.

"Oh.. frozen. Tas kamu sini." Eddo meminta tas Aleena untuk dibawa. Dia menentengnya di tangan kiri, sedangkan tangan kanannya menggandeng tangan kecil itu.

Senyum bahagia terlukis di wajah mungil Aleena. Tak disangka siang harinya akan jadi siang yang sangat menyenangkan.

"Kamu mau makan dulu nggak, Leen?"

"Hah? Ya mau lah. Kebetulan banget nih. Aku lagi laper."

"Loh emangnya tadi nggak dikasih kudapan pas istirahat?" Tanya Eddo heran.

Aleena menghela napas. "Kak, aku tuh suka bingung."

"Bingung gimana?"

"Ayah bayar sekolah aku mahal-mahal, masa kudapan pas istirahat cuma dikasih sandwich dua potong sama segelas jus coba. Udah gitu tadi aku makan punya temen yang katanya lagi nggak mau makan sandwich."

Eddo berhenti berjalan sebentar. Tidak habis pikir dengan bocah yang satu ini.

"Kenapa berhenti, Kak?"

"Kamu makan dua potong masih kurang?"

"Kak Eddo," Panggil Aleena gemas. "Dua potong sandwich itu seberapa kenyang, sih? Ya jelas aku kurang lah."

Eddo menarik tangan Aleena untuk memintanya kembali berjalan.

"Dasar, kecil-kecil perutnya karung." Ujar Eddo berbisik.

"Apa, Kak?"

"Oh! Enggak. Itu banyak anak kecil cari capung."

"HAH? CAPUNG!? IH AKU MAU!"

Matilah Eddo.

Niat berbohong malah sial begini.

"E-eh kamu mau makan apa? Kak Eddo beliin."

Halo, Mahmud!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang