Disarankan untuk :
- mem-follow saya (wajib)
- membaca 'Om Ganteng' terlebih dahulu sampe tamat.
____
Acha punya anak? Anak melahirkan anak? Frasa yang lucu, ya? Tapi ini serius. Acha yang dulunya selalu merengek pada Om-nya kini sudah berubah menj...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Nghh..." Aiden melenguh ketika tidur nyamannya terganggu oleh sinar matahari yang masuk melalui jendela kamarnya.
Siapa lagi kalau bukan ulah Acha?
Baru saja dia membuka tirai jendela bermaksud membangunkan suami tersayangnya itu.
"Dari tadi subuh dibangunin masih aja molor. Nggak inget apa, kalau hari ini anniversary kita yang kelima?" Acha mendumal sambil membuka selimut yang menutupi seluruh tubuh Aiden.
Sedangkan Aiden hanya tersenyum dengan mata yang setengah terbuka. Acha menunggu Aiden berbicara.
"Kecapekan tempur semalem, Mah."
"Tempur-tempur, anak lo tempur." Acha memukul pantat Aiden gemas. "Bangun! Udah tua tuh banyakin olahraga. Kalau rebahan mulu yang ada ntar didatengin korona."
Aiden langsung terduduk di ranjang. Mendongak menatap istrinya. "Jadi, laki-laki tiga puluh lima tahun ini kamu bilang tua? Kenapa kamu mau sama orang tua?"
"Loh, tuanya kan sekarang. Kalo dulu mah muda, ya mau lah." Acha mengambil selimut lalu merapikannya, begitu pula dengan bantal dan bedcover yang sangat berantakan.
Aiden menggaruk kepalanya, "Bener juga, sih." Dia bergumam.
Setelah selesai membereskan ranjang, Acha duduk di sebelah Aiden lalu memeluknya.
"Terima kasih lima tahunnya, ya? Maaf aku belum bisa jadi istri yang kamu harapkan."
Aiden tersenyum lalu membalas pelukan Acha. Tangannya mengelus kepala belakang Acha dengan lembut. Sesekali dia mencium rambutnya.
"Kamu lebih dari cukup, Sayang. Kamu istri paling baik dan paling bisa buat aku. Terima kasih juga udah ngerawat aku dan Aleen yang ngerepotin ini."
Acha berkaca-kaca. Ternyata, suaminya bisa bertingkah semanis ini. Bahkan, di usia Acha yang sekarang ini, dia masih merasa belum sedewasa Aiden. Tapi Acha akan berusaha untuk menjadi dewasa layaknya usia.
Mereka saling melepaskan pelukan lalu bertatap wajah. Aiden memajukan wajahnya, mengecup kening Acha lama, menikmati momen romantis yang akan terulang setiap tahunnya ini. Acha tersenyum, merasakan perlakuan Aiden yang terasa sangat tulus itu.
Aiden menyudahi kecupan di kening Acha. Kini dia menatap mata Acha dan bibir Acha bergantian. Acha paham apa yang ada di pikiran suaminya itu.
Mereka saling mempersempit jarak kemudian memiringkan kepala, hingga pada akhirnya bibir mereka saling menempel. Mereka tersenyum untuk yang kesekian kalinya.
Aiden memberanikan diri menggerakkan bibirnya, melumat bibir Acha dengan lembut. Begitu pula dengan Acha. Dia tidak mungkin diam saja jika orang yang dicintainya memperlakukannya seperti itu.
Acha mendongak karena Aiden menegakkan badannya. Kedua tangan Aiden menyentuh rahang Acha dengan lembut, seolah tidak ingin kehilangan wanitanya. Sementara tangan Acha melingkar di leher Aiden.