Double update dong!
***
Asap putih mengepul dari atas penggorengan. Di sana Acha sedang memasak ayam goreng. Pagi-pagi seperti ini sudah menjadi rutinitasnya sebagai ibu rumah tangga. Jam menunjukkan pukul enam lebih seperempat, tapi belum juga ada tanda-tanda kedua kesayangannya bangun.
Acha membalik ayam yang berada di minyak panas lalu meninggalkan area dapur. Menuju ruang tengah lalu berteriak.
"Mana nih? Belum pada bangun? Nggak usah sarapan aja ya? Mamah pergi kuliah sekarang." Setelah mengatakan itu, Acha kembali ke dapur, mengurus ayamnya yang tadi sempat dia tinggal.
Lima menit kemudian, Aleena dan Aiden sudah berdiri di belakang Acha dengan muka bantal serta rambut acak-acakan tentunya.
Acha meletakkan ayam goreng yang baru saja ditiriskan lalu menatap dua orang di belakangnya. "Besok pagi Mamah pake toa pinjem masjid aja ya? Susah banget bikin kalian bangun. Sekarang pada mandi gih."
Tanpa sepatah kata apapun, mereka berdua menuju kamar mandi masing-masing. Acha terkikik geli karena mereka berdua terlihat ketakutan ketika dirinya geram dan marah seperti itu.
Acha kembali menyiapkan sarapan di meja makan. Tidak macam-macam, hanya nasi goreng dengan ayam spesial bikinan Chef Acha sudah tertata rapi di sana. Hingga tak lama kemudian, muncul Aleena dari kamarnya.
"Mamah, dasi aku di mana? Yang warna merah?"
"Di laci lemari kamu yang paling bawah."
Aleena kembali ke kamar dengan rambut yang sedikit basah dan berantakan kebingungan mencari dasi.
Lalu tiba-tiba juga Aiden muncul hanya dengan kaos singlet bertanya.
"Mah, kemeja aku yang krem di mana?"
Acha melepas apron lalu mengingat-ingat. "Di lemari nomor dua, Yah."
Hampir setiap pagi Acha akan mengalami hal seperti ini. Sudah biasa baginya mengurus dua hal yang mau tidak mau menjadi kebiasaannya.
"Mamah, kepang rambut aku dong. Biar Kak Eddo makin suka sama aku."
Acha sedikit tersenyum. Bagaimana bisa Aleena mirip sepertinya. Menyukai pria yang jauh lebih tua dibanding dirinya.
"Kamu serius suka sama Kak Eddo?" Tanya Acha sembari menyimpulkan sedikit demi sedikit rambut Aleena hingga menjadi sebuah kepangan.
"Iya lah! Kak Eddo kan ganteng."
"Bukannya temen kamu di PAUD juga ganteng-ganteng ya? Bahkan mereka punya game yang bagus-bagus."
Acha mencoba mengetes kegigihan buah hatinya itu.
"Ah males. Temen aku yang cowok pada cengeng semua. Lihat kecoa aja mereka pada nangis. Nggak kaya Kak Eddo. Dia liat tikus yang gede aja berani."
Acha melirik Aleena sinis. Tidak habis pikir dengan otak anaknya yang satu itu.
"Mamah yakin Kak Eddo udah punya pacar. Mana mungkin dia mau sama anak kecil kaya kamu." Ujarnya menakut-nakuti. Acha menaruh jepit berwarna pink di ujung ikatan rambut, menambah kesan manis dan lucu untuk Aleena.
Tapi, Aleena bukannya beranjak untuk makan, dia malah melamun memikirkan kata-kata ibunya barusan.
Tidak lama, Aiden muncul dari dalam sambil menenteng jas dan belum memakai dasi dengan sempurna. Dia meletakkan jasnya di sandaran kursi lalu membungkuk menyejajarkan tingginya dengan Acha. Berniat menyuruhnya untuk menyimpulkan dasi.
"Udah bertahun-tahun masih aja nggak bisa pake dasi sendiri."
"Kalo bisanya sih ya bisa, cuma pengen kamu aja yang makein. Biar bisa liat muka kamu yang kaya pantat monyet tiap hari sedekat ini."
'Sialan nggak ada romantis-romantisnya sama sekali sih. Pake disamain pantat monyet pula.'
"Udah. Makan gih."
"Thank you, Dear." Aiden mengecup pipi Acha sekilas lalu mendudukan diri di kursi.
"Loh Aleen kenapa nggak makan?" Acha kebingungan karena Aleena tidak kunjung bangun dari duduknya. Dia terdiam memandang kosong ke depan.
"Nak? Kamu nggak kesurupan, kan?"
"HUAAAAAAAA!!"
Aiden dan Acha sama terkejutnya ketika melihat Aleena menjerit keras dan menangis. Tenang saja, Aleena tidak kesurupan.
"Hey kenapa, Sayang?"
"Mamah jahaaaaat huhuhuhuhu!" Air mata Aleena tidak terbendung. Sampai ingusnya meleleh ke mana-mana.
Aiden menatap Acha sementara yang ditatap hanya mengangkat kedua bahunya pertanda tidak tahu.
"Kenapa? Aleen kenapa nangis?"
"Hiks hiks. Mamah bilang Kak Eddo udah punya pacar. Mana mungkin suka sama aku. Hiks hiks."
Aiden menatap Acha lagi. Acha hanya cengengesan tidak merasa bersalah sedikit pun. Dia berpikir itu hanya lucu-lucuan saja.
"Sssh sshh udah ya jangan nangis. Kalau nangis terus entar Aleen jadi jelek. Terus Kak Eddo-nya nggak mau main sama Acha. Mau?"
Sontak Aleena berhenti menangis. Mengelap jejak ingus dan air matanya dengan tangan secara asal.
"Tapi-- tapi Mamah bohong kan kalo Kak Eddo udah punya pacar?" Tanya Aleena sesenggukan.
Aiden bingung harus menjawab apa. Dirinya pun juga tidak tahu apakah Eddo sudah ada pacar atau belum. "Nanti sore kita tanya Kak Eddo ya?"
Aleena mengangguk lesu. Dia lalu berjalan ke kursi dan mulai menyantap sarapannya. Sudah lupa dengan perkara barusan.
Hingga terdengar suara pintu diketuk.
"Permisi, Kak, Om. Pagi ini aku nebeng sampai sekolah ya?"
"KAK EDDOOOOOOO!" Suara melengking Aleena memenuhi ruangan. Eddo hanya tersenyum lebar melihat anak kecil itu lari menghambur memeluk kakinya.
"Kak Eddo mau jadi pacar aku ya? Kalau Kak Eddo sekarang punya pacar mending putusin aja, terus pacarnya diganti sama aku ya?"
_____________
Purworejo, 31 Agustus 2019
Seneng gak aku double update?
Aku double update karena hari ini aku ulang tahun yang ke-18. Heheh. Ucapin gak?
KAMU SEDANG MEMBACA
Halo, Mahmud!
HumorDisarankan untuk : - mem-follow saya (wajib) - membaca 'Om Ganteng' terlebih dahulu sampe tamat. ____ Acha punya anak? Anak melahirkan anak? Frasa yang lucu, ya? Tapi ini serius. Acha yang dulunya selalu merengek pada Om-nya kini sudah berubah menj...