25. Sama bocil aja cemburu

2.4K 293 38
                                    

Maikel memarkirkan motornya didepan lobby apartemen mewah tempat Riona tinggal. Dia sempat dadah-dadah pada bocil yang sedikit menyebalkan itu, bagaimana tidak menyebalkan jika tadi dia harus jadi kuda-kudaan bocah itu, dan mengakibatkan editannya tertunda dan harus dibawa pulang. Padahal sore ini dia ingin pergi ke rumah sakit untuk melihat sang mama.

Lelaki lajang itu menunggu sampai bos juga anak kecil itu masuk dan tak terlihat. Baru ingin menyalakan mesin motor, seseorang tiba-tiba saja memanggilnya. Entahlah, terlihatnya seperti itu.

"KAK! ABANG! MAS JAKET COKLAT!" teriak seorang gadis berseragam putih abu-abu dengan heboh. Dia berlari dari pintu lobby kearah Maikel.

"Kamu, manggil saya?" tanya lelaki jangkung itu bingung.

Gadis itu mengangguk.

"Kakak anaknya pasien papa kan? Aku boleh nebeng ke rumah sakit gak? Darurat ini kak! Uang saku aku udah abis, batre hape juga habis. Aduh gawat!"

"Eh?"

"Oh iya, namaku Vanilla. Bisa dipanggil ayang sama temen-temen aku. Kakak inget aku kan? Itu yang waktu itu.. Em.." Anak itu tak melanjutkan ucapannya.

Maikel sudah ingat, saat dokter memeriksa ibunya ada anak gadis yang membuka pintu ruangan sembarangan sambil menangis dan mengadu pada sang dokter—yang tak lain adalah ayah gadis itu—jika dia baru saja jatuh ke got dan diketawain satu sekolah.

"Oh, saya inget kok," ucap Maikel sambil terkekeh pelan. Anak gadis ini sangat lucu tapi cerewet. "Kamu anak dokter Wisnu? Kan?"

Vanilla mengangguk semangat, ternyata dia tidak salah orang. Kalo tadi sampe salah, kayaknya dia bakal langsung kabur.

"Saya juga kebetulan mau ke rumah sakit, ayo naik."

Vanilla tersenyum senang dan tanpa basa-basi langsung naik keatas motor Maikel. Hoki banget! Sumpah terimakasih banyak Tuhan. I lopyu banyak-banyak.

Maikel langsung menancap gas menjauh dari area apartemen elit ini. "Eh iya nama kakak siapa?" tanya gadis itu polos.

"Kamu sudah naik dan baru tanya nama saya?"

"Aduh maaf kak, aku pikun," ucapnya sambil menepuk dahinya sendiri.

"Maikel, nama saya."

"Oh, hallo kak Maikel," ucapnya dengan ceria, gadis itu tetap berpegangan karena dia jarang naik motor. Maklum anak kesayangan, dipanggilnya saja 'ayang' sejak kecil oleh kedua orang tuanya.

"Kamu kelas berapa? Kenapa sudah sore masih memakai seragam sekolah?" tanya Maikel.

"Kelas sebelas. Tadi habis main ditempat temen. Kalo kakak tadi habis dari mana?" Gadis itu sedikit melongokkan kepalanya kedepan.

"Habis antar bos, dia tinggal diapartemen itu juga." Maikel menjawab seadanya, baru ngayal punya keluarga bahagia sama si bos, pulang-pulang dapet bocah sekolahan.

"Kakak udah punya pacar?"

Hening. Kenapa bocah ini nanya begitu?

***

Zidan membuka pintu dengan wajah ditekuk, teringat jika sang istri diantar pulang oleh lelaki yang terlihat jelas menaruh minat pada Istri aduhainya. Suasana hatinya buruk.

"Aku mau susu," ucap lelaki 24 tahun itu yang baru pulang dari kantor. Walau mukanya ditekuk, dia tetap menaruh sepatu pada tempatnya. Menghindari omelan istri.

"Ambil sendiri dikulkas, jangan nyuruh-nyuruh aku kayak babu." Ona yang sedang makan cemilan disofa menoleh sebentar, paling males kalo lagi makan tuh digangguin. Sebel aja gitu.

YOU AGAIN! | PASUTRITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang