1. Malam Pertama

4.5K 468 88
                                    

"pegel banget tau pake heels!" kesal Ona sembari menatap nyalang kearah lelaki yang kini sudah resmi jadi suaminya.

"Lu sih lemes* banget mulutnya, pokoknya salah lu kita jadi nikah," ucap Ona pelan namun penuh kekesalan. Sebentar lagi acara selesai dan dia baru bisa tiduran.

*Suka bocorin rahasia

"Ya maaf, kan emang sengaja," balas Zidan tanpa melihat kearah istrinya. Dia masih melihat kearah depan dimana para tamu sibuk menikmati berbagai hidangan.

Ingin sekali Ona memukul kepala Zidan sekarang. Tapi dia hanya bisa cemberut dan duduk dengan tenang. Bajunya bagus, dia juga terlihat cantik sekarang, tapi kepalanya berat karena harus memakai rambut palsu. Bunda bilang, ia tidak ingin melihat Ona rambutnya pirang saat acara, harus hitam.

"Kamu cantik." Tiba-tiba saja Zidan membisikan itu ketelingan Ona dan membuat gadis itu malu, tapi dia menutupinya dengan mendorong Zidan agar menjauh.

"Bacot lu," balas Ona sambil memalingkan wajah kearah lain, yang penting tidak bertatapan dengan pria ini.

"Mulutmu Riona," omel Zidan dan menarik bibir gadis itu pelan. "Ish! bau kadal tangan lu!"

"Waduh pengantin udah gelut* aja, sabar coba, nanti malem aja gelutnya di ranjang," ucap seseorang yang baru saja naik ke atas pelaminan. Berniat untuk memberikan kado dan juga pamit pulang.

*Berantem

Itu Theo, dia datang bersama Maurin. Ona dan Zidan langsung menghentikan aksi konyol mereka dan berdiri.

Ona langsung memeluk sahabatnya dan memasang muka memelas. Minggu lalu dia sudah mengeluh terus karena harus menikah secepat ini pada Maurin. Tapi tentu Maurin malah meledek.

"Nikah aja na, sumpah enak deh. Cuddle every night sama laki, ga takut dosa. Lu kepo kan rasanya?" Maurin menaik-turunkan alisnya. Menyebalkan.

"Hari bahagia tuh harus senyum, bukan cemberut," ucap Maurin sambil mencubit pelan pipi gembil milik Ona. "Nih, kado dari gua jangan lupa dipake. Warna merah loh," bisiknya diakhir kalimat.

"Apaan yang warna merah?"

"Fiesta ciken naget. Baju lah, pokoknya kalo gak dipake, gua pundung*!" ucap Maurin sambil memasang muka serius.

*Ngambek

"Syukurlah kado dari lu gak aneh, makasi bestie. Gua kira lu bakal bawain gue soptek," ucap Ona jujur, soalnya temennya ini emang rada sinting.

Sementara Theo dan Zidan sedang bisik-bisik disebelah sana. "Haha, coblos nomor satu. Tokcer gak nih?"

"Doain aja supaya bini gua gak teriak-teriak," ucap Zidan sambil terkekeh pelan.

Teriak gak mau dipegang maksudnya.

"Anjir, kita kan suka nonton bareng di kantor, teori mah paham kali, gua yakin lu jago. Bini gua juga kemaren gak mau ber—" belum selesai bicara, telinga Theo sudah dijewer oleh Maurin.

"Aduh dirty talk-nya Inget tempat!" ucap Maurin menahan kesal. Dia kira sedari tadi mereka tidak dengar apa?

Zidan menatap Ona yang berpura-pura tidak dengar. Gadis itu malah sibuk memainkan kuku.

"Aduduh, maap yang," ringis Theo. "Pulang, pulang." Maurin masih menjewer telinga suami mesumnya ini. Bahaya kalau temenan sama dia, penyakit mesumnya suka nular. Kesimpulannya, jangan temenan sama Theo.

"Pulang duluan ya pren!" ucap Maurin pada Ona dan Zidan. "Malam pertamanya semoga lancar," ledek Maurin sambil mengedipkan sebelah matanya.

"Sialan lu," umpat Ona pelan tapi lagi-lagi bibirnya ditarik oleh Zidan. Gadis itu melotot tidak terima.

YOU AGAIN! | PASUTRITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang