Chapter 01 - You

29 4 0
                                    

Kalian siap bertempur tidak?

Akan Aku usahakan setiap chapter ada sekitar seribu lima ratus words saja.

Doakan saja supaya Aku tidak khilaf dan menambahnya sampai dua ribu words.

Mari dan silahkan membaca.

☆☆☆

{Ravenda}

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

{Ravenda}

☆☆☆

{Taylor Swift - You Belong With Me}

☆☆☆

09:15

Ketika siswa dan siswi lain lebih memilih makan di kantin atau jajan di luar sekolah, Ravenda justru memilih membawa bekal yang sudah disiapkan oleh ayahnya dari rumah.

Makan di taman sekolah, lebih tepatnya di bawah pohon rindang semakin membuat suasananya begitu menyenangkan walau hanya ada dia di sana.

Setiap menyuapkan nasi ke dalam mulut, mata gadis itu sama sekali tidak terlepas dari sepatu hitam berpolet biru yang saat ini dia kenakan.

Hari ini adalah hari ulang tahunnya yang ke tujuh belas tahun dan itu adalah hadiah yang diberikan sang ayah tepat tengah malam tadi. Walaupun tidak ada kue, yang terpenting baginya adalah kerja keras ayahnya untuk membeli sepatu.

Baginya, berbekal nasi putih dan telur ceplok itu sudah lebih dari cukup mengalahkan masakan di restaurant bintang sepuluh atau masakan mewah dengan harga fantastis lainnya.

Karena apa?

Itu tentu saja karena orangtuanya yang membuatnya dengan penuh cinta dan kasih sayang. Siapapun yang melihat cara makan Ravenda yang sangat lahap pasti akan tergiur sampai meneteskan air liur.

Satu hal yang harus kalian ingat dan tak akan pernah terbantahkan, bahwa masakan paling enak sedunia adalah masakan yang dibuat oleh orangtua dan juga makanan yang disuap langsung dari tangan orangtua kita.

Saking senang dan sibuk cengar-cengir sendiri, Ravenda bahkan tidak sadar kalau telur ceploknya yang tinggal separuh sudah tidak ada.

"Lah? Di mana telurku? Kenapa tiba-tiba hilang?" heran gadis itu celingukan ke sana kemari.

"Sudah kumakan habis," celetuk seseorang dari arah belakang masih dengan mulut mengunyah sesuatu.

Ditatapnya seorang laki-laki yang berdiri  menyandarkan tubuh di pohon. "Kamu siapa? Kenapa lancang sekali memakan bekalku?" Bibir Ravenda mulai maju beberapa senti.

The Magic BooksTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang