14. Zidan Marah

2.4K 349 105
                                    

Dug!

"Eh? Astaga Ona!" Zidan refleks memeluk istrinya sambil mengelus dahi gadis itu berulang kali. Karena melamun, Ona malah menabrak pintu apartemen begitu keras hingga dahinya memerah.

"Kamu kenapa sih? Dari tadi kok bengong mulu?" Tanya Zidan yang kini membawa Ona masuk. Gadis itu masih planga-plongo tak sadar dahinya hampir benjol.

Zidan mengelus dahi Ona dengan raut wajah super khawatir, sejak keluar dari kamar bunda, dia jadi bengong mulu. Lemes, lunglai tak berdaya. Anjay.

"Kamu gak jajan sembarangan kan?" tanya Ona sambil menatap Zidan yang masih mengelus dahi Ona. Astaga gara-gara bunda dia jadi kepikiran terus masalah jajan.

"Hah? Jajan? Apa sih?" tanya Zidan bingung. Lelaki itu menepuk-nepuk pelan pipi Ona, dia aneh.

"Jawab aja!" ucap Ona sambil mendorong Zidan untuk duduk disofa. Dia menatap Zidan dengan serius.

"Tadi kan aku gak jajan apa-apa, makan bareng kamu doang," jawab Zidan polos.

"Maksudnya jajan itu!!!" ucap Ona greget. Dia bingung mau bilangnya apa.

"Itu apaan sih? Yang jelas coba."

"Aku tau kamu ngerti," ucap Ona. Zidan menghela nafas lelah, gadis ini sering bicara tidak jelas, padahal apa sulitnya langsung bicara terus terang?

"Tapi aku gak ngerti, Riona," jawab Zidan jujur. Perasaan dia tidak jajan sembarangan.

"Udah ah males," ucap Ona lalu hendak pergi kekamar. Tapi Zidan langsung menarik tangan Ona agar duduk kembali. Wajahnya sudah berubah serius.

"Kamu bisa ngomong yang bener gak biar aku paham? Jangan gini terus, aku bukan peramal yang bisa tau isi otak kamu," ucap Zidan tegas. Ini sifat perempuan apa emang istrinya doang sih yang begini?

"Kamu gak jajan sex kan di luaran sana? Gak main cewek kan?!" tanya Ona frontal. Zidan menatap Ona datar, bisa-bisanya dia curigain Zidan kayak gitu.

"Kamu mikir apa sih? Pulang kantor aja aku selalu tepat waktu, aku juga masih kuat kok nahan gak nyentuh kam—"

"Bisa aja pas jam istirahat kamu nyewa cewek kan? Aku gak bakal tau kamu ngapain aja di kantor!" potong Ona cepat. Zidan memijat dahinya pusing, dia mulai emosi mendengar tuduhan istrinya.

"Kamu takut aku main sama cewek lain sementara kamu sendiri gak mau disentuh. Terus aku harus apa, Na?!" tanya Zidan mulai emosi.

"Aku kan cuma nanya! Kamu kok marah?!" ucap Ona kesal. Ya bukan gak mau, tapi kan belum siap. Emang salah kalau khawatir Zidan main sama jablay?

"Bukan nanya, tapi kamu gak percaya sama aku. Aku berusaha ngertiin kamu, ikutin kemauan kamu bikin perjanjian egois kamu, tapi kamu malah gini. Yang punya perasaan bukan cuma kamu, Na!" ucap Zidan naik oktaf. Sementara Ona hanya menunduk takut mendengar suara Zidan yang meninggi, padahal dia tidak bermaksud begitu.

"Sekarang terserah kamu mau apa. Yang jelas jawaban aku itu gak sama sekali lakuin hal menjijikan kaya gitu." Zidan langsung masuk kedalam kamar setelah mengucapkan itu.

Tapi dengan cepat Ona menahan tangan Zidan sebelum lelaki itu menutup pintu. "Aku tau isi perjanjian itu kekanak-kanakan, tapi kan kamu udah setuju," ucap Ona takut-takut.

"Aku setuju, tapi gak kaya sekarang gini, yang malah bikin takut kamu sendiri. Kamu yang buat kenapa jadi kamu yang takut? Aku gak suka saat kamu raguin kejujuran aku." Zidan masih datar, jujur saja dia masih kesal akan tingkah istrinya ini, Riona harus diberi pelajaran.

Zidan langsung masuk kedalam untuk mandi, dia harus mandi air dingin. Bukan nyolo! Tapi mendinginkan kepalanya.

***

YOU AGAIN! | PASUTRITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang