Disarankan untuk :
- mem-follow saya (wajib)
- membaca 'Om Ganteng' terlebih dahulu sampe tamat.
____
Acha punya anak? Anak melahirkan anak? Frasa yang lucu, ya? Tapi ini serius. Acha yang dulunya selalu merengek pada Om-nya kini sudah berubah menj...
Acha membuka lembar demi lembar buku album. Dirinya sesekali tertawa ketika melihat wajahnya saat muda dulu.
Aiden datang dari luar membawa sepiring kudapan yang tepat untuk bersantai di sore hari seperti ini.
"Lagi ngapain, Mah?"
"Ini liat-liat foto kita jaman dulu, terus aku juga kangen bayinya Aleen. Dulu dia putih banget kaya aku."
Aiden meletakkan makanan di nakas lalu mengambil duduk di samping istrinya.
"Kamu tahu? Semua yang ada di Aleen itu kaya aku. Yang kaya kamu cuma sifatnya aja."
Acha menatap Aiden dengan tatapan remeh, tetapi akhirnya mengalah.
"Ya udah iya. Yang waras ngalah." Acha membuka selembar halaman.
"Hahaha liat. Ini pas kita lagi di Pantai Perawan. Kamu berat banget pas aku gendong."
Plak!
"Aduh!"
"Lagian udah tahu berat masih aja digendong. Yang bego siapa?"
"Oh, jadi ngatain suaminya bego? Ya udah nggak ada uang belanja bulan ini." Aiden mengambek sambil melipat tangannya di depan dada.
"Beneran ya? Berarti nggak ada jatah mingguan juga." Acha berkata sambil melirik suaminya yang tengah cemberut di sebelahnya itu. Dia menahan tawa.
"LOH KOK GITU!? YA NGGAK BISA!"
"Widih.. santai Pak Bos. Bercanda." Acha meringis di depan Aiden. Dia terlihat sangat senang mengerjai Aiden seperti itu.
Cup!
"Jangan senyum-senyum kaya gitu di depan orang lain. Asal kamu tahu aja, muka kamu itu bikin aku pengen nyium. Kan bahaya kalo laki-laki lain nyosor ke kamu."
Acha terkekeh.
Kini tangan Aiden membalik selembar lagi. Tertera sebuah foto dengan empat grid yang masing-masing kotak berisi wajah Acha saat masih muda dengan berbagai ekspresi.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Waktu muda aku secantik itu ya. Sekarang udah mau tuir aja ni muka."
Aiden mengelus kepala belakang Acha. "Mau kamu tuir kaya apapun aku juga bakal tetep sayang."
"Idih, kerdus banget."
Aiden tetap mengelus kepala Acha sembari melihat-lihat foto. Kini tangan kiri Aiden beralih merangkul Acha dan merengkuhnya ke dalam dada bidangnya yang hangat. Sesekali Aiden mencubit kecil pipi Acha. Karena itu adalah salah satu dari sekian hal favorit yang Aiden lakukan.
Tiba-tiba pintu kamar terbuka. Berdiri Aleena dengan seluruh tangan belepotan oleh tanah. Dia menatap kedua orang tuanya dengan malas.
"Mah, udah berapa kali aku bilang, don't touch my dad. Lupa?"